10

11.6K 1.3K 117
                                    

________________________________________

W E   A R E   F R I E N D ,   A R E N' T   W E ?<><>

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

W E A R E F R I E N D , A R E N' T W E ?
<><>

Bisikan Jero yang memanggil namanya membuat Abi memutus perhatian pada gadis cantik yang kini duduk bergabung dengan Adam, Rena dan Dion. Dengan tangan yang kembali gemetar, Abi menoleh perlahan pada Jero.

"G-gue nggak bisa," ucapnya, kembali pesimis lagi.

"Sadar, Bi!" seru Jero sembari menekan bahu Abi. "Tadi lo udah tenang, sekarang kenapa begini lagi? Apa perlu gue seret Adam ke sini lagi? Biar lo diceramahin lagi di atas panggung. Mau?!"

Abi membuang napasnya, matanya melirik lagi ke arah meja sahabat-sahabatnya. "Ada Riri," ujarnya.

Jero ikut melirik ke arah yang sama dengan Abi, dan reaksi pertamanya saat melihat Riri duduk di sebelah Rena adalah helaan napas panjang, sama seperti yang Abi lakukan tadi. Kemudian Jero kembali pada Abi, menekan bahu Abi lebih keras lagi.

"Cinta itu berani menunjukkan semua sisi yang dimiliki, Bi. Entah itu sisi yang bagus atau yang buruk. Kalo lo cuma mau nunjukin yang bagus-bagus doang, berarti namanya bukan cinta, tapi kampanye!" ucap Jero, mencoba mengembalikan kepercayaan diri Abi lagi. Meskipun ucapannya terdengar seperti sindiran pedas. "Lagian emangnya lo nggak pengin bikin Riri ketawa? Lo nggak iri tuh sama Adam yang selalu bisa bikin Riri ketawa?"

Kalimat itu menyentak Abi. Dia baru sadar kalau selama ini yang dia lihat dari wajah Riri ketika bersamanya hanyalah sebatas senyum. Riri belum pernah tertawa di hadapannya selebar tertawa di hadapan Adam, Dion ataupun Jero. Oh, apalagi Haikal. Cowok yang sudah lama mendekati Riri itu tipe cowok yang mirip sekali dengan Adam, dia sanggup membuat lawan bicaranya tertawa lebar karena tingkah dan ucapan konyolnya.

Abi pun baru sadar kalau dia tidak pernah menjadi alasan Riri tertawa.

Abi pun baru sadar, mungkin selama ini dia belum pernah membahagiakan Riri.

Maka malam ini, Abi pun bertekad ingin membuat Riri tertawa untuk yang pertama kali karena dirinya. Siapa tahu, dimulai dari tawa, Riri bisa bahagia dan akhirnya mau meliriknya sekali saja.

"Ya! Gue bisa!" ujar Abi pada dirinya sendiri, dengan tarikan napas panjang dan embusan tanda kesiapan. Tangannya bergerak menyentuh microphone di stand, berusaha menganggap kalau orang-orang di depannya saat ini adalah rekan-rekan OSIS-nya.

Jero tersenyum tipis melihat Abi mendapatkan kepercayaan dirinya lagi. Sekali lagi, ditepuknya bahu Abi sebagai sebuah dukungan sebelum akhirnya menyingkir dari panggung dan menonton bersama sahabatnya yang lain.

Di tempat Rena dan Riri duduk bersebelahan, Adam sesekali melirik Rena untuk memastikan bahwa gadis itu tidak menunjukkan ekspresi sedihnya. Dan ternyata benar, sedari tadi Rena selalu memasang senyum saat Riri mengajaknya bicara. Rena benar-benar pandai menutupi kecemburuannya demi agar perasaannya tidak diketahui oranglain. Rena benar-benar tulus mendukung apapun keputusan dan pilihan Abi.

RenjanaUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum