20. ʙᴀᴄᴋꜰɪʀᴇ ᴇꜰꜰᴇᴄᴛ

1.9K 309 106
                                    

WARNING!
[Mature Content]

•••

Di balik sekat berongga yang ada di ruang ganti sekaligus toilet, Park Hyerin menyeringai. Sudut bibirnya tertarik ke atas dengan satu tangan yang meraba bagian punggung; coba memastikan suatu benda yang akan digunakannya nanti. Dia sedang mengintai seseorang. Yep, siapa lagi kalau bukan Anha—si jalang sialan yang menjadi penghambat dalam hidupnya.

Beberapa hari belakangan ini Hyerin telah merancang sebuah rencana yang spektakuler; amat sangat mengesankan, dan semoga saja hasilnya tidak melenceng dari perkiraan. Lihat saja, kali ini Hyerin akan melenyapkan Jung Anha dalam satu ayunan belati di bagian perut. Haha. Tentunya ini sangat menyenangkan. Dia bahkan bisa membayangkan bagaimana Anha yang menjerit ketakutan, berteriak meminta pertolongan, dan berakhir meregang nyawa dalam kegelapan. Duh, semakin dipikirkan, rasanya Hyerin semakin tidak sabar untuk melakukannya.

Tersenyum tipis tatkala sosok tersebut berpamitan untuk keluar terlebih dahulu, Hyerin lekas menanggalkan seluruh pakaian yang dikenakan, menggantinya dengan setelan hitam beserta masker dan kacamata yang senada. Penampilannya mungkin terlihat mencolok di tengah bangunan yang didominasi warna putih bersih ini, tetapi beruntungnya mereka berdua tengah mengambil shift malam dikarenakan pihak yang bersangkutan sedang berhalangan.

Bahkan Tuhan dan semesta seakan berpihak padanya malam ini.

Segala macam aksesoris yang melekat di tubuh, juga Hyerin lepas. Namun sebelum itu, dia sempat melirik ke arah jam tangan perak yang tengah menunjukkan pukul tiga dini hari. Untuk sesaat wanita tersebut menghela napas. Penat menggelayut di tubuh sintalnya, yang semerta-merta sebabkan kuap kecil untuk terus terbit dari bilah bibir yang berpoles gincu merah.

Hyerin mematut diri sekali lagi, coba mencari kekurangan macam apa yang dimiliki melalui cermin yang pantulkan langsung lekuk tubuhnya. Setelah satu menit berlalu, wanita tersebut sekonyong-konyong terkekeh puas. Hyerin sempurna; tidak memiliki cela sedikit pun—jika kalian tidak setuju, peduli setan. Tubuhnya tinggi semampai, rambutnya bagus, dada dan bokongnya juga besar. Hyerin tersenyum miring. Pikirnya Jung Anha sama sekali tidak mampu menandingi wanita secantik dirinya. Jalang itu hanya sampah, tidak berharga.

Mengulurkan jemari guna memutar kenop pintu, Hyerin berjalan tenang menyusuri bangsal para pasien pula lorong nan panjang dengan penerangan yang menggantung minim. Maskernya telah dinaikkan, dan wanita itu berusaha bersikap senormal mungkin sebab dia tentunya tidak ingin dicurigai lewat kamera pengawas yang beroperasi di tiap sudut bangunan.

Sungguh. Rasanya Hyerin tidak bisa menahan gejolak yang landa rongga dada tatkala mengingat bagaimana Jung Anha berlakon di hadapannya. Well, boleh diakui kalau akting wanita itu cukup bagus. Dia berhasil mengelabui Hyerin di pekan pertama. Bersikap dan bertutur kata penuh canda dan jenaka. Akan tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama. Hyerin dapat dengan cepat mengendus sesuatu yang tidak beres.

Jung Anha telah mengetahui kebusukannya—tanpa terkecuali.

Lantas, tidak ada lagi obrolan yang diselingi canda dan tawa. Mereka menjalin interaksi menggunakan gestur kecil berupa anggukan, gelengan, dan kibasan tangan. Namun, ketika keadaan benar-benar mendesak, barulah mereka saling melempar kalimat. Itu pun hanya sepatah dua patah kata. Ekspresi yang terpasang, pun tak pernah berubah; datar dan dingin.

Terkadang, seringkali Hyerin mendapati wanita Jung itu tengah memandang ke arahnya. Tanpa ekspresi, air wajahnya begitu sulit untuk diselami. Tetapi ada satu hal yang dia yakini, bahwa Anha membencinya setengah mati. Fakta itu barangkali sedikit banyak membuat Hyerin geram, bahkan ujung kukunya nan tajam ini nyaris mendarat di permukaan wajah Anha jikalau dia tidak memiliki pendirian yang cukup kuat. Mencabik kulit tersebut hingga berai dan berdarah sepertinya akan menjadi sesuatu yang seru, bukan?

Enigma, The Shadow [Re-write] | ✔Where stories live. Discover now