Kondangan

1.2K 76 0
                                    

Sejak waktu masih gadis, tiap kali Mei bantu-bantu di rumah teman yang lagi hajatan, Mei suka berhayal dia pergi kondangan sama suaminya. Boncengan di motor. Kesannya romantiiisss...gitu.

Awal-awal Mei dan Rasyid menikah, mereka sangat jarang bisa pergi kondangan bareng. Pasalnya, mereka berdua menjalani long distance married, jadi kalau kondangan ya sendiri-sendiri, apalagi teman-temannya Rasyid nikahnya pada di luar kota, bahkan di luar pulau. Yang mana tidak memungkinkan untuk Mei ikut.

Beberapa tahun setelah mereka tinggal bersama, Mei baru bisa pergi kondangan bareng Rasyid, itupun sambil bawa dua bayi karena mereka tidak memakai jasa pengasuh.

Waktu itu kondangan ke rumah bapak satpam di komplek mereka. Meskipun sambil beroyotan bawa dua bayi, Mei merasa cukup senang akhirnya apa yang dia hayalkan semasa lajang terjadi juga, kondangan bareng suami. Bonus beroyotan dua bayi.

Lalu kondangan bareng berikutnya ke rumah tukang ojek langganan si sulung. Kali ini beroyotan bawa 4 anak. Karena kejadiannya malam dan juga tidak banyak orang yang Mei dan Rasyid kenal kecuali pemilik hajat, jadi tidak ada yang aneh.

Kondangan berikutnya adalah kondangan yang tak terlupakan buat Mei. Tidak terlupakan karena kadang membuat Mei merenung kalau ingat kembali peristiwa itu.

Jadi ceritanya begini...

Hari itu mereka pergi kondangan ke hajatan teman kantornya Rasyid. Teman kantornya ini menikahkan putrinya di sebuah gedung.

Setelah pamitan ke 4 bocah yang ditinggal di rumah, Mei dan Rasyid berangkat di siang terik ke gedung tersebut.

Sepanjang perjalanan ke tempat acara, mereka terus ngobrol tentang banyak hal, Mei bahagia rasanya. Baru kali ini mereka bisa pergi kondangan berdua saja. Kondangan ideal yang selalu Mei bayangkan sejak dulu.

Rasanya menyenangkan bisa bicara dan tertawa di atas motor berdua saja dengan suami. Ingat kan, mereka pacaran setelah menikah, dan masa pacaran mereka hanya kurang dari setahun karena nongol si sulung ke dunia.

Jadi buat Mei, saat-saat berdua dengan suaminya adalah saat-saat yang sangat berkesan. Apalagi Rasyid orangnya agak-agak jahil dan iseng.

Sampai di gedung, setelah turun dari motor, Rasyid mengulurkan lengan kirinya untuk dirangkul Mei. Mei senang dong...dia segera merangkul lengan Rasyid. Besisian mereka berjalan menaiki tangga gedung dan memasuki pintu, bak sepasang pangeran dan putri kerajaan.

Gedung itu sudah seperti istana saja, melihat semua hiasan itu, Mei merasa takjub sekali. Rasanya seperti berada di alam lain. Saat Mei sibuk mengelilingkan pandangan mengagumi dekorasi, Rasyid disapa salah satu teman kantornya. Mereka tertawa entah mentertawakan apa karena obrolan mereka menggunakan bahasa yang tak Mei fahami.

Meskipun Mei sudah 10 tahun menikahi Rasyid, Mei tidak pernah bisa menguasai bahasa daerahnya Rasyid. Itu karena Rasyid tak mau mengajari Mei. Katanya bahasa daerahnya kasar.

Lalu tiba-tiba muncul bapak-bapak dari arah depan mereka, bicara kepada Mei.
"Bu, ini anaknya suka jahil nih!" Sambil tertawa dan menunjuk-nunjuk Rasyid. Mereka bertiga, Mei, Rasyid dan si bapak itu serentak tertawa. Bukan hal yang aneh Rasyid dibilang anak2. Saat itu Mei merasa itu sangat lucu dan Mei merasa beruntung punya suami seimut do kyungsoo yang wajah bayinya abadi.

Tapi, setelah sampai di rumah Mei menghadap cermin. Menelisik raut wajahnya sendiri.

"Apa aku setua itu? Sampai suamiku sendiri dikira anakku?"

Mei tahu, sadar, bahwa bapak itu hanya bercanda, dan dia juga tak tampak setua usianya, tapi tetap saja, kan?

Jadi, kondangan itu tidak selalu menyenangkan 100 %. Kali ini Mei harus siap dikira ibu2 bawa anak bujangnya kondangan. Hadeuhhhh....

Jodoh Di Bulan RamadhanWhere stories live. Discover now