S I X

207K 8K 97
                                    

Pagi ini adalah hari pertama icha efektif belajar. Icha kini sudah resmi menjadi pelajar SMA. Betapa senangnya icha akan mengenakan pakaian putih abu-abu. Icha sudah bisa bernafas lega karena sudah selesai menjalankan masa orientasi nya kemarin. Menurut icha, masa orientasi lah yang paling ia benci. Mulai dari senior yang sok galak. Dan banyak lah. Dan pagi ini icha juga sangat senang. Pagi ini ia tidak diantar abang atau supirnya, melainkan daren yang akan mengantarnya. Icha juga tidak berangkat bareng brenda, karena kasihan juga kalau setiap pagi brenda harus ke rumahnya. Jadi, mereka akan bertemu di sekolah.

"Ren, nanti lo jemput gue gak?" Tanya icha kepada daren yang lagi fokus menyetir mobil.

"Astaga, gue lupa bilang ke lo cha. Gue gak bisa jemput lo nanti." Jawab daren.

"Lah gue pulang sama siapa dong? Atau abang yang jemput gue? Atau supir? Atau papah? Atau siapa?" Tanya icha panjang lebar seperti rumus aljabar.

"Kurang panjang lo pidatonya cha"

"Apaan sih ren? Gue serius ini. Gue nanti pulang sama siapa? Gue kan masih anak baru. Terus nanti kalo gue di culik sama senior yang jahat gimana? Ah parah banget lo ren." Gerutu icha sebal.

"Kalo ngomong rem dikit. Jadi gini, hari ini gue bakal ke kantor papi gue yang ada di jakarta. Soalnya lagi ada problem katanya. Gue juga udah bilang ke papah lo soal yang jemput lo nanti. Nah, yang jemput lo itu anak nya temen papah lo. Ngerti?"

"Hah? Anaknya temen papah? Yang mana? Cewek atau cowok? Namanya siapa? Gue kan gak kenal dia ren"

"Gue juga lupa namanya siapa. Gini deh, Nanti pas pulang sekolah, lo diem aja dulu dikelas. Sampe nanti ada cowok yang samperin lo. Dia kakak kelas lo. Nanti gue bilangin ke dia. Tenang aja cha, dia gak bakal bawa kabur cewek cerewet kayak lo." Ucap daren.
Icha memanyunkan bibirnya 5 senti. Yang membuat daren terkekeh.

"Ngapain masih manyun-manyun sih? Ini udah nyampe cha. Gak mau sekolah lo?" Tanya daren untuk menyadarkan icha.

"Yaudah. Makasih udah anterin gue, bye." Icha langsung melenggang pergi tanpa menatap daren terlebih dahulu.

Setelah icha turun dari mobil, ia segera mencari kelasnya. Dan tentunya ia juga mencari brenda. Saat di koridor lantai 2, dimana kelas icha berada, tiba-tiba ada yang memegang bahu nya. Icha pun tersentak kaget. Tak berani ia memutar badannya menatap siapa yang memegang bahu nya. Apa jangan-jangan ini hantu? Batin icha. Saat dirinya mulai tenang, icha memberanikan diri untuk memutar badannya menatap siapa yang memegang bahunya. Dan ternyata orang nya adalah...

"Iiiihhh lo ngapain pegang-pegang bahu gue?! Modus lo ya? Dasar cowok modus! Kardus lo!" Hardik icha.

"Siapa yang mau modus sih? Mau banget apa dimodusin gue? Hayo ngaku lo." Jawab radit sambil menoel-noel pipi icha.

"Apaan sih lo pegang-pegang pipi gue?! Mau lo tuh apa sih sebenernya? Gak jelas banget." Ujar icha kesal.

"Kenapa sih lo kalo ngeliat gue bawaannya benci aja? Gue cuma mau kasih buku ini, tadi jatoh pas lo turun dari mobil." Radit memberikan buku catatan berwarna biru langit itu kepada pemiliknya.

"Eh? Emang jatoh ya? Kok gue gak sadar?" Icha menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

"Makanya, jadi orang tuh jangan suudzon dulu. Gak baik loh."

"Iya iya, sorry udah nuduh lo yang nggak-nggak. Abisnya lo suka gangguin gue mulu sih. Jadi kalo ketemu lo bawaannya emosi terus." Jawab icha sambil menahan malu nya. Gimana gak malu coba? Ah udahlah.

"Gue maafin kok. Masa cewek secantik dan seimut lo gak gue maafin? Hehe." Radit senyum-senyum gak jelas.

"Mau ke kelas? Gue anter mau? Jarang-jarang kan seorang ketua OSIS mau anterin junior ke kelas nya? Apalagi ketua OSIS nya ganteng begini." Sambung radit sambil membenarkan jambul kebanggaannya.

My Freak Husband?!  [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang