11. ᴠᴀɴɪꜱʜ ᴀᴡᴀʏ

2.6K 469 67
                                    

Melajukan sepeda motor hitam metalik seperti tengah dikejar sekawanan bandit kelas kakap, Jung Hoseok hanya bisa merutuk di sepanjang perjalanan. Ia bahkan belum sepenuhnya siap—separuh jiwanya masih tertinggal di atas kasur setelah dibangunkan secara brutal melalui panggilan telepon. Salah satu rekannya yang saat itu bertugas melaporkan bahwa ada tahanan yang berhasil kabur. Entah bagaimana kronologisnya (Hoseok sendiri masih belum mengetahui), tapi ia beserta rekan sejawatnya diperintah untuk lekas berpencar guna mencari keberadaan Min Suga yang barangkali belum jauh.

Udara dingin yang terasa menusuk hingga ke tulang membuat si Jung itu menggigil, bibirnya kering dengan hidungnya yang memerah. Jaket kulit yang tengah dikenakan seolah tak dapat menghalau bagaimana alam berlaku padanya. Di jam satu dini hari ini, harusnya Hoseok masih bergelung dengan selimut hangat dan manisnya rajutan mimpi. Akan tetapi, ia malah berakhir di jalan tak berujung ini.

Di sisi kiri dan kanan jalan terdapat pohon-pohon besar dengan tinggi yang setara dengan bangunan berlantai empat. Suasana juga semakin mencekam kala rungu si Jung itu diisi oleh cicit burung hantu yang bercampur satu dengan deru mesin motornya.

Memelankan laju kendaraan, Hoseok coba melirik ke belakang. Kalau di film-film horor, biasanya akan ada hantu yang tengah mengerjarnya. Jadi, lelaki itu ingin memastikan bahwa hal semacam itu memang hanya ada di film. Setelah memastikan bahwa di belakang sana tidak ada apa-apa—hanya gelap dengan kabut tipis—pun ia akhinya bisa bernapas lega.

Jung Hoseok sempat mengutuk temannya—Kim Taehyung—yang sedang mengambil cuti tahunan. Entah masalah apa yang mendera si Kim itu. Setahu Hoseok sih tidak ada, tapi itu tidak menutup kemungkinan bahwa Taehyung berbohong. Hoseok masih ingat bagaimana gusarnya Taehyung saat meminta bantuannya untuk membeli bir. Walau tidak banyak bicara, Hoseok tentu tahu bahwa Taehyung sedang dilanda masalah.

Saat ditanya alasan mengenai cuti tahunan yang diambil, Taehyung hanya membalas sekenanya—bahkan terkesan tidak masuk akal. "Aku akan pulang ke Daegu, rindu berlama-lama di rumah dengan Yeontan."

Ugh, sialan sekali si Kim itu. Hoseok mendadak membayangkan bagaimana Taehyung yang sedang bermalas-malasan di atas kasur dengan anjing kesayangannya. Enak sekali hidupnya. Apalah daya Hoseok yang kini hampir tersesat hanya karena mencari si tengik Min Suga.

Di tengah kendaraan miliknya yang melintas di jalan lengang itu, ponsel di saku jaketnya bergetar dengan nada monoton yang terdengar samar. Hoseok lekas menepi kendati tak ada satu pun kendaraan yang berlalu lalang. Mendapati nama rekan kerjanya terpampang jelas, ia lekas menekan opsi terima.

"Hallo, ada apa, Al?"

Suara gemeresak terdengar, lalu disambung dengan satu lecutan timah panas. Hoseok bahkan harus menjauhkan ponselnya dari telinga sebab di seberang sana benar-benar ramai.

"Ke kantor sekarang, tahanannya sudah ditemukan."

Mati-matian lelaki Jung itu menahan diri untuk tidak menyebut satu per satu hewan yang berada di kebun binatang. Menarik napas dan mengembuskannya pelan, Hoseok menyahut, "Baiklah, tunggu saja."

Setelah panggilan berakhir, Hoseok sempat memandang layar ponselnya yang kini menunjukkan pukul setengah dua dini hari. Setengah jam waktunya terbuang sia-sia. Marah? Tentu. Tapi inilah risiko menjadi seorang aparat kepolisian. Kalaupun ingin marah, tentu ia akan melampiaskannya pada si Min itu. Sebab jika ia tidak kabur, tidak mungkin Hoseok berakhir menyedihkan seperti ini.

Memutar balik sepeda motor, kali ini Hoseok tak tanggung-tanggung dalam mengendarainya. Speedometer itu bahkan berada di angka 120 km/jam. Tak apa. Lelaki itu sudah sangat andal dalam hal ini. Jatuh terguling hingga masuk jurang sedalam lima meter saja sudah pernah ia cicipi. Jadi jika Hoseok nanti terpental pun, ia tidak akan kenapa-kenapa. Singkatnya Hoseok sudah kebal.

Enigma, The Shadow [Re-write] | ✔Where stories live. Discover now