32 •

1K 68 47
                                    

VOTEEEEEEE





Jam menunjukkan pukul 8 malam ketika pintu apartemen tempat Namira dan Yoriko tinggal terbuka. Cewek berambut curly dengan tampang lelah dan kehilangan semangat itu berjalan masuk ke apartemennya.

Ruang tengah sepi, jadi bisa disimpulkan adik sepupunya itu sedang di kamar. Tadi sore dia mendapat pesan dari Chaera yang mengabarkan bahwa Namira tidak dalam kondisi yang sehat. Yoriko sempat khawatir dan pengin cepat-cepat pulang, namun dosen pembimbing yang tengah menjelaskan tentang tugas akhirnya itu sedang dalam kondisi yang tidak baik juga.

Yoriko sih sempat pengin izin pulang, tapi jika dia benar-benar melakukannya saat sang dosen terlihat badmood bisa jadi akan menghancurkan masa depan tugas akhirnya. Mau tak mau, Yoriko harus menahan kekhawatirannya sejenak demi masa depan cerahnya. Toh, Namira udah gede, dia pasti tahu dong kalau sakit mesti ngapain.

Yoriko yang baru saja mandi awalnya ingin ke dapur untuk memasak makan malam buat mereka berdua, namun saat dia melihat Namira yang tengah menonton televisi sambil berbaring di sofa dengan kepala yang dibiarkan mendongak ke atas hingga rambutnya jatuh mengambang ke bawah membuat Yoriko berhenti berjalan lalu duduk di sebelah Namira.

"Eh kenapa lo? Kata Chaera pusing?" tanyanya.

Namira melirik sebentar ke Yoriko, lalu kembali menatap langit-langit apartemen.

"Dikit," jawabnya singkat.

"Lah tumben. Dari mana sih kalian?"

"Cheonggyecheon, liat festival musik asia."

"Ada yang dari Indo gak?"

"Iya ada, dia."

"Hah? Maksu-JINJJA?!"

Yoriko kaget, dong. Tidak menduga bahwa cowok itu nekat ke sini. Apa Ari tahu kalah selama ini Namira di Korea?

Namira tiba-tiba menoleh ke Yoriko.

"Kak, gue takut." ujarnya pelan.

Yoriko jadi bingung sendiri. Masalahnya, selama dua tahun kurang hidup di Korea, Namira nggak pernah merasa se-tertekan ini.

"Tenang, Nam.." Yoriko menyentuh lengan Namira.

Namira merubah posisinya jadi duduk.

"Hal yang selama ini gue takutin, kak... dia dateng lagi... gue nggak mau..."

Saat Namira bilang kalau dia takut, itu emang beneran. Seumur-umur, Namira belum pernah merasakan jatuh cinta. Selain karena dia yang malas mencoba, dia juga memikirkan segala kemungkinan yang bisa saja terjadi jika dia mencoba jatuh cinta, salah satunya adalah patah hati.

Namira sih masih bingung dengan perasaannya kepada cowok yang gemar main dengan alat DJ itu, tapi saat Namira tahu kenyataan bahwa selama ini Ari tidak bersungguh-sungguh padanya dan hal yang dilakukannya dengan Aqilah, rasanya hati Namira sakit dan... hampa?

Memang sih, mereka bisa dekat karena sebuah perjanjian konyol yang kemudian membawa mereka pada kenyataan bahwa mereka sudah lebih dulu dijodohkan jauh sebelum keduanya lahir. Tapi ada seseorang yang bilang kalau cinta ada karena terbiasa.
Ari terbiasa ada di dekat Namira dan kebiasaan itu membuat Namira merasa nyaman... secara nggak langsung. Jadi saat Ari tiba-tiba harus pergi jauh darinya, Namira merasa ada yang kurang dari hidupnya.

Sekarang, takdir benar-benar mempermainkannya karena hatinya yang sudah sedikit sembuh, tiba-tiba harus merasa kesakitan karena cowok itu yang tiba-tiba datang kembali. Namira pengin marah sama takdir, tapi dia nggak bisa..

"Berdoa aja Nam semoga dia nggak liat lo."

"Gue takut keluar rumah masa."

"Lo ada kelas besok?"

Dealing With The Disk Jockey • ariirham [✔]Where stories live. Discover now