Cool Senior - 8

259K 19.2K 234
                                    

Don't be a silent readers:)
Kasih vote dulu, baru baca secara menyeluruh, disertai komennya juga ya.

-----

Agatha merenggangkan otot-ototnya yang terasa sangat kaku untuk digerakkan, lalu bersandar pada sandaran kursi taman. Begitu pula halnya dengan Rhea yang kini menguap karena rasa kantuk mulai melandanya.

Rasanya tubuh mereka remuk semua. Bagaimana tidak? Bayangkan kalau kau disuruh untuk membersihkan toilet, lapangan, ruang guru, kemudian taman sekolah yang luasnya seluas hati ku pada mu.

Eh, gak deng. Hehe.

Dan sebelum itu semua selesai, kau tidak diperbolehkan untuk istirahat sebentar saja sekali pun itu hanya duduk satu detik saja. Kejam bukan?

Tapi kalau di pikir-pikir lagi, Agatha lebih memilih untuk seperti ini daripada harus kembali dipermalukan di depan banyak orang di dalam aula oleh senior mereka yang sangat kejam itu. Siapa lagi kalau bukan Rina?

Wajah Agatha memerah, tidak, bukan karena merasa malu. Tapi saat mengingat bagaimana sadisnya Rina mempermalukannya di depan banyak orang. Jujur, tadinya Agatha tidak pernah membenci siapa pun, terkecuali nyamuk, sih.

Dan sekarang Agatha benar- benar membenci Rina meskipun dia tahu alasan kenapa seniornya itu berbuat sedemikian. Tapi bagaimana pun juga, Rina terlalu kelewatan memperlakukannya dan Rhea sedemikian.

Untung saja ada seniornya yang lain mau membelanya dan Rhea. Kalau tidak, entah bagaimana keadaan Agatha dan Rhea sekarang.

Mau ditaruh di mana coba muka mereka sekarang kalau Rina masih saja bercerocos merendahkannya dan Rhea seakan mereka adalah orang orang rendahan yang berhak mendapatkan perlakuan seperti itu.

Bahkan orang rendahan pun tidak sewajarnya kita bisa merendahkan mereka hanya karena martabat kita yang lebih tinggi darinya.

Bagaimana pun juga mereka tetap manusia. Memiliki hati dan memiliki harga diri. Makhluk hidup ciptaan Tuhan. Hanya tingkat ekonomi saja yang menjadi perbedaan diantara mereka dan kita.

Lalu di mana hak kita untuk menistakan mereka? Di mana hak kita untuk mencela mereka? Memangnya kita Tuhan yang pantas untuk merusak kehidupan mereka?

Bahkan kalau Tuhan bersikap seperti itu pun pasti ada alasan tertentu kenapa ia melakukannya. Tapi kita? Bahkan kita tidak pernah mengenal kehidupan mereka lebih dalam. Kita tidak pernah ingin mengetahui betapa besar perjuangan mereka agar tetap hidup.

"Gue heran," ucap Rhea tiba-tiba.

"Heran kenapa?" tanya Agatha.

"Heran aja liat Kak Rina, kayanya dia sensi banget sama kita berdua. Dari awal kita pra-MOS aja itu cewek kaya gak suka gitu liat kita berdua."

"Lo memperhatikan dia banget ya, Rhe?"

"Ya gak juga, sih. Tapi kan gue bisa liat, waktu dia liat kita gimana tatapannya."

"Jago juga lo bisa tau apa yang orang lain pikir cuman liat matanya doang. Hebat, anjir."

"Yee, si kampret. Gue serius, nyet."

Agatha meringis saat Rhea menjitak keras kepalanya. Cewek itu memang memiliki tenaga yang kuat, hampir sebanding dengan para cowok.

Jika pada dasarnya sikap semua gadis itu gemulai, berbanding terbalik dengan Rhea yang malah bersikap seperti layaknya kaum laki-laki.

Bahkan pernah dulu Rhea berkelahi dengan teman cowok mereka saat masih duduk di sekolah dasar. Hanya karena anak itu mengganggunya, Rhea menjadi sangat marah dan berakhir dengan cowok itu absen selama satu minggu karena sakit.

Untung saja orangtua anak itu tidak menuntut ataupun memarahi Rhea. Setidaknya Agatha lega.

"Ish! Sakit, Rhea!"

"O aza yakan." Rhea menarik turun kan kedua alisnya yang langsung ditanggapi Agatha dengan memutar bola matanya.

●●●

Cool Senior [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now