6. Jatmi

3.6K 611 16
                                    

Playlist : 2002-Anne Marie

Playlist kamu?

"Gue suka main kejar-kejaran sama Jatmi Tet. Seru!"

---000---

Vania duduk dengan kedua manik matanya menatap lekat Reynan yang sedang menjelaskan cara-cara memberikan pertolongan pada orang pingsan. Vania tertegun menatapnya. Sungguh Vania benar-benar tidak menyangka kalau Reynan bisa berbicara sepanjang itu. Vania pikir Reynan bisu.

Vania akui Reynan itu keren, ganteng juga. Hal itu tak pelak membuatnya betah menatapnya sedari tadi tanpa berkedip. Kedinginan sifat Reynan justru membuat Reynan terkesan misterius dan semakin membuat Vania ingin tahu lebih dalam lagi tentangnya.

Saat ini Vania sedang mengikuti ekstrakurikuler PMR. Sangat diluar dugaannya ternyata banyak murid kelas sepuluh yang sangat tertarik mengikuti ekstrakurikuler PMR. Mayoritas yang ikut ekstrakurikuler PMR adalah cewek. Namun Vania tidak terkejut dengan alasan dibalik keikutsertaan mereka dalam ekstrakurikuler PMR, apalagi kalau bukan karena wakil ketuanya yang ganteng abis! Dasar, emang mata perempuan nggak tahan kalau liat yang adem dikit!

Jangan samakan Vania dengan cewek-cewek itu karena Vania ikut ekstrakurikuler PMR murni karena dia ingin melanjutkan ekstrakurikuler yang dia ikuti di SMP dulu.

Fathan Abimanyu selaku ketua Ekstrakurikuler PMR juga ikut memberikan penjelasan. Namun ketika dia yang memberikan penjelasan justru anak-anak ekstra tidak menatapnya. Seakan Reynan memiliki daya tarik yang luar biasa sampai-sampai membuat seseorang tidak bisa mengalihkan tatapan darinya.

"Jam ekskul udah selesai, kalian boleh pulang." Ucap Fathan sang ketua ekskul.

Semua murid yang ikut ekstrakurikuler PMR keluar satu-persatu dari ruangan. Vania keluar belakangan karena dia ingin mengatakan sesuatu pada Reynan.
Ketika Reynan berdiri Vania juga ikut berdiri.

"Gue pikir lo bisu Rey."

Reynan menoleh dan memberikan tatapan tajamnya.

Vania menelan ludah. "Mata lo natep gue jangan tajem-tajem napa Rey, gue bisa jatuh cinta."

Vania memang tidak pernah sungkan-sungkan mengatakan apa yang ada dalam hatinya. Hal itu tak pelak membuat beberapa orang mengatainya tidak tau malu.

"Tolong hormati saya."

"Baku amat bahasa lo Rey."

Reynan mengeraskan rahangnya. "Lo adkel nggak sopan banget!" Reynan melangkahkan kakinya keluar dari ruang PMR dengan begitu cepat.

Vania menyusulnya. "Reynan!"

Reynan terus melangkah tanpa menolehkan kepalanya barang sesenti pun pada Vania. Pandangan matanya benar-benar lurus ke depan tanpa tengok kanan-kiri.

"SORRY GUE NGGAK BISA KALO MANGGIL LO DENGAN EMBEL-EMBEL KAKAK!"

Reynan terus berjalan. Persetan dengan apa yang diucapkan adik kelasnya itu! Reynan menghilang di balik belokan koridor menuju parkiran.

Vania menghela napas berat. Untung Vania diciptakan Tuhan dengan usus panjang, jadinya dia masih bisa sabar menghadapi manusia es macam Reynan!

---000---

"Gue tuh capek tau Pil! Rumah lo tuh di mana sih?!"

Vania dan Rendy satu kelompok matematika dan saat ini Vania akan mengerjakan tugas di rumah Rendy. Sialnya satu kelompok hanya dua orang dan Vania mendapat jatah satu kelompok dengan orang macam Rendy yang ogeb abis!

"Dari tadi nggak nyampe-nyampe." Vania mengerlingkan mata pada Rendy. "Lo boongin gue ya Pil?"

"Emang." Jawab Rendy enteng. Jangan lupakan ekspresi tengilnya!

Mulut Vania terbuka membentuk '0'. "Wah parah lo Pil!"

Vania berdecak kesal. 'Nendang pantat orang dosa nggak sih?!'

"Rumah gue ada di komplek sebelah Tet."

"Trus kenapa lo ngajak gue belok ke sini?!" Gigi Vania bergemelatuk kesal. Ingin rasanya dia menendang bolak-balik pantat Rendy.

"Gue mau ngenalin lo ke temen gue."

"Gue nggak tertarik!"

Rendy menggenggam pergelangan tangan Vania lalu menggeret dia secara paksa untuk mengikutinya.

"Temen gue namanya Jatmi. Tuh dia lagi motong rumput tetangga." Rendy menunjuk wanita yang memakai daster compang-camping dan rambutnya kriting urakan seperti tidak pernah disisir satu tahun.

"Itu orang gila Pil. Lo temenan sama orang gila?"

Rendy mengangguk dan menatap si Jatmi dengan mata berseri-seri. Vania meneguk ludah ngeri. Prihatin dengan Rendy, sampai segitunya dia nggak punya temen atau gimana sih? Pantas saja kelakuan Rendy kelewat waras, ternyata itu semua karena dia berteman dengan orang gila yang tinggal di sebelah kompleknya.

"Pantes."

"Pantes apaan?"

"Lo juga gila!" Ucap Vania penuh penekanan pada kata 'gila'

"Udah ah Pil ayo buruan ngerjain tugas."

Vania berbalik namun Rendy menarik tangannya sampai membuatnya tidak bisa berjalan menjauh.

"Kita balapan lari."

Kedua alis Vania saling bertaut.

"OY TANTE JAAATMIII!" Teriak Rendy begitu lantang sampai membuat si empunya nama bangkit dari jongkoknya dan menatapnya.

"JAATMI MALING MANGGA!"

"JAATMI MALING AYAM!"

Orang gila itu menatap Rendy nyalang.

"Upil diem nggak lo?! Ntar dia marah oon!"

"JATMI MALING PISANG!"

"JATMI MALING KUUUTAAANGGG!"

"Ntar dia marah lo katain trus ngejar kit---"

"LARI TEEEET!"

Rendy menautkan jari-jarinya pada jari jemari Vania lalu menggeret Vania agar lari bersamanya. Sementara orang gila itu-Jatmi-mengejar di belakang dengan tangannya yang memegang pisau yang tadi dia gunakan untuk memotong rumput.

"HUAAAAAA!" Teriak Vania sambil lari ngibrit.

Rendy menoleh ke belakang melihat apakah Jatmi masih mengejar atau tidak.

"Lari Teeet! Ayoo hahahahha!"

"Hahahaha!"

Rendy tertawa ceria sementara wajah Vania sudah pucat ketakutan.

"Kita ngumpet Tet." Rendy menarik Vania agar turut bersembunyi di balik dinding pos satpam.

Rendy menutupi tubuh Vania dengan tubuhnya, menyembunyikan diri di balik dinding supaya tidak tertangkap oleh Jatmi. Napas Vania dan napas Rendy tidak beraturan. Di tengah deru napas masing-masing manik mata mereka beradu.

Rendy menatap Vania lekat.
"Gue suka main kejar-kejaran sama Jatmi Tet. Seru!" bisik Rendy di kuping kanan Vania lalu tersenyum.

Vania terpejam merasakan sensasi geli di kuping kanannya akibat dari bisikan Rendy.

"Seru apanya, bikin jantungan iya!"

CRUSH ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang