-AKAD-

5.2K 203 4
                                    

Bapak, paman, paman sepupu, semua sudah bolak balik kamar Mei, menanyakan mempelai pria sudah sampai di mana. Mereka meminta Mei menelpon Rasyid berkali-kali, untuk memastikan.

Bagi orang tua, tentu saja mereka khawatir jika sudah dua jam lebih mempelai pria belum juga sampai, melebihi jadwal yang sudah ditentukan.

Bahkan mereka sudah memikirkan calon mempelai pengganti untuk jaga-jaga jika mempelai pria tidak datang.

Bagi Mei, yang selama 23 tahun hidupnya dia jalani seperti air mengalir dan dengan pikiran selurus jam enam, dia tidak memikirkan kemungkinan buruk apapun. Dia hampir selalu berhusnudzon pada siapapun, pada keadaan. Karenanya dia mudah sekali ditipu atau dimanfaatkan orang.

Setelah sekian lamanya, Rasyid mengirim sms jawaban bahwa mobil rombongannnya kena tilang. Dengan wajah heran para tetua keluar kamar Mei.

Lama Mei menunggu dengan hati jengah karena melihat riasan di wajahnya, akhirnya saat itu tiba. Dia digiring ke masjid untuk akad, padahal dia sih maunya di kamar saja, toh nanti juga ketemu di rumah, tapi seperti biasa, Mei mengalah pada peraturan yang diciptakan para tetua, mempelai wanita harus hadir di tempat saat akad.

Mei rasanya ingin bersembunyi di dasar lautan saat semua mata tertuju padanya.

Waktu masih kecil, Mei tidak terlalu peduli saat dia jadi pusat perhatian (misal waktu nyanyi jadi lead vocal saat masih TK, atau sering jadi petugas upacara saat SD, atau tergabung dalam grup nasyid dan sering tampil di panggung sebagai lead vocal saat SMP dan SMA, atau saat diskusi di kampus dll) dia anggap semua yang melihatnya batu, tapi entah sejak kapan, Mei tidak yakin, dia tidak nyaman jadi pusat perhatian orang selain murid2 di kelasnya.

Jadi saat akad selesai dan dia berjalan bertautan tangan dengan Rasyid dengan ditonton masyarakat sepanjang jalan, dia berharap ditelan bumi saat itu juga.

Jodoh Di Bulan RamadhanWhere stories live. Discover now