Prolog

85 13 6
                                    

Suara derap langkah kaki mengiringi langkah tergesa lelaki berjubah hitam itu. Tujuannya berada di hadapannya.

"Master!" Lelaki itu berlutut dalam-dalam.

Sesaat, sang Master hanya diam. Jubah hitamnya yang menutupi wajahnya tidak bergerak seincipun. Lalu, dia berdiri dari singgasana berbalut darahnya.

Waktu seolah berhenti ketika dia berdiri tegap, menghadap lelaki di hadapannya. Angin berdesir pelan, satu-satunya suara di keheningan yang menyelimuti kelompok yang seluruhnya mengenakan jubah hitam itu.

"Lapor, Sergeant Vier," ucap sang Master memecah keheningan.

Lelaki yang dipanggil Sergeant Vier itu berdiri, menatap sosok yang selama ini selalu dikaguminya.

"Semua rencana telah dijalankan. Kita seharusnya akan melihat hasilnya secepat mungkin," Vier melaporkan.

Sang Master hanya diam menyimak ketika Vier menjelaskan seluruh rencananya. Diam-diam, tertutup oleh bayangan, dia tersenyum.

"Bagaimana dengan Crievavers?" tanya sang Master secara tiba-tiba.

"Kami masih belum menemukannya. Tapi, itu seharusnya tidak menjadi masalah. Crievavers membutuhkan Pemilik Darah Murni untuk mengaktivasikannya dan, mengingat sedikitnya Pemilik Darah Murni, kemungkinannya kecil."

Vier merasakan tatapan tajam sang Master tertuju padanya walau dia tak mampu melihat matanya yang tertutupi bayangan. Vier menelan ludah.

"Crievavers adalah halangan bagi rencana kita," sang Master menegaskan. "Kristal itu mampu mengacaukan seluruh rencana kita."

"Jangan khawatir, Master. Kristal itu tak akan pernah ditemukan oleh para Darah Kotor."

"Begitukah?" Sang Master melangkah ke depan, aura gelapnya terasa semakin kuat. Vier menunduk dalam-dalam, tidak berani menatap wajah sang Master secara langsung.

Sang Master berhenti hanya seinci di hadapan Vier, membuat lelaki itu kembali menelan ludah.

"Cari Crievavers," bisik sang Master tegas. "Hancurkan."

Vier mengangguk takut. Semua kalimat sang Master adalah perintah.

Sang Master mengibaskan tangannya, menyuruh lelaki yang kini bermandikan keringat itu pergi. Cepat-cepat, Vier berigsut mundur. Dan, untuk pertama kalinya, dia melihat sekilas senyum orang yang sangat dihormatinya itu. Senyum yang membuat darahnya membeku.

Sang Master kembali duduk di singgasananya. Senyumnya merekah lebar.

Akhirnya....

Down To Ash(HIATUS)Where stories live. Discover now