-ROMANTIS-

3.3K 150 2
                                    


Awal-awal menikah, seperti halnya penganten baru yang lain, Mei dan Rasyid sangat lebay dalam romantisme. Mulai dari panggilan sayang yang bikin mual, sampai pesan-pesan berisi kalimat lebay. Pokoknya kalau orang jomblo baca pesan-pesan itu, apalagi jomblo yang baru patah hati, pasti pengen muntah.

"Dinda, kanda merindukanmu" isi pesan dari Rasyid.

"Dinda juga, Kanda" Jawab Mei.

Mereka berdua laksana pasangan raja dan ratu di serial kolosal, bahasanya bikin mual jomblowan jomblowati.

"Suasana malam yang dingin ini terasa semakin dingin tanpa kehadiranmu, Dinda..."

"Sabarlah Kanda, kita akan segera bertemu" jawab Mei lagi.

Oke, bagian ini tidak usah ditambah lagi, author mulai mual sekarang.

Setelah usia pernikahan semakin bertambah, romantisme itu pun semakin berkurang. Rasyid sudah tidak sering mengirim pesan lebay lagi, begitupun Mei. Pesan-pesan mereka berisi dengan hal-hal seputar perkembangan anak mereka.

"Sulung lagi apa?" tanya Rasyid

"Lagi mainin kucing"

"Dia suka nanyain mas, gak?"

"Kadang, kalau mau tidur atau bangun tidur"

"Mas pulang gak, minggu ini?"tanya Mei

"Gak tahu, sekarang lagi gak enak badan"

Begitulah...pesan-pesannya berbunyi datar dan tidak ada warna-warna romantismenya. Biasa saja.

Tapi, Mei masih suka mengirim pesan berbentuk puisi karena pada dasarnya dia memang suka menulis puisi

Dan...

Tidak pernah dibalas Rasyid, seperti halnya ucapan selamat lebaran bertahun-tahun lalu. Bukannya apa-apa, dia merasa membuat puisi balasan itu benar-benar menguras pikiran. Harus mencari kata-kata yang pas tapi juga indah didengar eh, dibaca. Pokoknya, dia mending diminta uang saku sama istrinya daripada harus balas puisi.

Karena hal itulah, kadang Mei merasa rindu dengan sisi romantisme Rasyid.

Buat Mei tidak perlu Rasyid membuat puisi untuknya, tapi setidaknya kalau mereka berjalan bersama, Rasyid mau menggenggam jemarinya. Atau memanggilnya sayang. Atau mengecupnya saat bangun tidur.

Apakah Rasyid menyadarinya?

Tentu saja tidak. Hal-hal itu tidak pernah terpikir di kepala Rasyid.

Meski begitu, bukan berarti Rasyid bukan tipe laki-laki romantis. Dia tipe laki-laki romantis dengan caranya sendiri.

Suatu hari Rasyid pulang, dia membawa setas pakaian. Isinya beberapa daster dan jilbab.

"Nih, oleh-oleh buat ade" Rasyid menyerahkan tas itu dengan wajah sumringah.

Mei meraih tas itu lalu membukanya. "apa ini?" Mei mengeluarkan daster-daster dan jilbab itu.

"Pake" pinta Rasyid.

"Wa...terimakasih" ucap Mei. Dia memang terbiasa mengucapkan terimakasih pada siapapun, bahkan pada tukang ojek yang mengantarnya ke pasar, bahkan pada sopir angkot.

Sejujurnya, Mei tidak menyukai warna dan corak daster itu, tapi karena Rasyid tampak sangat bahagia, jadi Mei menampakkan wajah bahagia dan berterimakasihnya.

Dia juga tidak suka dengan model jilbabnya, terlalu ramai dan terlalu pendek, tapi dia terima dengan senyum dan dia pakai setiap hari, asal Rasyid senang. Kan repot juga kalau sampai Rasyid merasa kapok membelikannya pakaian.

Hal yang tidak pernah disadari Mei adalah, Rasyid sebenarnya sering memikirkannya. Memikirkan mau membelikannya apa supaya Mei merasa senang? Mau ngasih hadiah apa saat ulang tahun Mei?

Suatu malam, Rasyid ijin pergi ke pengajian. Pulangnya jam 11 malam. Saat itu Mei sedang menidurkan putri mereka.

"De, sini.." pinta Rasyid yang baru pulang dari pengajian.

Mei mengikuti Rasyid ke ruang tamu, "ada apa?"

"tolong bukain tas mas" perintah Rasyid

Mei membuka tas Rasyid. Di sana ada sebuah kotak HP Samsul baru berwarna magenta.

"Coba buka itu hapenya" perintah Rasyid. Mei membukanya.

"Mas kapan belinya? Bukannya tadi pengajian?"

"pengajiannya libur, jadi mas keliling aja nyari hape"

"Buat apa? Buat siapa?"

"Buat ade. Buka hapenya, jajal"

"Bener buat ade?" Mei tersenyum senang

"Iya. Masa mas pake hape pink kek gitu?"

"Terimakasih...." ucap Mei senang.

Mei lupa kalau bulan itu dia ulang tahun. Dia tidak tahu bahwa Rasyid memikirkan hadiah itu lama sekali.

Rasyid tersenyum lebar. Melihat Mei senang, entah kenapa dia juga ikut senang.



Jodoh Di Bulan RamadhanWhere stories live. Discover now