37. Tidak Biasanya

2.9K 523 18
                                    

"Tar si Rendy kenapa sih? Mendadak jadi diem gitu?"

---000---

"Ma... mama jangan!" Rendy berusaha menghalau Sandya yang terus menerus membanting foto Reynan. Pecahan kaca dari figura banyak berserakan di lantai ruang tamu. Rendy khawatir kaki mamanya akan terluka terkena pecahan kaca.

"Sudah berapa kali saya bilang, jangan temui saya saat saya kerja!" Sentak Sandya, matanya berkilat marah pada Reynan.

"Jangan sok perhatian sama saya!"

"Saya itu tidak suka sama kamu!"

"Saya benci sama kamu!"

"Ma-"

Plak

Sebuah tamparan keras Sandya layangkan di pipi kanan Reynan. "Jangan panggil saya Mama!"

"SAYA BUKAN MAMA KAMU!"

Reynan hanya diam, menahan sesak dan air mata yang sedari tadi mendesak turun. Sandya berkali-kali meneriaki Reynan. Sementara Rendy terus berusaha menahan Mamanya agar tidak lebih jauh melukai Reynan. Malam ini Sandya sudah benar-benar kesetanan.

Semuanya berawal ketika Reynan menjemput Sandya di tempat pemotretannya karena di luar memang hujan sedang turun dengan derasnya. Reynan yang khawatir Sandya akan kehujanan, nekat menghampiri Sandya di tempat kerja meskipun Sandya melarang keras Reynan menampakan wajah di hadapan teman-teman sesama model Sandya. Saat rekan kerja Sandya mengetahui kehadiran Reynan, mereka diam-diam mengolok Sandya karena sampai saat ini masih belum juga lepas dari bayang-bayang Reynata-ibu kandung Reynan- sekalipun dia sudah lama meninggal.

"Mama udah... ma..., udah..." Pinta Rendy lirih.

Meski pertengkaran ini bukan yang pertama kalinya terjadi, tetapi tetap saja Rendy tidak bisa menyaksikan ini semua. Hatinya sakit, sungguh. Rendy sangat ingin Mamanya bisa berdamai dengan masa lalu dan menyayangi Reynan seperti mamanya menyayanginya.

Semua foto-foto Reynan yang terpampang di ruang tamu Sandya pecahi figuranya kemudian dia injak-injak dan buang sampai tidak ada satu pun foto Reynan yang tersisa.

Reynan menyeka ujung matanya yang berair. Angin malam dari balkon yang terbuka menciptakan sensasi dingin di kulitnya. Satu pertanyaan Reynan yang sampai sekarang masih belum terjawab, kapan Sandya akan menyayanginya? Reynan menghela napas berat, dia lelah dengan semua itu.

Ponsel di saku boxer-nya bergetar, Reynan tersenyum, Ayahnya menelpon.

"Sudah makan Rey?", Tanya sang Ayah di sebrang sana.

"Sudah Yah."

"Rendy bilang kamu sekarang jadi sering sakit. Pola makan dijaga, berorganisasi boleh asal jangan lupa sama kesehatan diri sendiri."

"Iya Yah."

Reynan mendesah, menyebalkan sekali si Rendy yang mengadukan semua itu pada ayahnya. Tores-sang ayah- selalu menyayanginya, lebih dari sayangnya pada Rendy. Lucu memang, Sandya lebih menyayangi Rendy ketimbang Reynan, begitupun Tores yang lebih menyayangi Reynan ketimbang Rendy. Namun setidaknya Tores tidak terlalu dibutakan kasih sayangnya pada Reynan.

"Ayah minta tolong Rendy buat anter kamu periksa ke rumah sakit malam ini."

"Tapi Yah –"

"Jangan membantah."

CRUSH ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang