18 •

1.6K 122 28
                                    

woy anjis, vote kali.



njs alay bat part ini ewh

Pagi hari yang cerah gak akan menjamin seseorang mengawali harinya dengan cerah pula. Seperti Namira yang duduk di sebelah Ari yang sibuk menyetir sambil memikirkan sesuatu yang lebih berat daripada urusan negara kalau menurut dia sendiri sih.

Setelah ngecek ponsel tadi, Ari jadi kaya cacing kepanasan yang gak bisa diam. Dia sedari tadi was-was bin gelisah. Namira kepo sih, tapi dia gengsi lah ya mau nanya Ari kenapa, apalagi moodnya emang gak bagus hari ini. Sebenernya bukan hari ini aja sih Namira badmoodnya, dia tuh emang tipikal orang yang badmood walaupun wajahnya menunjukkan ekspresi keceriaan. PMS kaga, badmood iya. Masalah se-sepele apa pun bisa bikin dia kesel. Au dah, gawan bayi kayaknya.

Lima menit kemudian, mobil Ari hampir sampai di gerbang sekolah. Jaraknya mungkin gak terlalu jauh sih, tapi mobilnya tiba-tiba berhenti di pinggir jalan.

"Nam," panggil Ari.

Namira yang lagi mainan slime di dashboard mobil—hitung-hitung biar moodnya membaik—, menoleh ke Ari.

"Apa?" sahutnya.

Ari menghela napas, seperti berat rasanya mau ngomong ini, tapi akhirnya dia bilang juga, "Sampai sini aja, ya. Lo turun duluan." terus dia buang muka ke jendela.

"Lah kenapa?"

Namira bingung dong. Nggak biasanya Ari begini, biasanya kan Ari paling getol nyuruh Namira turun dari mobil bareng dia sambil jalan seblahan ke kelas.

"Please, lo turun sini. Maaf ya, Nam." kata Ari lagi.

"Hah?" Namira bingung sih, awalnya dia pengin nanya kenapa tapi akhirnya dia mengurungkan niatnya itu lalu menghela napas, "Yaudah."

Namira baru mau keluar setelah memasang backpack di punggungnya tapi tangan Ari tiba-tiba berada di bahu kanannya. Namira menoleh.

"Jangan marah, Nam." kata Ari. Matanya teduh dan gak ada kekonyolan seperti biasa.

Namira tersenyum dengan memperlihatkan deretan gigi putihnya, "Gak, kok. Duluan."

Lalu begitu saja, Namira keluar dari mobil dan berjalan pelan menuju gerbang sekolah di depan sana, sementara Ari menghela napas sambil menatap punggung Namira yang mulai menjauh dengan rasa bersalah.

••

Putra ganteng : ke markas!!!

Begitu membaca pesan itu, Namira segera pergi ke kantin sekolah tanpa mampir ke kelasnya dulu. Sekarang mereka jadi sering nongkrong dulu di kantin tiap pagi sebelum bel masuk pelajaran.

Sampai di kantin yang gak terlalu sepi karena ada beberapa orang yang lagi makan juga, Namira melihat antek-anteknya yang lagi ngebacot dan suaranya kenceng banget.

"Widih, ini nih bocahnya! PJ sini!" Rafly berseru heboh saat Namira tiba di hadapan mereka berempat.

"Iya, Nam. Cimin tiga rebu enak kayanya." Reza nyahut.

"Gue pop ice aja, Nam, tapi yang komplit ya." kalau ini suara Putra.

"Gue nasgor aja, Nam. Laper buset." ini Rafi.

"Heh, kok diem, sih?!" Rafly teriak tepat di depan muka Namira yang daritadi diem karena masih badmood.

Namira melirik sinis, "Bacot."

"Weeess, santai, mbaknya."

"Peace, love, and gaul! Ngapa sih, lo?" tanya Putra.

"Gapapa."

Dealing With The Disk Jockey • ariirham [✔]Where stories live. Discover now