Cool Senior - 56

166K 11.7K 218
                                    

Alur saya percepat, biar cepet-cepet selesai dah. Otak udah gak bisa diajak kompromi. Tolong jangan hujat saya😊

Tiga tahun telah berlalu, dan selama itu juga, Agatha menghabiskan waktunya untuk menekuni pelajaran di sekolah. Kini tiba sudah waktunya untuk mengakhiri masa-masa SMA-nya.

Tangisan haru terdengar dari berbagai arah dan itu pun tak luput dari pendengaran Agatha. Bahkan cewek yang sudah beranjak umur 17 tahun itu ikut menangis histeris sambil memeluk satu per satu temannya.

Tiba di saat sesi berfoto, Agatha berdiri diantara tengah-tengah teman sekelasnya dan bersebelahan dengan seorang guru yang telah resmi menjadi mantan wali kelas mereka.

Berbagai macam pose mereka lakukan ketika berfoto. Beberapa murid terkikik geli ketika melihat mantan wali kelas mereka dipaksa keras oleh Agatha untuk mengikuti caranya berpose.

"Ayo, dong, Bu...."

"Agatha, Ibu gak bisa."

"Ibu, ih. Sekali aja."

"Ibu gak bisa julingin mata, Ibu."

"Ibu bohong. Agatha pernah lihat Ibu julingin mata beberapa kali lho."

"Kapan?"

"Waktu di dalam kantor. Waktu itu anak ibu yang paling kecil nyuruh ibu julingin mata."

"Aduh, Agatha. Jangan dong, Ibu malu nih."

"Gak mau. Pokoknya Ibu harus tetap ikutin gaya Agatha. Ini kan untuk pertama dan terakhir kalinya kita berfoto, Bu. Emangnya Ibu gak mau mengabadikan moment ini apa?"

"Pertama dan terakhir kalinya apa coba? Udah banyak banget kita berfoto dan kamu bilang ini yang pertama dan terakhir kalinya?"

"Ish! Pertama dan terakhir kalinya Agatha membuat ibu malu, maksudnya."

"Agatha!"

"Eh, anu... maksudnya pertama dan terakhir kalinya Ibu dan Agatha berfoto berdua aja."

"Cari gaya lain aja lah."

"Gak ada lagi, Bu. Semuanya udah kita praktekin tadi. Sekarang tinggal julingin mata aja lagi yang belum."

"Agatha, kamu kapan sih, berhenti jailnya?"

"Tunggu Dora nikah sama Upin terus lahiran. Udahlah, Bu... Ini kesempatan gold, sayang jika dilewatkan. Kapan lagi coba foto berdua sama kembarannya Lily Collins ini?"

"Kesempatan emas, pala mu! Udah ah, Ibu gak mau foto lagi."

"Ibu tega! Ibu tidak berfairy kehumanan! Ibu tidak mau menuruti permintaan terakhir dari murid tercinta Ibu ini!"

"Agatha..."

"Ayo, Bu, sekali ini aja, please."

"Yaudah iya."

Dengan terpaksa mantan wali kelasnya itu menuruti permintaan Agatha yang lebih tepatnya seperti sebuah paksaan yang wajib dilaksanakan.

Kali ini hanya Agatha dan beliau yang berfoto, sementara yang lainnya berdiri tak jauh dari mereka untuk melihat adegan debat antara mantan murid dan mantan wali kelas itu.

Cepret!

Cameraman yang kelasnya sewa itu telah memoto kedua perempuan itu. Agatha terkikik geli melihat wajah mantan wali kelasnya yang memerah menahan malu.

Lantaran setahu mereka, mantan wali kelasnya itu adalah salah satu guru killer di sekolah, dan sekarang dengan mudahnya menurut kepada Agatha yang sengaja menjahilinya.

Tidak sedikit dari murid-murid ikut tertawa. Bahkan para guru lainnya pun juga ikut serta menertawai kejahilan Agatha.

Berjam-jam berlalu dan hampir sebagian besar murid telah pulang dari sekolah dengan berbagai tujuan tempat. Begitu pula dengan Agatha dan Rhea yang sedang berada di parkiran hendak pulang dengan Agatha yang menebeng di motor Rhea.

"Gak kerasa ya, sekarang kita udah lulus aja. Padahal gue ngerasa baru kemarin kita masuk sekolah ini," ucap Agatha sambil menatap sekolahnya.

"Namanya juga waktu, berjalan cepat tanpa kita sadari. Dan gue beruntung karena bisa meluluskan diri dengan nilai yang membanggakan," balas Rhea.

"Rhe," panggil Agatha.

Rhea berbalik menatap Agatha yang ternyata masih memandangi sekolah mereka. "Kenapa?"

"Rasanya gue gak rela ninggalin sekolah ini. Terlalu banyak kenangan yang tercipta di sini." Butuh beberapa detik bagi Agatha untuk melanjutkan kalimatnya. "Termasuk kenangan gue sama dia."

Rhea menatap iba ke arah sahabatnya itu. Rhea menyadari kegundahan yang melanda Agatha saat ini. Kerinduan itu kembali hadir, seakan ingin membunuh jiwa raga Agatha.

"Agatha, lo kangen Kak Galaksi?" tanya Rhea pelan, sedikit khawatir jika pertanyaannya akan membuat mood Agatha menurun.

Agatha terdiam. Sedetik kemudian, setetes air mata jatuh membasahi pipinya. Sekuat mungkin Agatha untuk menarik sudut bibirnya ke atas.

"Mungkin."

○ ○ ○

Sesampainya di rumah, Agatha langsung membuka pintu rumahnya dengan senyuman sumringah di wajahnya. Namun senyuman itu perlahan meluntur ketika melihat dua orang cowok yang dipenuhi luka dan lebam di wajah masing-masing.

Auranya berubah ketika menatap manik mata itu. Garis wajahnya yang awalnya bahagia seketika berubah datar. Agatha beralih menatap Wirna yang baru saja keluar dari dapur dengan membawa sebaskom air.

"Usir dia," ucap Agatha tegas pada Mama-nya sebelum berlari cepat ke kamarnya yang berada di

"Agatha!"

Agatha seakan menulikan pendengaran ketika suara itu terus memanggil-manggil namanya. Suara yang hingga kini terus ia rindukan.

Aku kangen sama kamu. Tapi maaf, aku sudah terlanjur kecewa sama kamu, Galaksi.

※※※

Cool Senior [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now