19 - New Life

2.6K 237 35
                                    

Sekeras apapun aku mencoba membencimu itu tidak akan bisa. Karena semuanya tetap sama saja. Bagaimanapun juga kau tetaplah seseorang yang selalu ku cinta.


---

Selama tiga bulan ini hidupku berubah. Sudah tiga bulan ini Jungkook menghilang tanpa kabar. Kata Baekhyun, Jungkook pergi tanpa pamit setelah kecelakaan itu. Begitu juga kata Yoojung. Dia mengatakan Jungkook pergi setelah tahu aku buta.

Ya. Gara gara kecelakaan itu aku harus buta. Tapi itu tidak berlangsung lama, Karena beberapa pendonor yang baik hati yang bersedia mendonorkan retinanya untukku.

Hari hari aku lewati tanpa Jungkook. Tanpa senyuman hangatnya, tanpa tingkah jahilnya, tanpa pelukan hangatnya, juga tanpa kecupan manisnya.

Selama ini pula aku selalu menata hatiku untuk keluar dari keterpurukanku. Mengetahui Jungkook meninggalkanku dengan alasan fisikku. Sangat menyakitkan hatiku. Berhari hari aku harus berdiam diri di kamar dan menangis sepuasnya. Berkali kali pula Chanyeol, Eomma, dan Appa membujukku agar aku mau makan. Bahkan tak jarang pula Baekhyun, Yoojung, Junki dan Daeyoung yang membujukku.

***

Aku menatap nanar kursi disampingku. Kursi yang dulu diduduki oleh seseorang yang sangat berarti dalam hidupku. Kursi itu sekarang kosong. Seperti hatiku yang kosong sejak kepergiannya.

"Jungkook-ah kau dimana? Kenapa kau meninggalkanku? Mana janjimu untuk selalu ada didekatku?"

Aku merogoh saku jaketku. Dan mengeluarkan ponselku. Aku tersenyum samar saat melihat walpaper di display ponselku. Foto yang sempat ku abadikan saat dia mengajakku ke sebuah bukit.

Didalam foto itu aku dan Jungkook terlihat sangat bahagia. Senyuman lebar berkembang di wajah kami.

"Aku merindukanmu, Jung-ah. Aku ingin melihatmu lagi duduk disini, disampingku seperti dulu."

Sekeras apapun aku mencoba membencimu itu tidak akan bisa. Karena semuanya tetap sama saja. Bagaimanapun juga kau tetaplah seseorang yang selalu ku cinta.

"Jangan murung terus hanya karena Jungkook," Yoojung mengambil duduk disampingku. Aku mengukir senyum palsu lagi.

"Dia laki laki pembohong, aku tidak menyangka," sahut Yoojung lagi.

"Jika aku membencinya apa aku salah?" tanyaku polos.

"Tidak. Kau memang seharusnya begitu, Yeon Hwa-ya," jawab Yoojung. Dia merangkulku dan menenangkanku karena mataku mulai berkaca-kaca. "Tapi aku tidak bisa," aku menutup mataku yang semakin memanas.

Akhir akhir ini aku sering menangis disembarang tempat tiap kali mengingat sesosok laki-laki itu. Padahal sudah berkali-kali aku mengingatkan pada diriku sendiri jangan pernah menangisi Jungkook lagi. Tapi aku tidak bisa. Aku benar benar rapuh.

"Sudah jangan sedih terus. Ujian sudah dekat, jadi lupakan masalahmu. Fighting!!" Yoojung memelukku riang. Berharap pelukannya itu akan membantuku melegakan perasaan sebenarnya yang masih kacau.

***

Mentari menyambutku lagi mengawali sebuah pagi hari ini. Hari-hari ku sudah berjalan normal lagi. Keadaanku sudah seperti biasa. Mata yang indah ini telah membantu ku. Aku bisa berkumpul dengan keluarga lengkap tanpa rasa penyesalan.

Hari ini, hari yang spesial. Tapi mendadak bagiku.

"Kau tidak perlu grogi," Appa menyahuti ku yang tengah duduk di pinggir ranjang kamarku. Tangan besarnya menyemangatiku.

"Wah, adikku... Aku akan segera menyusul," Chanyeol ikut menghampiriku.

"Aku tidak menyangka kau akan lebih dulu, tunggu aku dan Yoojung nanti," sambung Chanyeol.

2U; To You [End]Where stories live. Discover now