35 •

1.1K 71 53
                                    

sudah ber35 part tapi gamao vote?

btw kalo bisa sambil play mulmed y. im byutipul. mksh.

btw lagi, mood w ancur. jd bacot aja kalyn biar w seneng lagi


- NAMIRA POV -

Dua tahun gue tinggal kabur dari rumah, kamar gue nggak ada bedanya ternyata. Ya elah, apa sih yang mau kalian harapkan dari kamarnya seorang Namira Claisa Azhar? Nggak ada yang spesial, karena yang spesial cuma milik martabak dan nasi goreng.

Entah siapa, kayaknya orang-orang rumah pada kangen gue, deh. Buktinya, kamar gue rapi banget sekarang. Bahkan sprei, tatanan lemari, dan buku-buku di meja belajar gue juga tertata rapi.

For your information aja, dua tahun lalu, gue memutuskan buat kabur dari rumah ke Seoul, nemuin kakak sepupu gue yang kuliah di sana. Berbekal nekat, duit, dan arsip pendidikan gue, gue daftar kuliah di universitas yang sama dengan kakak sepupu gue.

Nggak masuk akal, tapi alhamdulillah gue bisa diterima karena nilai bahasa dan sejarah gue yang nggak buruk-buruk banget. Mana dulu gue cuma bisa annyeong haseyo sama kamsahamnida doang lagi. Tapi ini ada campur tangan Mama juga, sih. Soalnya Mama punya kenalan di sana. Hueheheh. Bar-bar emang.

Gue cuma pamit sama Mama, karena cuma Mama yang ngerti gimana kondisi gue saat itu. Papa shock dan nggak percaya kalau Ari dulu ngekhianatin gue. Papa tetep ngotot buat mempertahankan perjodohan kita. Gue udah terlanjur sakit hati, makanya gue langsung ke sini. Bahkan gue nggak pamit ke Putra, Rafi, Rafly, Reza, dan Nathaniel?

Tau, dah. Gimana bisa Ari kenal Nathaniel sampai sekongkolan sampai sekarang.

Gue baru selesai mandi sambil mengusap rambut gue pakai handuk karena habis shampoan. Papa sama Mama tadi bilangnya mau ngajak gue pergi. Nggak tau kemana. Karena waktu gue di sini cuma tiga hari. Walaupun libur kampus gue empat hari, tapi capek lah, bro.

Selesai dandan segala macem, gue segera turun ke bawah. Woi, bukan dandan yang kayak gimana gitu, ya. Gue cuma pakai bedak sama liptint, suer. Gue aja cuma pakai kemeja santai warna biru pastel sama rok hitam selutut dan sneakers fila yang dijanjiin Mama dulu. Masih inget, kan? Hehehe.

Kenapa gue pakai rok? Nggak tau, gue kebanyakan dihasut sama Kak Yoriko sama Chaera deh kayaknya. Au ah.

Kita bertiga sekarang udah sampai di tempat yang dijanjiin Papa, dong. Aneh, sih. Tempatnya jauh, terpencil, bangunannya juga kayak udah tua gitu. Agak creepy, sih. Mana gerbangnya tinggi banget udah kayak gerbang istana gitu.

"Ma, kita ngapain ke sini?" tanya gue ke Mama.

"Ma?"

Mama cuma senyum. Idih. Gue tanya Papa aja, deh.

"Pa, kenapa sih?"

"Ada yang pengin ketemu kamu, sayang." jawab Papa.

Hah? Gimana?

"Siapa?"

Papa nggak sempet jawab karena kita udah keburu sampai di dalam bangunan itu. Ada semacam resepsionis yang nunggu di depan gitu. Cantik. Dia langsung senyum saat melihat Papa sama Mama.

"Selamat siang, Tuan, Nyonya. Ingin menjenguk nona?" tanya resepsionis itu ramah, banget.

"Iya, sus."

"Mari saya antar."

Kita pun ngikutin mbak-mbaknya itu.

Gue kaget, dong. Setelah lebih masuk ke dalam, gue baru sadar kalau bangunan ini adalah rumah sakit jiwa. Ada beberapa pasien berlalu lalang sambil ngobrol sendiri dan ketawa-ketawa sendiri. Serem, tapi kasian.

Dealing With The Disk Jockey • ariirham [✔]Where stories live. Discover now