25. Bullying

2.9K 574 10
                                    

Happy reading dan jangan lupa tinggalkan vote ;v

🌾🌾🌾

"Gue Rendy, gue yang jadi korban di video itu. Gue udah maafin Vania. Udah, semuanya selesai!"

---000---

"Tuh youtubernya dateng!" Ucap Ovi dengan suara yang sengaja ditinggikan.

Vania berjalan sambil mencengkram kuat tali tasnya dan berusaha menghindari tatapan-tatapan tidak bersahabat dari murid lain.

"Kasian gue sama Rendy, kan dia baik banget, lucu lagi! Di dorong sampai jatuh sama dia tuh, di maki-maki lagi!"

"Si Vania mah kalo temenan emang sukanya beda-bedain kasta. Youtuber tai!"

Telinga Vania sudah panas mendengar cacian-cacian pedas dari mulut mereka sepanjang jalan menuju kelas.

"Nggak sudi gue temenan sama orang macem dia, bar-bar tau nggak!"

"Ssst kalian nggak boleh gitu, Vania kan pacarnya ketos, Reynan." Ucap Ovi, pura-pura baik.

Vania menutup kedua telinga dengan kedua telapak tangan dan mencepatkan langkah agar segera sampai di kelas.

"Heh?! Orang baik-baik macam Reynan tuh nggak pantes sama Vania!"

"Prihatin gue sama Reynan."

"BONEKA SANTET!"

"Eh Rendy dateng tuh, Ren gimana keadaan lo?"

"Baek"

"Jangan temenan lagi sama Vania, dia kan udah jahatin lo."

"Siapa lo ngatur-ngatur hidup gue?"

---000---

Vania menangis sesenggukan dengan wajah yang tertutup kedua telapak tangan. Seseorang duduk di kursi depan Vania dengan posisi duduk menghadap ke belakang.

"Boneka Santet lo nggak papa?"

"Semua ini tuh gara-gara lo Ren! Gara-gara lo!" Maki Vania dengan suara serak.

"Semua jerih payah gue, subscriber gue, hilang semuanya... hiks...hiks..." Bahu Vania bergetar karena tangis.

Rendy hendak menyentuh pundak Vania untuk menenangkannya, namun Vania tepis. "Jangan sentuh gue!"

Vania beranjak dari duduknya lalu keluar kelas.

"Tet lo mau kemana?!"

Rendy mengekor di belakang Vania. Vania naik ke lantai dua, mencari Reynan. Sejak semalam Reynan sama sekali tidak menghubunginya dan semua pesan-pesan Vania pun hanya di read tanpa balasan, Vania telfon juga tidak diangkat.

Baru sampai anak tangga ke lima Vania naiki, ada Reynan yang juga menuruni anak tangga.

"Reynan gue-"

"Ngapain nemuin gue?" Sela Reynan dengan nada sarkastik.

"Elo-" Air mata Vania terjun semakin deras mendengar nada ketus Reynan.

"Gue sibuk." Reynan menuruni anak tangga tanpa mau mendengar apa yang ingin Vania katakan.

Vania membalikan badan, "Reynan!"

Di anak tangga terbawah ada Rendy yang berdiri, Reynan dan Rendy beradu tatap sampai akhirnya Reynan memutuskan kontak pandang dan berjalan menyusuri koridor.

Air mata Vania luruh. Bahkan pacarnya pun meninggalkannya saat dia benar-benar membutuhkannya. Mungkin Reynan marah pada Vania, Reynan kecewa pada Vania, dan dia menghindari Vania. Vania menyeka air matanya. Vania menuruni anak tangga, dia menyenggol kasar bahu Rendy kemudian berlari menuju kamar mandi dengan air mata yang membasahi pipi.

---000---

Vania melihat pantulan dirinya di cermin kamar mandi, wajahnya lusuh dan pipinya basah oleh air mata. Vania menangis sesenggukan. Rasanya Vania tidak ingin sekolah, Vania ingin pulang! Vania tidak mau ke mana-mana! Vania malu!

"ARGGGH!" Jerit Vania seraya membuang tisu toilet.

Bel tanda masuk berdering ke semua penjuru sekolah. Namun hal itu tak membuat Vania keluar dari dalam kamar mandi.

WUSSSH...

Suara kran yang mengalir deras menginterupsi pendengaran Vania, Vania membasuh mukanya. Setelah sedikit lega di dalam kamar mandi barulah dia keluar. Vania berhenti melangkah, Rendy berdiri di depan pintu toilet. Vania menatap Rendy dengan mata berair.

"Maaf..." Ucap Rendy lirih, namun Vania berjalan meninggalkannya.

---000---

Bel istirahat berdering sejak satu menit yang lalu. Semua orang di kelas juga tidak ada yang mengajak Vania bicara, bahkan Keyla pun bicara juga seperlunya saja. Vania berjalan ke luar kelas, hendak ke kamar mandi. Namun saat di koridor tiba-tiba ada yang mendorongnya.

"HEH MAKSUT LO APAAN DORONG-DORONG GUE!" Teriak Vania tidak terima.

"Nggak sengaja." Jawab seorang cewek berseragam olahraga yang tidak Vania ketahui namanya. "Santai dong..."

"Lo bilang nggak sengaja?! Mata gue masih normal ya, jelas-jelas gue liat lo dorong gue!"

Gadis itu berdecak, "Iya deh gue ngaku gue sengaja dorong lo."

Tangan Vania mengepal kuat-menahan emosi- ingin rasanya Vania menjambak rambut orang di depannya ini sampai botak.

Bugkh

"Aw!" Jerit Vania ketika sebuah tepung terlempar ke wajahnya dari genggaman tangan gadis itu.

"Hahahaha..."

Vania menyeka wajahnya yang penuh dengan tepung. Tiba-tiba segerombolan gadis lain berseragam OSIS serta olahraga datang melemparinya dengan tepung, seplastik air dan juga telur.

BUK

BUK

Vania meringkuk dengan telapak tangan melindungi wajahnya, Vania menangis.

Seseorang datang dan mendekap Vania, melindungi Vania dan membiarkan punggungnya terkena timpukan-timpukan air, tepung serta telur.

"Aishh...!" desisnya. Vania menangis dalam dekapannya.

Seseorang itu melepaskan Vania dari dekapannya.

"UDAH!" Sentaknya yang seketika menghentikan aksi timpuk yang terjadi.

"Rendy?"

Mata Vania membulat ketika ternyata Rendy lah yang berdiri di depannya, melindunginya, dan membiarkan tubuhnya terkena timpukan air, telur dan tepung.

"Kalian sadar nggak kalo yang kalian lakuin itu lebih bar-bar!" Sentak Rendy penuh penekanan. "Kalian pikir dengan cara kalian kayak gini, nimpukin orang pakek tepung-telur dan air bakalan nylesein semuanya? Daripada buat nimpukin orang mending itu telur sama tepung dibuat roti, dijual, dapet duit!"

Kepala belakang Rendy bahkan juga tidak luput dari lemparan telur.

Vania menangis.

"Gue!" Rendy menunjuk dirinya sendiri. "Gue Rendy, gue yang jadi korban di video itu. Gue udah maafin Vania. Udah, semuanya selesai!"

Rendy menarik pergelangan tangan Vania, membawa Vania keluar dari kerumunan. Namun baru tiga langkah, Rendy berhenti.

"Oh ya satu lagi, kalo sampai ada yang bully Vania lagi, entah itu verbal maupun fisik, gue nggak bakal segan-segan ngadepin dia." Rendy membawa Vania berjalan menjauh dari kerumunan.

CRUSH ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang