2. ꜱᴄᴀʀ ᴏɴ ʜɪꜱ ꜱᴋɪɴ

4.5K 749 298
                                    

Menjelang pukul sembilan malam, gadis dengan balutan mantel cokelat dengan aksen bulu di dekat leher itu lekas keluar dari areal rumah sakit yang berdiri megah di tengah-tengah ingar bingar perkotaan. Jemarinya bergerak merogoh ke dalam tas dan mengeluarkan sebuah ponsel. Mulanya Anha berniat untuk menghubungi Taehyung agar lelaki itu lekas menjemputnya, namun tatkala hendak mencari kontak kekasihnya itu, satu pesan muncul dengan isi yang membuat kedua bahu ringkih tersebut merosot kecewa.

Pulang naik taksi saja, ya. Aku sedang ada rapat penting beberapa menit lagi.

Anha tidak tahu apakah itu hanya akal-akalan Taehyung saja untuk menghindar atau memang benar adanya. Mengingat percakapan yang terjadi tadi siang tentu bisa saja membuat lelaki berumur dua puluh lima itu kesal dengannya. Padahal, hei, bukankah hal itu sangat wajar? Tapi sudahlah, tidak guna rasanya uring-uringan hanya karena Taehyung tidak bisa menjemputnya.

Sol pantofel hitam milik Anha terus mengetuk sisi kiri jalan raya. Irisnya sesekali melirik ke arah berlawanan, tepat pada kedai langganannya yang menjual berbagai macam kue juga aneka roti. Harumnya samar-samar keluar dan menggelitik gadis Jung itu untuk masuk dan membeli setidaknya dua potong untuk dibawa pulang dan dimakan bersama dengan Taehyung. Tetapi, ia mengurungkan niat kala menemukan sebuah mobil hitam yang familier terparkir di sisi jalan. Tak jauh dari benda roda empat itu, ada dua orang manusia—barangkali sepasang kekasih—tengah bercumbu dengan tak tahu malu.

Entah kenapa dan tanpa alasan yang pasti, Anha merasa jantungnya seperti diperas bak cucian yang akan dijemur di bawah terik matahari. Ingin sekali ia berdiri di sana lebih lama dan menanti agar dua insan tersebut selesai melakukan kegiatan tidak senonohnya dan menampakkan wajah. Namun, sebuah taksi keburu menghampiri dan Anha lekas masuk dengan pikiran yang masih tertinggal jauh di belakang.

Sekitar lima belas menit, taksi tersebut berhenti di depan apartemennya. Membayar dengan uang lebih dan memberikan kembaliannya pada sang supir, Anha bergegas masuk ke dalam lift dan menekan tombol lima belas-lantai dimana unit miliknya berada. Setelah menekan beberapa digit password, gadis itu lekas melepas alas kaki dan menempatkannya di rak sepatu tepat di belakang pintu. Tangannya bergerak cepat melepas satu per satu pakaian yang melekat di tubuhnya dengan kaki yang terus melangkah menuju kamar mandi. Pikirannya seperti baru saja diterpa angin kencang dan meninggalkan bekas-bekas berupa perasaan ganjil di tiap petak otaknya.

Laki-laki tadi siapa? Mungkinkah Taehyung?

Postur tubuhnya yang menjulang dengan bahu lebar—seluas samudera, semerta-merta membuat Anha lekas berasumsi bahwa itu memang Taehyung. Dan mengenai pesan singkat yang sempat dikirimkan kepadanya, bisa saja itu hanya sekadar akal-akalan Taehyung untuk bermain api di belakangnya.

Setelah memastikan air memenuhi bathtup, gadis itu lekas menenggelamkan tubuh polosnya ke dalam air yang dicampur dengan sabun beraroma mawar (pengecualian bagi tangan kanannya yang masih berbalut perban). Berendam mungkin bisa membuat pikirannya kembali jernih juga otot-ototnya melemas.

Akhir-akhir ini semua mendadak menjadi sangat rumit; entah tentang kisah percintaannya yang terasa begitu hambar, pekerjaan barunya yang berat, atau desakan ibu yang menyuruhnya untuk segera melangsungkan pernikahan bersama Taehyung.

Setelah selesai dan membilas diri dengan air bersih sebanyak dua kali, Anha tak lekas beranjak dari bilik kamar mandi. Tubuhnya stagnan di depan cermin full body yang menampilkan refleksi tubuhnya tanpa sehelai benang pun. Ia mencermati satu per satu titik di tubuhnya. Mulai dari wajah dengan rona merah alami, payudara yang kencang juga berisi, perut yang rata, bokong sintal dengan tanda lahir di sisi kirinya, juga kaki jenjang yang kerap ia lingkarkan di pinggang Taehyung tatkala sedang bercinta panas di atas ranjang. Lantas dengan apa yang sudah ia miliki, kenapa lelaki itu tetap bersikap tak acuh padanya? Apakah Anha masih kurang di matanya?

Enigma, The Shadow [Re-write] | ✔Where stories live. Discover now