-SAYANG-

5.2K 207 4
                                    

"mas"

"Hmm?"

"Kenapa mas memutuskan ngelamar ade, dulu?"

"Oh...mas ga niat lamar kok, waktu itu"

"Masa?"

"Iya"

"Terus, gimana ceritanya mpe mas tahu tentang ade? Mas minta biodata ke ustadz Dodik?"

"Engga"

"Lha? Terus, gimana ceritanya?"

"Suatu hari mas nanya ke ustadz Dodik, mas udah pantes nikah belum menurut penilaian beliau. Ujug-ujug seminggu kemudian ngasi biodata"

"Mas milih dong?"

"Enggak. Soalnya waktu itu ustadz Dodik ngasi biodata cuma satu. Dia bilang "maaf ya, cuma ada satu" mas juga gak faham apa maksudnya"

"Terus?"

"Mas lihat biodatanya. Dilihat dari usianya lebih tua. Pikir mas waktu itu 'gapapa lebih tua, kan bisa bimbing mas' eh, ternyata ga gitu juga"

"Maksudnya?"

"Ya...namanya perempuan, meskipun usianya lebih tua dari suami, tapi tetep manja, kaya usianya lebih muda"

Plak! Mei menepuk pundak Rasyid lembut dengan senyum gemas. Rasyid tertawa.

"Tapi kan mas juga manja ke ade. Mau tidur mesti minta pijit lah, minta elus lah, kaya bayi aja"

"Biarin, ke istri sendiri ini"

"Ya iya lah....awas aja kalo manja-manjaan ke cewek lain"

Rasyid tertawa.

"Mas sayang ga, sama ade?" Tanya Mei sambil menekuri dinding kamar berwarna putih. Lengannya melingkari perut Rasyid.

"Sayang"

"Kenapa?"

"Karena ade istri mas" jawab Rasyid.

Mei kecewa. Bukan jawaban itu yang ingin dia dengar, sebetulnya.

"Berarti sebelum ade jadi istri mas, mas gak sayang?"

"Iya. Ngapain sayang kalau bukan ke istri?"

"Ih...mas mah..."

"Lha? Bener kan?"

"Jadi waktu mas abis ngelamar ade, mas gak sayang ke ade?"

"Belum"

"Ih, mas jahat"

"Mas ga mau sayang kalo belum jadi istri, takut kalo ga jadi nikah, nanti kecewa, gak bisa ikhlas, susah move on"

"Emang mas pernah kaya gitu?"

"Kaya gitu gimana?"

"Sayang ke cewek, terus gak jadi nikah"

"Pernah"

"Mas pernah pacaran?"

"Dibilang pacaran bukan, dibilang bukan, ah..ga ngerti deh"

"Siapa?"

"Ada deh.."

"Ceritain"

"Jadi gini, dia itu temen sekolah mas. Pernah satu kelas waktu SMA. Namanya temen sekolah kan ngoleksi nomor-nomor hp temen. Terus komunikasi lancar sama semua. Nah sama dia komunikasinya intens. Terus mas tanya, mau gak jadi istri aku? Dia bilang mau. Pas mas bilang mas mau datengin orang tuanya, dia bilang dia gak siap. Minta nunggu tiga tahun lagi, mpe dia lulus, kerja n bales jasa orang tua"

"Kenapa?"

"Dia bilang dia mau berbakti dulu"

"Lha? Kan bisa tetap berbakti meskipun sudah nikah"

"Iya, makanya"

"Terus?"

"Ya, mas bilang aja, daripada harus nunggu tiga tahun, mending aku nyari cewek yang siap nikah"

"Ih, jahatnya..."

"Lah? Mas kan gak mau pacaran. Mas udah kerja, umur udah 21, udah wajib nikah kalau menurut mas mah. Kalo misal nunggu dia tiga tahun lagi, ya sama aja pacaran kalo gitu"

"Iya juga sih" Mei manggut-manggut.

"Terus reaksi dia gimana pas mas bilang gitu?"

"Dia cuma bilang, kalo misalkan jadi nikah, kabarin"

"Mas kabarin?"

"Iya, sehari sebelum nikah mas kabarin"

"Pasti sedih jadi dia"

"Ah..udah ah. Gak usah bahas itu, kita bahas yang lain aja"

Mereka melanjutkan obrolan dengan membahas masa-masa di SMA.

************
Siang itu Mei menjajari langkah Rasyid menuju jalan raya. Rasyid hendak kembali ke kota Serang tempatnya bekerja, meninggalkan istrinya di kabupaten lain, di kampung pelosok di pegunungan.
Bukan karena ia tak ingin membawa istrinya serta, tapi istrinya adalah seorang PNS yang baru diangkat yang tentunya memiliki kewajiban melaksanakan tugas sesuai SKnya.

Sebelum menikah, Mei tidak pernah mengira akan memiliki hubungan Long Distance Marriage seperti sekarang, meskipun dia tidak pernah lupa status dia dan suaminya sebagai PNS di kabupaten berbeda.

Rumah tangga yang selalu dibayangkannya adalah rumah tangga ideal. Setelah menikah tinggal bersama suami, tinggal di rumah kontrakan, membangun rumah tangga dari nol.

Bersyukurnya, suaminya tidak menuntut banyak hal padanya. Hanya dia yang harus mengerti, ketika suaminya tak bisa pulang, maka dia yang harus mengunjungi suaminya ke kota Serang. Istilahnya, gantian capeknya. Meskipun begitu, tetap saja Rasyid akan datang ke kampung untuk mengantar Mei pulang.

Setelah Mei mencium punggung dan telapak tangan Rasyid, Rasyid naik mobil angkutan umum dan melambaikan tangan. Mei tersenyum membalas lambaian tangan.

Jodoh Di Bulan RamadhanWhere stories live. Discover now