16. ᴡᴏᴍᴀɴ ɪɴ ᴛʜᴇ ʙᴀʀ

2.1K 344 53
                                    

WARNING!
[Mature Content]

•••

Semenjana malam masih menggelayut, dan Jack kembali kuasai tubuh Jimin.

Berkendara dengan uang rampasan (entah milik siapa, yang pasti Jack menemukannya tersimpan di dalam peti di ruang bawah tanah), pemuda dengan balutan pakaian modis itu memutar kemudi ke salah satu bar terdekat. Pikirnya Jimin ini bergerak terlalu lambat, seperti siput yang lumpuh dan tidak memiliki kuasa untuk berkelana. Oleh karena itu, Jack memilih untuk melakukannya seorang diri. Ya, dia akan mencari mangsanya malam ini.

Jack mengedarkan padangan, mendapati satu dua wanita berpakaian seksi tengah melirik penuh minat ke arahnya. Oh, tunggu, rasanya akan lebih tepat jika dikatakan ke arah selangkangannya yang saat ini mencetak sesuatu yang tersembunyi di balik jeans ketat miliknya. Memberi sebuah senyum mematikan dan mengerling nakal bak pria berumur yang gemar bermain di belakang sang istri, Jack kembali melanjutkan langkahnya menuju sofa merah menyala yang terletak di sudut ruangan.

Memesan satu botol tequilla dan menenggaknya dalam kurun waktu kurang dari setengah jam, nyatanya tak juga membuat Jack tumbang. Pemuda itu malah sibuk mengamati satu per satu penari striptis yang berlagak di atas panggung. Manik kelamnya menelisik ke arah dada besar pula bokong sekal yang mungkin akan sangat nyaman jika Jack mendaratkan kedua tangannya di sana. Sebuah kebohongan besar jika Jack mengatakan bahwa ia tidak tertarik, celananya bahkan sudah terasa sesak dengan gairah yang melonjak naik secara drastis.

Akan tetapi di sana, masih dengan segaris senyum congkak yang terpatri di wajah pula sepasang iris berkilat menatap awas, Jack kembali meredam nafsunya. Ia datang ke sini bukan untuk cumbuan memabukkan atau seks, Jack kemari karena ia ingin mencari mangsa yang bisa memuaskan rasa lapar pula dahaga yang semakin menyiksa jiwa.

Jack kembali meneguk tequilla miliknya, membiarkan cairan tersebut membasahi kerongkongan dengan getir pahit yang mendominasi mulut. Kelopak matanya memejam, menikmati musik genre EDM yang seperti hendak merusak kedua gendang telinga. Namun sepersekian detik kemudian, Jack mendadak dikejutkan dengan sepasang lengan yang melingkar di leher. Cukup erat, hingga ia kembali membuka mata dan buru-buru bertanya, "Siapa?"

Wanita dengan anting-anting besar yang menggatung di daun telinga itu mengulas senyum; cukup sulit dimengerti, tetapi Jack yakin jika itu dimaksudkan untuk menggodanya. "Kau lupa denganku?" Kendati bertanya, nyatanya Jack tidak sempat menjawab. Wanita itu lebih dulu melanjutkan; menjawab pertanyaannya sendiri. "Ah, sepertinya kau memang lupa, ya." Ia memutari sofa, duduk di pangkuan Jack dengan bibir bagian bawah yang digigit kecil. "Kalau begitu kita berkenalan lagi saja. Namaku Ahn Yoomi, dan kau pasti Park Jimin. Aku benar, 'kan Tuan Tampan?"

"A-ap—" Jack yang semula hendak protes, lekas mengambil jeda. Ia melirik ke arah wanita yang mengaku bernama Yoomi itu sekali lagi. Meneliti tiap jengkal kulit putih dengan wajah yang memerah sepenuhnya. Mendadak Jack mendapatkan pemikiran bahwa wanita ini cocok untuk menjadi mangsanya kali ini. Pun, ia memilih untuk berlakon, menarik salah satu sudut bibir sebelum berkata, "Ah, tentu saja. Aku Park Jimin. Senang berkenalan denganmu, Cantik."

"Kenapa kau sendirian saja?" Yoomi memainkan jemarinya di atas dada Jack dengan bibir yang terus-menerus digigit. "Maksudku, kau tampan. Pakaianmu juga modis. Memangnya tidak tertarik untuk melakukan hal-hal menyenangkan dengan wanita yang ada di sini?"

Oh, well, kata menyenangkan yang dimaksud wanita itu tentunya berbeda dengan yang ada di dalam pikiran Jack. Jadi, bagaimana kalau ia bermain-main sebentar? Tampaknya Yoomi juga tidak keberataan sama sekali.

Enigma, The Shadow [Re-write] | ✔Where stories live. Discover now