4 •

2.9K 147 17
                                    

jangan lupa vote-komen! ^^

__________

Hari Rabu seperti yang dijanjikan Aqilah akhirnya tiba. Pulang sekolah, Aqilah langsung caw ke rumah Namira untuk menjemput cewek itu.

Mereka berangkat ke suatu maal di Jakarta dengan naik mobil Aqilah.

Sampai di sana, mereka pergi ke area sepatu wanita. Siapa lagi kalau bukan Aqilah yang beli. Sebenernya Namira paling males nemenin orang belanja. Lama, suntuk, boring. Apalagi kalau yang belanja cewek ribet macam Aqilah. Oke mungkin Namira nggak sadar diri, tapi perasaan dia kalau beli nggak se-lama ibunya maupun Aqilah.

Atau mungkin iya.

Setelah selesai beli Adidas buat Aqilah, mereka memutuskan untuk langsung pulang ke rumah. Eh, ke stand starbucks dan stand seblak deng. Ini yang Nami tunggu sejak tadi. Hehehe.

"Nih! Lunas ya! Awas kalo masih nagih." Aqilah menyodorkan dua plastik berbeda. Yang satu ada gambar ceweknya, yang satu polos.

Namira menerima barang itu dengan senang hati lalu menampilkan senyum imut yang menurut Aqilah menjijikkan.

"Aqilah is the best! Thanks, sis." Namira meloncat girang lalu menepuk pundak sepupunya itu dengan ceria.

Aqilah hanya berdehem nggak jelas, karena pada saat yang bersamaan, ponsel cewek itu berbunyi tanda ada panggilan masuk. Aqilah pun mengangkat telepon itu.

"Hallo."

"Sekarang?" Aqilah melirik Namira sekilas.

Namira yang ditatap seperti itu bodo amat karena dia sibuk dengan ponselnya.

"Ngh... ya gimana dong.."

"Sok bener lu, tai." Aqilah melirik Namira lagi lalu tersenyum sinis. Bukan ke Namira, tapi pada lawan bicaranya di telepon.

"Otw, dah."

Setelah mengucapkan kalimat itu, Aqilah langsung mematikan sambungan teleponnya. Ia menatap Namira sambil meringis.

"Nam, lo pulang du—"

"Nah, kan. Gue juga udah curiga." Namira mendengus dan menatap sinis Aqilah. Ia memang sudah menebak karena kepekaannya terhadap sekitar. "Akhirnya juga gini kan, tai."

"Huehehe. Gue pesenin grab deh?" Aqilah menawarkan. Sebenernya dia nggak tega. Tapi menurut Aqilah, ada hal yang lebih penting daripada Nami.

Namira menggeleng. "Anterin ke taman aja. Gue pengin ngadem." ujarnya.

Aqilah mencibir, "Ngadem di indoapril kali."

"Suka-suka gue dong." Namira sewot, lalu berjalan ke arah mobil yang terparkir di parkiran.

Aqilah pun mengikuti Namira sambil meringis. Setelah masuk ke mobil, ia menjalankan mobilnya bergegas ke taman yang disebutkan Namira. Mungkin Nami pengin makan seblaknya di sana?

Mobil berhenti di sebuah taman. Taman ini jaraknya dekat dengan rumah Nami. Mungkin Nami akan pesen ojek online atau jalan kaki untuk pulang ke rumah. Sekarang dia hanya perlu menyendiri.

Namira turun dari mobil lalu berdiri di pinggiran taman.

"Monyet lu. Kalau bukan karena starbucks sama seblak gua, gua nggak mau ya nemenin lo lagi. Bye!" Namira yang kesel itu menunjuk Aqilah dengan tatapan buas.

"Idih, sans ae mbak." Aqilah tertawa, ini adalah reaksi biasa bagi Namira.

"Bodo amat! Nggato!" (pergi sana!; bahasa jawa)

Dealing With The Disk Jockey • ariirham [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang