1 •

11.2K 306 7
                                    

It's not AR-SYAH story. It's just ARI with my original cast. So, don't expect too much.

Jangan lupa vote comment-nya lur 👋





______

Dentum musik ber-beat tinggi memenuhi seluruh ruangan luas dengan cahaya minim itu. Lampu di sini memang banyak, tapi hanya menyala dengan cahaya yang remang-remang. Bukan karena pengelola nggak kuat bayar listrik, tapi memang tempat ini didesain bertajuk ruangan luas remang-remang.

Di tengah ruangan, ada panggung berukuran sedang dengan alat-alat yang banyak kabelnya. Seorang cowok berhoodie dengan topi, kacamata hitam, dan headphone itu dengan lihai memainkan alat yang penuh kabel itu sambil sesekali tangannya ia ayun ke atas, seperti berusaha menggapai para penonton yang berjoget di bawah panggung.

Di sisi ruangan, ada sebuah meja panjang yang di atasnya terdapat banyak botol berbeda motif dan isi. Di balik meja itu ada beberapa pelayan yang bertugas meracik minuman. Sementara di hadapan meja itu berjajar kursi kecil yang tinggi.

Ruangan itu memang luas, tapi terasa pengap karena banyak manusia di dalamnya. Serta bau-bau aneh seperti asap rokok batangan atau pun rokok elektrik dan alkohol.

Entah apa yang membuat mereka semua betah berlama-lama di tempat ini. Udah sempit, gerah, pengap, gelap, dan segala yang menurut Namira jelek.

Namira merasa risih saat kakinya menulusuri tempat laknat ini. Beberapa pasang mata menatapnya dengan tatapan siap memakan. Nami jelas nggak paham apa maksud tatapan mereka dan tentu saja nggak betah berada di situasi ini. Makanya daritadi dia mencolek bahu cewek yang berjalan di depannya.

"Ngapain sih pake ke sini segala?" tanya Namira risih.

Cewek yang berjalan di depannya itu mendadak berhenti, lalu berbalik badan ke arahnya.

"Namiraaaa, gue kan udah bilang, temenin gue. Idola gue konser di sini." jawab Aqilah dengan imutnya. Tapi justru terlihat menjijikkan di mata Nami.

Namira mendengus keras, meskipun ia yakin Aqilah nggak akan mendengar dengusannya karena musik dari atas panggung sana mengalun dengan volume di atas rata-rata.

"Yakali konser di tempat dugem. Emang artis apaan sih? Bokep?" Nami bertanya sambil mengelus dada.

Mimpi apa sih dia bisa masuk ke sini?

Asal kalian tahu, Nami dan Aqilah tadi izin dengan orangtua mereka ke taman kota. Bukan ke diskotik. Walaupun kenyataannya mereka justru ke distkotik. Ah, Nami jadi nyesel udah nemenin sepupunya itu.

"No! Dia itu disk jockey." Aqilah kembali berbalik badan lalu menarik tangan Nami supaya ikut dengannya.

"Aissh..."

Nami mendesah pasrah saat tubuhnya ditarik Aqilah menuju lebih dekat dengan panggung. Untung aja badannya dan badan Aqilah ramping. Jadi bisa lah nyempil dikit supaya dapat barisan depan. Dasar Aqilah, demi idola mah apapun dia lakukan.

"Thanks for today guys... I love you so much!!!" cowok yang sedari tadi bernyanyi dan mengiringi musik di atas panggung itu kini mengakhiri kegiatannya.

Ia berteriak kepada seluruh penonton di bawah panggung yang rata-rata adalah fansnya. Namira sih, nggak termasuk.

"I love you tooooooooo!!!" balasan dari para fansnya yang heboh.

Nami menghela napas lega. Ia bersyukur karena kurang dari sepuluh menit, dia bisa keluar dari ruangan aneh ini.

"Balik yuk, udah selesai juga." ajak Nami sambil menarik dan Aqilah tapi cewek itu malah menolak.

"Duluan gih, gue di sini dulu." ucapnya santai yang sayangnya dibalas dengan nggak santai oleh Nami.

"What?! Ngapain?!" Namira membalas dengan mata melotot.

Namira berusaha mengendalikan pikirannya yang kini dipenuhi oleh kemungkinan-kemungkinan negatif. Ya kalian pasti akan merasakan apa yang Nami rasakan. Masalahnya ini diskotik bor, ngapain di sini? Nyabe?

"Santai, sis. Ada temen gue kok. Woy?" Aqilah tertawa lalu memanggil temannya yang asik berjoget. Temannya itu membalas panggilan Aqilah lalu kembali berjoget.

"Tapi... gimana kalau papa lo.. anu..."

"Bilang aja gue nginep di rumah temen." Aqilah menjawab santai.

"Maksud lo, lo di sini sampai pagi?! Are you kidding meh?!" Namira melotot takjub.

"Yah... Insya Allah."

"Kok malah nyebut sih, bego?!" Nami mendengus sambil menempeleng sepupunya yang laknat itu.

"Siapa tau dapet pahala, hehehe." Aqilah dengan muka minta ditaboknya.

"Tolol."

"Udah sana balik, gue mau ena-ena." celetuk Aqilah santai.

Namira melotot lagi dengan mulut terbuka lebar. Ia ingin mengatakan sesuatu tapi mendadak mulutnya kaku.

"Becandaaaa! Namira gue polos banget sih, gitu aja percaya. Yakali gue bakal ena-ena di sini." Aqilah mengelak membuat Nami bernapas lega. "Paling di kamar atas." sambung Aqilah pelan.

"Apa?"

"Nggak." Aqilah menjawab datar. "Udah sana!" usirnya.

Namira mendengus tapi dengan senang hati ia keluar dari tempat paling menjijikkan ini.

Namira baru keluar dari bilik toilet sebelum keluar dari area diskotik tersebut. Untung saja letak toiletnya dekat dengan pintu keluar.

Saat dengan santainya berjalan, Nami merasa sesuatu yang dingin dan encer membasahi pakaiannya, tepat di area perut.

"So-sorry," ucap seorang cowok gelagapan.

Nami yang awalnya memegang pakaiannya itu, kini mendongak menatap si cowok.

"Ah shit. Lo ke sini bawa minuman?!"









Aisyah Aqilah a

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aisyah Aqilah a.k.a Namira Claisa Azhar.

Ratu Namira a.k.a Aqilah Valleria Azhar ( sepupunya Namira )

dan gue baru nyadar kalo nama mereka tukeran ok sip.-.









































Hai! Buat readers baru yang baru aja gabung buat baca cerita ini, welcome to my story! Kalau kalian baca ini, tandanya part ini udah direvisi ya.

Walaupun cerita ini udah tamat, jangan lupa untuk tetap vote dan komen ya! Fyi aja, notif dari kalian itu make my day banget loh.

Thankyou for your attention. Happy reading! ❤




Klaten, 18 Desember 2017

Dealing With The Disk Jockey • ariirham [✔]Where stories live. Discover now