31

1K 95 32
                                    

Satu tahun kemudian....

"Mari kita beri tepuk tangan yang meriah untuk PRISON!"

Gemuruh tepukan tangan penonton masih sama meriahnya seperti tahun-tahun lalu saat pertama kalinya mereka menginjakkan kaki di atas panggung sekolah di acara PENSI tahunan. Saat itu, pertama kalinya mereka tampil di muka umum setelah bertahun-tahun melatih kemampuan di studio rental, tidak pernah terbayangkan akan bisa terus berkarya dan dikenal dunia seperti sekarang ini. Dulu, mereka hanya remaja yang antusias mengejar cita-cita, tanpa tahu akan terwujud atau tidak. Tujuan mereka sama, dan mau untuk sama-sama membangun impian hingga sampai di titik kesuksesan ini.

Minggu depan, video klip single ketiga mereka akan dipublikasikan. Tiga piala penghargaan juga sudah mereka sabet di kategori pendatang baru. Berminggu-minggu lagu mereka bertahan di peringkat pertama tangga lagu. Di jalan-jalan, wajah mereka terpampang untuk beberapa iklan. Di kafe-kafe dan radio, lagu mereka diputar tanpa bosan.

Dinamika hidup sudah sedikit banyak mereka rasakan di usia semuda ini, pencapaian dan kesuksesan sudah mereka miliki di saat teman-teman sebaya mereka masih tengah berjuang menggali potensi diri kelak ingin jadi apa setelah lulus sekolah.

Lepaskan aku di hidupmu... tepikan cerita kita...
Percuma rinduku di sini, percuma sia-sia
Segalanya telah kuberi... tak cukupkah itu bagimu?
Kau membuatnya menjadi dingin dalam kita...

Mendengar orang-orang menghafal lirik lagu dan menyanyikan bersama-sama adalah hal yang selalu jadi bagian paling romantis tiap kali Prison berada di atas panggung. Buncahan bahagia karyanya bisa diterima khalayak merupakan sesuatu yang bernilai tinggi lebih dari bayaran apapun.

"Sekali lagi....!" pandu Rena mengarahkan microphone ke kerumunan manusia yang mengarahkan pandangan mereka ke atas panggung rendah yang ia pijak bersama Adam, Jero dan Dion.

Kau membuatnya menjadi... dingin dalam kita...

Kompak, lirik penutup lagu itu disuarakan dengan gembira, walaupun tak semerdu suara dirinya, Rena tetap menganggap bahwa nyanyian mereka adalah nyanyian terindah di dunia.

Usai musik berhenti, riuh tepuk tangan kembali terdengar, diiringi sorak-sorakan meriah. Lantas, keempat personel band itu membungkukkan badan sebelum turun dari panggung. Sedikit kesulitan saat menuruni tangga karena gaun putih tulang menjuntai panjang dan sepatu hak tinggi 12cm, Rena mendapat bantuan dari arah belakang, sebuah tangan menggenggam menawarkan perlindungan yang segera Rena balas dengan senyuman.

"Thankyou Prince Adam," ucap Rena iseng.

"Emang gak pernah cocok kamu mah pake gaun-gaun begini," balas cowok berkemeja putih dengan suspender maroon dan dasi kupu-kupu dipadukan dengan celana krem itu. Senyum jahilnya muncul seperti biasa. "Apalagi sok pake sepatu tinggi begini! Pendek mah pendek aja, sayang...."

"Belom pernah ditimpuk pake heels, ya, lo?!" sembur Rena, galak sama seperti biasanya juga.

Yang dimarahi malahan senyum-senyum sampai kakinya kembali menginjak tanah rerumputan, namun genggaman tangannya pada Rena masih belum dilepaskan.

Berhadapan dengan laki-laki yang mengalungkan kamera di lehernya, Prison kompak memeluk bergantian. Melepas rindu setelah 3 bulan tak bertemu.

"Akhirnya pulang juga lo, Bi, ah!" kata Jero pertama kali.

"Tau! Kemaren lo bilang gak bisa dateng, Bi," imbuh Dion.

Kameramen sejati jauh sebelum Prison terkenal itu tertawa lepas. Abi yang sekarang bukan lagi Abi yang dulu. Pelan-pelan banyak perubahan yang terjadi pada diri Abi yang dingin dulu. Sejak masuk kuliah dan bertemu dengan 'someone' yang selalu dirahasiakannya, Abi berubah menjadi sosok yang mulai mau tertawa tanpa harus ada jokes tingkat tinggi dulu, menyapa tanpa harus disapa lebih dulu, berbicara tanpa harus ditanya lebih dulu, dan bercerita tanpa harus dipancing dulu.

RenjanaOnde histórias criam vida. Descubra agora