Twenty Seven

2.1K 133 8
                                    

Sherlyn dan Kinta menatap ke atas mereka, menganga takjub. Benar kata Windy, gugusan bintang-bintang di galaksi bimasakti itu kini terlihat amat jelas di kedua mata mereka. Langit pun bersih tanpa awan, menandakan cuaca yang cerah. Seakan-akan langit hanya dipenuhi oleh bintang-bintang itu, dan juga sebuah bulan sabit yang menggantung anggun di antara jutaan bintang yang mengelilinginya.

"Lyn, Kin, cepetan ke sini!" suara Windy yang melengking membuyarkan ketakjuban mereka akan langit. Windy sudah duduk bersama anak-anak lainnya—ramai sekali, mengelilingi sebuah api unggun berukuran agak besar. Cocok sekali menemani malam yang dingin seperti ini. baik Sherlyn maupun Kinta akhirnya sadar, bahwa tidak hanya murid-murid sekolah mereka saja yang ada di dalam lingkaran tersebut, namun juga murid-murid JNHS. Dengan langkah ragu-ragu, dua gadis itu segera bergabung dalam lingkaran. Wajah mereka diterpa oleh cahaya api unggun yang berkobar-kobar di tengah-tengah sana. Hangat.

"Karena JNHS juga ada di sini, jadi guru-guru sepakat untuk ngegabungin acara," jelas Kanaya yang duduk di sebelah Sherlyn tanpa ditanya. Sherlyn dan Kinta hanya mengangguk mengerti. Tak lama, seseorang yang mereka kenal meloncat ke depan murid-murid yang sedang duduk melingkar. Wajahnya penuh dengan semangat dan antusiasme. Dialah Julian, murid OHS kelas X IPS 2 yang sangat pandai menghidupkan suasana. Ia juga berbakat menjadi presenter, dan sepertinya malam ini ia yang akan memimpin jalannya acara.

"Halooo ... selamat malam, Semuanya!" sapa Julian dengan penuh percaya diri, dengan menggunakan pengeras suara. Murid-murid membalas sapaannya. Ramai sekali. "Oke, gak usah banyak cincong ya, lagian juga di sini dingin, gue gak bisa bawel-bawel kalo dingin," Julian memasang wajah memelas, yang langsung disoraki oleh kumpulan murid-murid itu. Para guru dan agen wisata lainnya yang tidak ikut bermain—hanya mengawasi, sedikit tertawa melihat tingkah laku si Pembawa acara. "Yak, jadi malem ini, gue sebagai Julian sekaligus pembawa acara dalam pesta api unggun kita, bakal mandu kalian semua dengan kesenengan-kesenengan yang gue jamin kalian gak bakalan nyesel udah main-main sama gue! Selain kita menikmati hangatnya api unggun yang berkobar di depan kalian semua, kita juga bakal nge-games yang pastinya seru banget sebelom makan malem.... Mau main apaan nih kalian semuaaa?!"

"Lomba makan!!!"

"Berenang di danau! Yang mati duluan kalaaahh!!!"

"Tidur aja sih?!"

"Nah bener tuh, lomba tidur aja! Yang bangun paling siang tinggalin!"

"Ih, maen pacar-pacaran aja, syaratnya gak boleh sampe putus!"

"Lah, gila!"

"ToD aja udaahh!!!"

Julian mondar-mandir membiarkan teman-temannya menyarankan permainan dengan cara mendekatkan pengeras suaranya ke mulut anak-anak itu. "Oke! Saran lo semua pada gak elite amat, segala lomba tidur sama makan dibawa-bawa. Belom aja gue usulin lomba naek-turun Gunung Semeru, yang pingsan di jalan buang ke Danau Ranu Kumbolo. Mana ada yang ngusulin lomba pacar-pacaran lagi, syaratnya gak boleh sampe putus. Yakin tuh bakal langgeng?" Julian sedikit bercanda, geleng-geleng kepala dengan saran-saran yang sedikit tak waras dari teman-temannya. "Hehe, nggak deng, gue bercanda. Nah! Karena saran yang kalian usulin, yang paling masuk akal itu cuma ToD alias Truth or Dare, jadi gue putusin sekarang juga sebagai pemandu kalian ... bahwa sekarang, kita akan main ToD!!!"

Sorak-sorai murid-murid terdengar bergema. Sherlyn hanya ikut bertepuk tangan, tidak tertarik. Ia lebih suka menatap pemandangan sekitar.

"Oke, teknis mainnya gini aja ya; gue bakal nyalain lagu lewat speaker, sementara itu kalian oper-operan botol ini ke teman di sebelah kalian sampe lagunya berhenti. Kalo lagunya berhenti tepat di depan lo yang lagi megang botol itu, itu berarti lo harus milih T atau D, dan teman-teman lo yang akan nantang lo. Setuju?" jelas Julian, diakhiri dengan tanya.

EXWhere stories live. Discover now