6K 868 122
                                    

Suga berjalan tidak tentu arah di trotoar sepanjang kota Seoul. Kakinya bergerak menendang kaleng di hadapannya.

"Ah, kaleng itu menggores kakiku."celetuk Suga yang melihat goresan hitam pada kakinya.

Suga yang terbuat dari porselen memang tidak tahan dengan goresan dari besi. Bahan yang dipakai untuk membuatnya pun juga tidak sembarangan.

"Apakah sebaiknya aku pulang?"tanya Suga pada dirinya sendiri.

Ia kemudian duduk di bangku tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Pulang pun juga percuma."kata Suga kemudian.

Namun tidak ada pilihan lain, ia beranjak dari bangkunya lalu berjalan pulang ke rumahnya. Iya, Suga memiliki rumah yang ia tinggali bersama mendiang ibunya. Tangan putihnya memutar knop pintu rumah sederhana tersebut, banyak sekali sarang laba-laba pada sudut bangunan yang nampak kotor dan berdebu. Suga meneliti kembali rumah yang selama ini menjadi saksi hidupnya. Potongan-potongan kenangan terlintas di otak Suga kala ia membersihkan sebuah bingkai foto yang ia ambil di atas meja.

"Bogoshipda."lirih Suga.

Suga memeluk foto yang telah terlihat usang tersebut.

"Aku berjanji akan membalas apa yang telah orang itu lakukan kepada kita, Eomma."kata Suga lagi.

Ia meletakkan kembali foto tersebut ke tempat asalnya. Suga menangkupkan tangannya lalu memejamkan matanya. Ia ingat betapa tajamnya kapak besar itu, ia bahkan tidak lupa suara nyaringnya ketika kapak menyentuh kulitnya, memotong tulangnya dan membagi tubuhnya menjadi beberapa bagian.

—"Mengapa kau lakukan itu pada putraku!!!"—

—"Kelahiran anak ini akan menjadi sebuah petaka besar!!! aku tidak ingin dia hidup dan tumbuh menjadi orang yang membangkangku!!!"—

—"Yoongi tidak mengerti apa-apa!!! Jika ada orang yang harus kau bunuh, orang itu adalah aku!!"—

—"Wanita tua sepertimu tidak akan memiliki umur yang panjang!! tapi anak ini— dia akan menjadi besar dan menghancurkanku!!"—

—"Kau biadap!! kau bukan manusia!! Kau binatang!!!"—

—Duk!!—

Suga membuka matanya, ia tersenyum miring dan kembali berjalan masuk ke dalam rumah. Suga masih bisa mendengar suara nyanyian kesedihan ibunya ketika ia membuat tembikar. Rasanya suara itu masih menempel pada dinding yang kini telah usang.

"Kau kubuat dengan rasa cinta dan air mataku, aku mencurahkan segala perasaanku padamu. Berjanjilah bahwa kau akan membalaskan dendam ini, nyawamu harus dibayar dengan nyawa orang yang dia cintai"—

Pemandangan terakhir yang Suga lihat adalah seutas tali yang masih melekat pada kayu ruas bangunan di dalam ruangan tempat ibunya biasa membuat tembikar.

"Park Jiseo—"

Suga mengambil sebuah pahatan yang tergeletak diatas alat yang biasa ibunya gunakan untuk membuat guci atau vas bunga. Suga melihatnya kemudian melemparnya hingga memecah salah satu guci yang terpajang setengah jadi diatas rak.

"Kau akan bernasib sama dengan guci itu."kata Suga.

Ia pergi dari ruangan terkutuk tersebut kemudian bergegas mengambil kardus. Suga memasukan beberapa bingkai foto dirinya dan juga foto ibunya. Kemudian ia pergi setelah memasang plang bahwa rumah itu telah dijual.

Selama menunggu rumahnya terjual, Suga tinggal di tempat pembuangan sampah dan kembali ke rumah saat siang menyapa. Terkadang, ia juga merubah dirinya menjadi manekin dan menggeletakkan diri di emperan toko. Siapa yang tidak mau memungut manekin dengan kualitas bagus seperti Suga. Ia berdiri di etalase utama toko dan selalu mendatangkan pelanggan. Setiap malam, ia merubah diri ke wujud manusianya dan sebelum kembali ke tempat sampah ia mengambil sejumlah uang di laci toko tempat ia dipajang, beberapa baju dan sepatu. Suga tidak peduli, ia manekin kan?tidak ada seorangpun yang akan menuduhnya.

우울한 인형 [Gloomy of the Doll] × SUGA [√]Where stories live. Discover now