-PERDEBATAN MENJELANG AKAD-

5.2K 198 3
                                    

Pagi yang sibuk di rumah Mei. Sahabat2nya menginap untuk ikut bantu2 acara nikahan Mei hari itu.

Perdebatan sedang terjadi di kamar Mei. Mei keukeuh ga mau dicukur rambut alis, ga mau pake lipstik warna mencolok, ga mau pake bulu mata palsu, dan ga mau pake jilbab ketat dari si perias. Sedangkan si perias merasa ide itu benar2 aneh dan tidak pernah ada dalam kamusnya.

Seumur2 dia merias siapapun, mereka tidak pernah memberi persaratan semacam itu. Pelanggan2nnya selama ini nurut2 saja padanya. Mau didandanin macam gimanapun, dibajuin yang seksi2 tak pernah ada yang menolak.

Baru kali ini ada pengantin yang banyak sekali protesnya. Baju pengantinnya bikin sendiri, longgar, dan tidak tampak glamor, its oke, gapapa, dia gak rugi. Etapi ini soal make up dia bawa peraturan sendiri! Gimana nanti kalo hasilnya gak maksimal? Kan bisa merusak reputasinya selama ini?! Tapi dia cuma bisa bersabar, senyumin, sambil terus dibujuk.

"Pokoknya Mei ga mau dicukur alis, titik! Kalo maksa, mendingan ga mekapan sekalian"

"Ya ampun, Mei. Ini cuma buat sekali doang. Nanti juga tumbuh lagi!" Kata teteh. Si teteh perias hanya tersenyum melihat perdebatan kakak beradik itu.

"Bukan masalah tumbuh ga tumbuh, tapi cukur alis itu dosa! Dilaknat Allah! Aku ga mau"

"Ya ampun! Cukur aja sekalian teh!" Eteh setengah berteriak saking kesalnya. Mei mendelik tidak rela.

"Ga mau! Oke, silahkan pake bulu mata palsu, lipstik dan sebagainya, tapi tanpa cukur alis. Udah, penawaran itu udah final. Gabisa diotak atik lagi!" Ucap Mei. Si teteh perias tersenyum geli.

"Yaudah teh, mulai meriasnya" ucap teteh sambil tetap duduk di situ, mengamati.

Si teteh perias memulai pekerjaannya. Mencuci wajah mei, dan mengoleskan berbagai produk make up.

Pas bagian mau pake jilbab lagi, Mei memberikan jilbab putihnya yang sehari2 dipakai mengajar.

"Apaan itu?" Tanya eteh

"Jilbab lah...mana mungkin ini CD"

"Enggak! Pake jilbab dari si teteh, jangan pake yg itu"

"Jilbab dari si teteh mah kecil bangeeet. Ga nutup mpe dada. Ntar kelihatan lekukan lehernya"

"Atuh itu mah udah umum. Dimana2 juga udah biasa penganten jilbabnya dimasukin baju" jawab si teteh.

" Tapi Mei mah ga biasa jilbab kecil begitu, malu"

" Ih! Kamu mah! Banyak protesnya! Sehari doang ini mah. Jangan terlalu fanatik kalo jadi orang"

"Gini aja, bagian dadanya nanti ditutup pake ini" si teteh perias menginterupsi perdebatan adik dan kakak sambil menunjukkan sebuah dekorasi aplikasi terbuat dari kain yang dibordir dan diberi manik2 aplikasi. Dekorasi busana pengantin itu kebetulan sewarna dengan busana pengantin yang dipakai Mei. Dengan terpaksa, Mei menyetujui ide itu.

Setelah perdebatan yang panjang tentang apa yang boleh dan apa yang tidak, proses merias akhirnya selesai dengan Mei mendengus kesal.

"I hate my face" ucapnya sambil menatap wajah menornya di cermin.

Semakin lama dia mengamati penampilannya di cermin, semakin dia jengkel. Bagaimana tidak, wajahnya jadi tampak sepuluh tahun lebih tua dari usianya. Senyum sedikit, garis senyum tercetak di kedua samping bibirnya, membuatnya tampak seperti boneka chucky yang tersenyum menyeramkan. Ditambah lagi, mata sipitnya yang ditambal bulu mata palsu sangat sulit untuk dibuka karena terlalu berat. Jika dia melihat matanya dicermin, persis orang yang sedang diserang kantuk luar biasa.

Mei mendesah sebal. Sahabat2nya yang baru masuk kamar setelah bantu2 di bagian dapur mentertawakan penampilanya. Mei tambah sebal.

Sudah satu jam lebih menunggu, pengantin pria belum juga tiba.

Jodoh Di Bulan RamadhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang