25

7.8K 248 3
                                    

Warning typo!

Baiklah aku sekarang mengerti kenapa menunggu itu membosankan karna aku sekarang menunggu Elza pergi dari rumah Liam itu sangat membuatku bosan dan parahnya mereka sempat anu anu didepanku. Sial... Sekarang aku menjadi nyamuk kesepian disini
"Bisakah kalian berhenti, kau menyuruhku datang hanya untuk melihatmu anu anu".aku berdiri dan berniat keluar dari rumah liam
"Baiklah aku berhenti".ucapnya yang melihat Elza, Elza hanya bisa diam kupastikan Elza malu.
"Kau harus pulang dan maaf aku tak bisa mengantarmu...bukan maksudku untuk mengusir mu".sambung Liam
"Ya aku mengerti, aku pulang... Jaga dirimu baik baik Liyem".Elza pergi dan liam menganggapinya hanya tersenyum tunggu tadi Elza bilang apa...Liyem? Aneh sekali nama panggilnya tapi itu keren sedangkan nama panggilanku yang Yn berikan adalah Jenz? Nama macam apa itu. Dasar gadis aneh

Setelah Elza pergi dengan cepat Liam mengunci pintu nya apa yang Liam pikirkan sama dengan pikiranku sekarang? Kurasa begitu
"Kenapa kau mengunci pintunya? ".tanyaku yang berdiri didepannya sedangkan dia hanya menaikan sebelah alisnya
"Jangan bilang kau mau.............. ".aku sengaja menggantungkan ucapanku
"Mau?.... ".tanyanya penasaran
"Mau memperkosaku".
PLETAKK!!!
Dengan serangan tiba-tiba Liam sudah memukul kepalaku dengan sangat keras sedangkan aku hanya bisa meringis kesakitan. Dasar Liyem sialan
"Bodo! Mana mungkin aku memperkosamu, pikiranmu terlalu jauh".ucapnya yang langsung duduk disofa
"Aku hanya bercanda, bodo! ".ucapku yang tak terima saat Liam memukulku
"Sudahlah, aku kesini ingin mengajakmu untuk membunuh bersama, hanya itu jangan berfikir aku ingin memperkosamu".
"Membunuh bersama? Mudah saja,jika kau tak takut akan darah yang langsung memuncratkan mengenai tepat diwajahmu,aku hanya bercanda Liam sialan".
"Jangan meremehkanku, kita lihat saja saat korbanya sudah ada, walaupun aku psikopat amatir".
"Baiklah, awas jika kau bermain tidak rapi, maka aku yang akan membunuhmu".ancamku
"Hmm, coba saja jika kau berani".

Malam ini aku dan Liam akan membunuh bersama kemungkinan satu atau dua orang yang akan kami bunuh
"Satu atau dua... Pilih liam atau aku yang engkau Cinta".nyanyiku
"Ssttt berisik,Diam kau bodo! ".
"Oke aku akan diam".
"Sekarang kita harus serius".ucap liam yang mulai mengendap-endap berjalan menuju ke seorang pria mabuk yang sedang membawa sebotol minuman... Tempat ini cukup sepi aku dan Liam ada dibelakang Club kami sengaja memilih lokasi ini untuk membunuh karna tidak akan ada yang mendengar, kenapa? Karna musik didalam Club disini begitu kencang.
"Siapa kau hueekk".ucap pria mabuk itu tidak lupa dia memuntahkan minumannya itu. Menjijikan
"Eww menjijikan, diam kau bodo".ucapku yang langsung menerajangnya BRUCKK! Badannya terpental ke dinding biru. Rasakan
"Bersabarlah Zayn, jangan terlalu terburu-buru ".ucap Liam yang tercengang karna melihatku langsung menyerangnya
"Aku terlalu bersemangat".
Pria mabuk itu bangkit dengan sempoyongan dan berjalan mendekati aku dan Liam
"Apa...apa yang kau lakukan, kau menyerangku dasar pengecut, berani menyerang orang yang sedang mabuk".
"Aku tak peduli, bisa saja aku langsung membunuhmu, jika tidak mengikuti aba aba dari liyem".
"Heyy!...".teriak liam
"Diam! "."biar aku yang mengatasinya".sambungku

"Serang aku jika kau mampu".pancingku kepria mabuk itu
"Heh mudah saja".pria itu berjalan sempoyongan dan melayangkan tinjuannya diperutku dan...tidak kena, kutarik rambut pria itu dan menghantam kepala pria itu dilututku. Mampus!
"Uhukk uhukk".batuk pria itu
"Liam sekarang giliranmu, kau bunuh dia dan aku yang melihat caramu itu".

Liam pov

Mudah saja.
"Kau lihat baik baik".ucapku keZayn
Kuhampiri  pria mabuk itu dan menarik rambut pria itu dan langsung meninju Batang hidungnya. Mati kau
"Bumm! Segitu saja? Hmm".ucapku yang bergaya seperti orang yang akan memenangkan pertarungan ini
"Heyy! Pria monyett aku melihat bayanganmu ada dua, dasar monyet".maki pria itu
"Zayn, pisau nya  mana? ".ucapku yang ingin meminta pisau kepada Zayn aku lupa membawa pisauku
"Bodo, ingin membunuh tapi satu senjata saja kau tak membawanya".ucap Zayn yang melempar pisau itu "aaarrggghh".BLUES!pisau itu tertancap disamping kepala pria itu.
"Lemparan yang tepat, Zayn".ucapku dan kulihat seringai Zayn muncul diwajahnya. Menyeramkan

Kutarik pisau itu dan menancapkan nya lagi diatas kepalanya darah dan teriakan terdengar ditelingaku aku cukup puas akan hal ini"arrgg berhenti... Berhenti".ucap pria itu"Bagus Liam, terus bunuh dia".ucap Zayn disampingku
Kutarik lagi pisau itu kulihat pisaunya sudah berlumuran darah dan ada sedikit daging kepala yang masih melekat diujung mata pisau itu. Keren!
"Langsung bunuh dia, apa lagi! ".teriak Zayn yang tak sabaran aku tau tangan Zayn gatal ingin membunuhnya juga
"Bersabarlah, aku ingin melihat pria ini kesakitan".ucapku yang langsung melihat pria ini yang mulai bernafas terputus putus
"Zayn kau ada membawa gunting rumput yang besar itu? ".tanyaku "ya, kau ingin memakainya, ini".Zayn melemparkan gunting rumput itu
"Kemarilah Zayn,bantu aku memegang rambutnya... Aku akan memotong kepala pria ini".tanpa menjawab Zayn langsung menghampiriku dan menjambak rambut pria itu"haahh l-lepas hahh lepaskan aku"."diam! ".teriaku yang sudah mengarahkan gunting itu dilehernya

TAKK!!!
Dalam satu hentakan kepala itu sudah terlepas dibadannya, badan pria itu terjatuh sedangkan kepalanya ada ditangan Zayn darahh mengenai baju dan wajahku begitu juga dengan Zayn... Kulihat Zayn seringainya masih terlihat jelas saat melihat kepala pria itu ada di genggamannya
"Pengang ini dan masukan kepala dan badan mayat itu ke kantung besar ini terus kau kubur".
"Ya mudah saja".

Setelah selesai mengubur mayat itu aku dan Zayn pergi tidak lupa aku menyiram darah itu dengan air supaya tak akan ada yang curiga akan hal basah dibelakang Club... Aku dan Zayn bermain rapi walaupun aku tak menjelaskannya dengan teliti caraku membersihkannya
"Kau puas sekarang? ".tanya Zayn
"Sangat puas".balasku

Tuh udh panjang, maaf klau part ini gaje. Next? Jangan lupa vote dan komen. Makasih 😉👋

Psychopath BoyfriendWhere stories live. Discover now