Twenty Four

2.2K 115 2
                                    

Sherlyn konsentrasi memerhatikan Bu Ririn, guru PKN-nya yang sedang menjelaskan pelajaran di depan kelas, sesekali mencatatnya di papan tulis. Sherlyn dan murid-murid lainnya yang ada di kelas itu pun terlihat tekun memindahkan catatan dari papan tulis ke buku tulis masing-masing. Saat ingin mengambil tip-ex, tak sengaja sikunya menyenggol lengan Vigo, teman sebangkunya di kelas 8 ini. Vigo menatap Sherlyn datar, menghentikan kegiatan mencatatnya. Sherlyn melirik ke buku tulis milik Vigo. Tulisannya tercoret karena ia tak sengaja menyenggolnya.

"Hehehe, sorry, Go. Gue gak sengaja," ucap Sherlyn sembari nyengir lebar.

Vigo menghembuskan napas lelah, tidak menjawab, mengangguk, maupun menggeleng. Ia meraih tip-ex milik Sherlyn, menghapus bagian yang tercoret. Kemudian Sherlyn juga meraih tip-ex itu setelah Vigo dan menggunakannya.

Beberapa saat kemudian, buku paket PKN yang terletak tepat di atas meja terjatuh ke bawah karena tersenggol oleh Vigo. Lelaki itu berdecak, sedikit merunduk mengambil buku itu yang terjatuh di celah antara kursinya dan kursi Sherlyn. Dan sialnya, tanpa sengaja, ia menyenggol Sherlyn yang sedang asyik mencatat. Kini, gantian Sherlyn yang menatap Vigo datar.

"Kesenggol ya? Sorry, gak sengaja, sumpah," ujar Vigo. Sherlyn hanya mengangguk dengan wajah mengkalnya.

Kelas kembali hening. Sherlyn melirik teman sebangkunya yang sedang tekun mencatat materi. Sebuah senyuman miring terbit di wajahnya. Dengan sengaja, ia menyenggol lengan Vigo, menyebabkan tulisannya kembali tercoret.

"Ck, apa sih?" Vigo menatap Sherlyn jengkel.

Sherlyn hanya tersenyum penuh kemenangan, "Sorry, gak sengaja 'lagi'."

Vigo mendelik jutek. Ia menghentikan catatannya, menatap Sherlyn dengan sinis, menunggu waktu yang tepat untuk membalaskan dendamnya. Hingga akhirnya ia menyenggol lengan Sherlyn dengan cukup keras, membuat coretan tak sengaja yang cukup panjang di buku tulisnya. Kedua mata Sherlyn terbelalak.

"Ih, Vigo! Sialan lo," rutuk Sherlyn. Vigo menahan tawanya, tak peduli. Baru saja ia ingin melanjutkan catatannya kembali yang sempat tertunda, Sherlyn mendekatinya dan mencoret buku Vigo dengan sengaja. Vigo yang melihat kelakuan Sherlyn melotot tak terima, lalu balas mencoret buku gadis itu berkali-kali. Tidak terima tulisan indahnya menjadi nista, Sherlyn balas mencoret-coret buku Vigo hingga robek. Meja yang berada di barisan ketiga dari depan, paling kanan, dan dekat jendela itu menimbulkan kegaduhan sendiri, yang memancing perhatian murid-murid di sana sekaligus Bu Ririn.

Bu Ririn menatap kedua anak yang saling mencoret itu dengan tajam. Ia berjalan dengan langkah lebar-lebar menuju meja mereka. Menyadari ada bahaya yang mendekat, Vigo dan Sherlyn pun refleks menghentikan kegiatan kurang kerjaan mereka, menatap Bu Ririn takut-takut. Bu Ririn menatap buku tulis mereka berdua yang penuh dengan coretan-bahkan robek halamannya. Ia melotot galak.

"VIGO ARES ALDEBARAN DAN SHERLYN ATHENA AMMODIA, MAJU KE DEPAN! Kalian dilarang mengikuti pelajaran Ibu sampai satu jam ke depan, berdiri tegak di samping papan tulis!" sentak Bu Ririn.

Vigo dan Sherlyn menunduk, segera mengikuti perintah Bu Ririn, diiringi dengan suara menahan tawa anak-anak lain. Ketika sudah berdiri di samping papan tulis-menghadap seisi kelas, mereka saling berbisik-bisik menyalahkan.

"Lo sih."

"Lo duluan kali."

"Lo sengaja kan nyenggol-nyenggol gue?"

"Gue gak sengaja ya, lo yang sengaja."

"Pokoknya gara-gara lo."

"Enak aja. Semua ini karena lo kali."

EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang