2 •

4.8K 205 8
                                    

Nami baru keluar dari bilik toilet sebelum keluar dari area diskotik tersebut. Untung saja letak toiletnya dekat dengan pintu keluar.

Saat dengan santainya berjalan, Nami merasa sesuatu yang dingin dan encer membasahi pakaiannya, tepat di area perut.

"So-sorry," ucap seorang cowok gelagapan.

Nami yang awalnya memegang pakaiannya itu, kini mendongak menatap si cowok.

"Ah shit. Lo ke sini bawa minuman?!" teriak Namira pelan, memandang cowok di depannya itu dengan muka galaknya.

Cowok itu diam sebentar, lalu membalas tatapan Namira, "Maaf soal tadi, tapi suka-suka gue dong. Ini minum juga punya gue." cowok dengan jins hitam, berhoodie, dan mengenakan kacamata itu minta maaf.

Nami mendengus. Ia ingin segera keluar dari tempat ini. Makanya ia tak memperdulikan ucapan cowok itu lalu segera melangkah keluar.

"Eh, lo mau kemana?" cowok tadi mengikutinya sampai ke area luar diskotik.

"Bukan urusan lo." Namira tetap berjalan tanpa menengok ke si cowok.

"Mau pulang? Sebagai permintaan maaf, gimana kalau gue anter?"

Namira berhenti melangkah. Lalu berbalik badan menatap si cowok, "Lo pikir gue percaya sama lo?"

"Sorry, but, gue nggak ada nafsu buat ngelakuin sesuatu ke lo. Jadi, nggak usah GR. Gue cuma mau menebus kesalahan gue."

Melihat reaksi Namira yang tak bergeming, membuat cowok itu sedikit menunduk dan mensejajarkan kepalanya untuk menatap Nami lebih dekat.

"Gimana? Lumayan kan lo gausah capek-capek cari taksi?" cowok itu menyambung, "Apalagi baju lo basah. I mean, penampilan lo di sekitar sini mungkin bakal menarik—aduh!"

Refleks, Nami memukul kepala si cowok dengan tas yang sedari tadi ia gunakan untuk menutupi bagian badannya yang basah karena minuman tadi.

"Iya-iya maaf! Lo inget kan kata gue tadi?" cowok itu menyerah sambil tangannya melindungi kepalanya dari hantaman tas Nami.

••

"Lo tinggal di daerah sini dari kecil?" cowok itu bertanya saat mereka melewati jalan menuju rumah Namira. Yang jelas dari tadi, cowok itu nggak berhenti ngoceh. Bikin Namira pusing.

"Hm."

Mendengar gumaman singkat Namira, cowok itu mendengus lalu menampol pipi Nami pelan. "Nggak usah sok jutek gitu dong."

"Heh! Apaan lo pegang-pegang?! Gue teriak ya?! To—hmpphh!" belum sempat Nami berteriak, cowok itu sudah membekap mulutnya dengan tidak manusiawi.

Cowok itu hanya membekapnya dengan satu tangan, karena tangan lainnya memegang stir mobil. Nami dengan ganasnya menghempas tangan si cowok dengan keras. Lalu ia mengambil napas banyak-banyak.

"Lo cewek paling freak yang pernah gue temuin. Biasanya cewek-cewek pada histeris kalau liat gue karena gantengnya gue. Bahkan ikhlas aja kalau gue bekep gitu. Nggak kaya lo." ucap cowok itu dengan percaya diri.

Namira mendengus, "Karena gue bukan mereka."

"Bener juga," cowok itu mengangguk mengerti. "Unik." gumamnya.

"Apa?" Namira menoleh saat telinga menangkap suara pelan dari cowok itu tapi dia nggak denger jelas.

"Nope."

Namira mendengus lagi.

Mobil yang ditumpangi Nami memasuki komplek rumah Nami. Tentunya setelah dia menyebutkan alamatnya pada cowok itu. Entah kebetulan atau bagaimana, ternyata cowok itu tau daerah rumah Nami.

Dealing With The Disk Jockey • ariirham [✔]Where stories live. Discover now