21. Mr. Protective Raka

3.9K 609 70
                                    

"Gue bisa jadi temen lo, tapi gue juga bisa jadi musuh lo kalo sampai lo nyakitin adek gue."

---000---

Film telah selesai di putar sejak delapan menit yang lalu. Vania berkeringat dingin ketakutan bahkan setelah film selesai di putar. Vania tidak henti-hentinya merutuk ketika tahu Raka ternyata mengajaknya nonton filem horror. Suasana bioskop yang gelap di tambah spiker yang keras membuat suasana semakin mencekam.

"Kak anterin ke toilet, Vania gak berani."

"Ck! Gila! Gue nggak mau masuk toilet cewek."

Setelah nonton film horor Vania menjadi takut kemana-mana sendirian. Termasuk untuk ke toilet. Vania selalu terbayang-bayang adegan demi adegan menyeramkan dalam film itu. Pikirannya terus berimajinasi jika setan-setan berada di sekitarnya, mengepungnya.

"Aaaaahhh... ayoo... anterin Vania ke toilet." Vania menarik-narik lengan kemeja Raka. "Vania mau pipis..."

"Please... anterin.... Vania takut..." Rengeknya. Mata Vania berkaca-kaca, hampir menangis.

"Makanya tadi kalo takut ya bilang takut, jangan sok-sokan berani." Raka mengusap belakang kepalanya gusar. "Jadi gini kan!"

Rasanya Vania ingin sekali menangis karena saking takutnya. "Vania mau pipis... anterin..."

Raka menghembuskan napas berat "Yaudah ayo gue anter, jangan nangis."

Vania tahu Raka tidak akan pernah bisa melihat adik-adiknya menangis. Vania lantas menggandeng lengan Raka dan menariknya masuk ke toilet cewek. Terlihat jelas ekspresi risih di wajah Raka.

Vania masuk ke dalam toilet, pintu toilet dia biarkan terbuka untuk sementara. Sebelum pipis, Vania menilik bak toilet, mengecek kalau-kalau ada mayat nenek-nenek yang mengambang. Vania menghela napas lega ketika tidak menemukan hal yang dia bayangkan.

"Kenapa sih lo?" Tanya Raka yang berdiri di depan pintu toilet.

"Ngecek, siapa tahu ada mayat ngambang. Lo tunggu disitu ya Kak... jangan kemana-mana."

"Cepetan. Gue malu." Raka mangusap belakang kepalanya dan menengok kanak-kiri.

"Iya." Vania masuk ke dalam bilik toilet.

Vania menatap pintu toilet yang sudah dia tutup, takut kalau-kalau ada sebuah tangan makhluk halus yang tiba-tiba muncul. Tingkat keparnoan Vania sudah sampai level maksimal.

"Kak lo ngomong dong! Lo masih di situ kan Kak?"

"Ngomong apa? Ck! Buruan keluar!"

"Iya bentar lagi kelar."

"Mas ngapain disini? mau ngintipin cewek ya?!" Teriak cewek berambut blonde.

"Nggak. Gue lagi ini –" Raka mencoba menjelaskan, tetapi belum sempat dia selesai ngomong, jeritan seseorang terdengar lagi.

"AAAAA.... COWOK NGAPAIN DISINI!"

"Nggak takut mata lo bintitan!"

SHHH...

Vania menyiram bekas kencingnya kemudian keluar dari toilet, para gadis-gadis sudah kepalang emosi bahkan salah satu diantara mereka mendaratkan jitakan di kepala Raka. Vania berdiri di depan Raka, melindungi Raka lantas dia mendorong gadis berambut blonde yang sudah berani-beraninya menjitak kepala kakaknya.

"Dia kakak gue! Jangan pukul dia!"

"Ini tuh bukan area buat Kakak lo! Ngerti beda kelamin kan?! Gimana sih?!"

CRUSH ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang