-KIYOWO-

3.5K 153 1
                                    

Dasar memang hidup, semua ada konsekuensinya, tapi meskipun begitu, kita harus bisa menerima keadaan, bukan? Jika hal2 yang terjadi memang tidak bisa dirubah lagi.

Misal, hal-hal yang Rasyid alami berkaitan dengan keimutannya yang naujubilah.

Suatu hari di kantor, Rasyid sedang melayani WP berusia paruh baya. Seragam yang dia pakai sama dengan seragam anak PKL karena memang seragam kerjanya setiap hari sudah ditentukan dari pusat.

"De, Ade anak PKL ya?"

Rasyid senyum dengan indahnya.
"Bukan pak, saya pegawai di sini"

"Loh? Pegawai? Emang Adek umurnya berapa?" Dengan wajah terkejut

"Dua puluh dua, pak" Rasyid menjawab dengan santai.

Si bapak melongo tak habis pikir, mengira anak SMK di depannya sedang berbohong.

Setelah pindah kantor ke kantor provinsi, hal yang terjadi lebih menghawatirkan sang istri.

Anak PKL perempuan di kantornya sering senyum2 tak jelas kalau mereka sedang kebetulan berpapasan dengan Rasyid. Kadang mereka sampai tergelak.

Rasyid mematut dirinya di cermin toilet, memeriksa pakaiannya kalau-kalau ada yang aneh, tapi tidak ada yang aneh. Hari berikutnya dia tahu penyebabnya kenapa anak-anak PKL itu bertingkah aneh.

Beberapa anak PKL perempuan itu sepertinya sudah tak tahan lagi. Mereka jadi ekstrim.

"Pak, boleh gak bapak yang ini dibawa pulang?" Tanya mereka sambil tertawa pada salah satu temen Rasyid.

"Imut ya?" Tanya temen Rasyid.

"Iya, gemes. Jadi pengen bawa pulang" ucap anak2 PKL itu dengan santainya.

"Jangan, nanti ada yang marah. Dia udah punya anak tiga loh!" Jawab teman Rasyid lagi.

"Masa sih pak?"

"Iya. Tanya aja sendiri"

"Ih, gak berani ah" ucap mereka, disusul gelak tawa yang ramai.

Rasyid yang sedang sibuk dengan pekerjaannya hanya tersenyum dengan santainya.

Mei tidak kaget jika ada kejadian seperti itu, suaminya memang imut sangat. Hal2 seperti itu memang sering terjadi. Dia saja dulu saat pertama bertemu mengira usia Rasyid sekitar 16-18. Padahal saat itu Rasyid sudah 21.

Tidak heran juga jika semua tetangganya mengira Mei menikahi anak SMP karena memang Rasyid super unyu.

Sampai suatu hari, sepertinya Rasyid mulai merasa terganggu dengan kekeliruan orang2 dalam mengira usianya.

"Kayaknya mas harus membesarkan badan deh" ucapnya pada Mei

"Kenapa?" Tanya Mei

"Biar tampak lebih tua gitu"

"Oh.." Mei menanggapi dengan santai. Mei tak masalah mau bagaimanapun bentuk fisik Rasyid. Mau besar mau kecil, dia tetap suka.

Jadi Rasyid mulai menggemukkan badannya.

"Gak ngefek" ucapnya satu hari.

"Apa yang gak ngefek?" Tanya Mei.

"Mas tetap dikira anak PKL"

"Oh..kan mukanya imut-imut, jadi jangan salahkan mereka"

"Mas mau numbuhin jenggot sama kumis, ah"

"Jangan kumis!"

"Kenapa?"

"Ade gak suka"

"Kenapa?"

"Tar kalo nyium bikin gatel. Nusuk2 pipi, kaya mamang (paman) waktu dulu kalau nyium Ade. Gak suka"

"Ya gak akan mpe Segede itu, kali. Paling dibiarin numbuh tipis aja"

"Buat apa sih?" Tanya Mei

"Biar gak dikira muda terus"

"Loh, bagus berarti kan? Awet muda"

"Bagus apanya? Mas dikira belum nikah terus"

"Emang gimana ceritanya?" Tanya Mei penasaran.

Jadi, begini ceritanya,

Rasyid sering sekali dicariin WP, dari mulai usia awal dua puluhan semacam asisten notaris sampai WP usia paruh baya.
Semua WP2 itu sama saja ulahnya, yang usia muda nyantai banget berhadapan sama Rasyid, seolah-olah Rasyid seumur dengan mereka, bahkan sampai ada yang nawar-nawarin teman pulak. Hadeuhhhh...

Yang usia paruh baya gak jauh beda,

"Dek, Ade pegawai di sini?" Tanya si bapak dengan pakaian safari, sepertinya beliau seorang pejabat di suatu instansi.

"Iya, pak" senyum Rasyid

"Udah nikah belum?" Tanya si bapak.

"Anaknya udah empat, pak!" Timpal temannya dari meja sebelah sambil tertawa. Rasyid tersenyum.

"Yang bener, dek?" Tanya si bapak pada Rasyid.

"Iya, pak"  jawab Rasyid sambil mengangguk dan tetap memeriksa berkas yang diajukan si bapak.

Si bapak bengong dengan herannya. Anak sekecil ini sudah punya anak 4? Nikahnya umur berapa? Pikirnya.

"Oh...jadi begitu ceritanya" timpal Mei.

"Iya" jawab Rasyid dengan mata bulat dan bibir monyong. Mei mencubit pipi gembilnya dengan gemas.

"Suamiku memang imut, bikin gemes terus" lalu Mei menggigit pipi Rasyid.

Jodoh Di Bulan RamadhanOnde histórias criam vida. Descubra agora