-EMAK-

4.9K 200 3
                                    

Mei adalah putri bungsu dari empat bersaudara. Seumur hidupnya jalan ceritanya ditulis oleh emak. Dia harus sekolah dimana, mondok dimana, daftar kuliah kemana, jurusan apa, semuanya sudah diatur emak. Dia hanya tinggal menjalaninya saja.

Emak dan semua orang mengira, dia adalah gadis patuh yang akan patuh selamanya, tidak ada yang tahu bagaimana isi hati dan pikirannya.

Mei kecil senang menonton tayangan luar negeri, biasanya film keluarga atau acara anak-anak.
Tahu sendiri, kan, orang luar negeri banyak memberikan kebebasan pada anaknya, menekankan harus mandiri, memberikan kebebasan dalam menentukan jalan hidup, setelah usia 18 tahun orang luar/ barat biasanya harus hidup terpisah dari orang tua, bekerja dan membiayai hidupnya sendiri.

Nah...inilah yang membentuk pikiran Mei. Dalam kepalanya, setelah bekerja, dia harus hidup jauh dari keluarga, dari orang tua, membiayai hidupnya sendiri, susah senang dihadapi sendiri. Orang tua jangan sampe ikut susah atau sedih. Ngasih ke orang tua boleh kalau punya, tapi jangan sampai minta. Itulah prinsipnya.

Ada beberapa hal yang dia garisi. Dia akan patuh kepada orang tua sampai batas yang dia tentukan. Untuk beberapa hal yang menurut dia prinsip, dia tidak akan mematuhi orang tuanya, meskipun dia tetap bersikap baik pada orang tuanya, tapi bukan berarti dia melunak dan melepaskan prinsipnya.

Mei tidak banyak mengerti agama, tapi dia tahu jika wanita yang belum punya suami itu, patuhnya pada orang tua. Setelah wanita bersuami, patuhnya pada suami.

Sebelum menikah, Mei sudah melihat gelagat emak yang kurang menyukai Rasyid.

"Emak gak setuju Mei nikah sama Rasyid?"

"Emak gak suka sama dia, kecil kayak anak-anak"

Lha? Yang bikin dia kecil kan Allah, mak....
Bukan pabriik...

Oke, Mei ngerti. Mungkin menantu ideal menurut emak adalah cowok gagah tinggi besar.

Tapi kan yang minta-minta tiap malam ke Allah biar Mei cepet nikah, nikahnya sama PNS, siapa?
Kan emak?

Yang koar-koar ke tiap orang pengen cepet Mei nikah siapa?
Emak.

Jadi, kalau Mei tidak takut kalimat ini akan menyakiti emak, dia akan bilang,
Emak yang minta aku cepet nikah, emak yang minta aku nikah sama PNS

Doa-doa emak sudah dikabulkan sama Allah...kok gak puas???

"Kalau emak gak setuju, bilang. Biar Mei ngebatalin, mumpung belum nikah"

"Kita lihat aja nanti" jawab emak. Mei menyerah. Oke, kita lihat.

Beberapa bulan setelah nikah, ketidak sukaan emak pada Rasyid tampak semakin jelas. Emak sering menyindir, tak mau bicara pada Rasyid, dan sering menjelek-jelekkan Mei dan Rasyid di belakang mereka. Sampai suatu hari Mei tidak tahan untuk tidak bicara.

"Emak mau Mei cerai? Kalau emak mau Mei cerai, oke, Mei akan minta cerai ke Rasyid. Mumpung belum punya anak"

"Gak gitu juga sih..." Jawab emak dengan muka judes. Oke...pikir Mei. Ini penawaran terakhir. Aku udah nawarin.

Inginnya emak, Mei jangan hamil dulu. Mei boleh hamil berabad kemudian, kalau emak udah gak malu punya menantu anak-anak yang umurnya lebih muda dari putrinya.

Tapi Allah yang punya rencana. Mei hamil dan karena hamilnya, Mei mutasi mengajar ke sekolah yang lebih dekat dengan rumah.

Mei sebenarnya mengerti kekhawatiran orang tuanya. Rasyid memang tampak sangat muda, terlalu muda untuk usianya. Wajahnya dan tubuhnya terlalu imut untuk seorang pria yang sudah bekerja dan berusia 21. Dia lebih pantas punya pengasuh daripada pengantin. Lebih cocok jadi anak SMP karena imutnya. Ditambah lagi pipi gembilnya membuat wajahnya seperti tak menua.

Coba lihat Selena gomez, pipi gembil dan wajah imutnya membuat dia seperti anak-anak, padahal usianya sudah mau kepala tiga. Nah, Rasyid ini kasus yang sama.

Jadi, orang tua Mei meragukan keseriusan, kesungguhan Rasyid dalam membina rumah tangga. Mereka khawatir pikiran dan jiwa Rasyid masih anak-anak, seanak-anak wajahnya.

Makanya ketika tahu Mei hamil, emak marah-marah. Mungkin takut putri kesayangannya ditinggal dalam keadaan hamil, atau diceraikan saat sudah punya anak.

Emak memang ahlinya dalam memikirkan hal-hal mengerikan, Mei sudah hafal watak emak. Terlalu banyak mendengarkan kisah tragis orang lain, jadi paranoid, takut kisah tragis juga dialami anak-anaknya. Bukan hal yang aneh, semua orang tua tak mau anaknya sedih, menderita, itu adalah insting orang tua, Mei mengerti. Yang membuat Mei tak tahan, emak sangat agresif mengeluarkan kalimat-kalimat yang menyakitkan padanya maupun Rasyid.

Meskipun begitu, Mei bersyukur Allah membimbingnya. Dia tak pernah sampai hati membalas kata-kata emak dengan kalimat yang menyakitkan. Dia bisa membalas, sebenarnya, tapi dia memilih diam. Dia tahu, bersikap baik, memperlakukan orang tua dengan baik, menghormati mereka, itu adalah kewajiban.

Mei memilih menelan rasa sakit karena dia tahu, orang tuanya hanya menjalankan insting sebagai orang tua.

Rasyid bisa melihat dan merasakan, bagaimana sebenarnya perasaan ibu mertuanya padanya. Well, dia pria dewasa yang normal, bukan hal yang sulit untuk menyadari ibu mertuanya tidak menyukainya, tapi dia memilih mendiamkannya.

Sejak sebelum menikah, dia diberitahu teteh Mei tentang watak ibu mertuanya, saat itu dia bisa mengira akan seperti apa, dan toh dia tetap maju untuk menikahi Mei. Jika saja setelah shalat hatinya tidak diberikan kemantapan dalam menikahi Mei, dia tidak akan lanjut.

Setelah bayi Mei lahir, emak semakin menjadi dengan sikapnya. Mei berusaha bertahan. Sampai dia merasa harus berbuat sesuatu.

Suatu hari Mei memutuskan mengontrak sebuah rumah di belakang sekolah tempatnya mengajar. Emak marah besar dan menangis.

Emak menarik-narik Mei agar jangan pergi. Sambil menangis, Mei berkata

"Kita jauhan aja, mak. Mungkin dengan Mei jauh dari emak, emak gak akan selalu marah ke Mei. Mei sedih emak selalu ngomong kata-kata yang menyakitkan. Mei takut gak sengaja ngebales kata-kata emak. Mudah-mudahan dengan kita jauhan, emak gak marah lagi"

Hari itu, emak membakar sekoper pakaian Mei dan Rasyid. Pantas saja Mei merasa ada beberapa pakaiannya dan pakaian Rasyid, tidak pernah terlihat lagi.

Jodoh Di Bulan RamadhanWhere stories live. Discover now