Part 17 : Love Burns

11 3 0
                                    

Selama beberapa menit, Rory tak henti-hentinya menangis dalam pelukan Felix.

Reo dan Eon telah bergabung bersama mereka. Reo menyembuhkan lutut Helix sementara Lyca menahan tubuh gadis itu. Eon berbicara dengan Gray di sudut lainnya, salah satunya mengenai Rory. Dari percakapan mereka berdua, mereka memutuskan untuk tidak saling menyerang hingga Rory menjelaskan semuanya.

Vero? Lelaki itu entah hilang di mana.

Lyca menggeram, matanya tak lepas dari pemandangan dua sosok Manusia di depan matanya. Panas membakar jauh di dalam dadanya. Darahnya menggelegak tidak sabar.

"A ... aku takut ..." bisik Rory pelan dalam pelukan Felix, tapi cukup keras untuk tertangkap telinga serigala Lyca yang membuat dadanya semakin terasa terbakar.

"Sudahlah ..." ucap Felix pelan sembari membelai rambut coklat gadis itu.

"Aku pikir ... aku pikir ..." Rory terisak, tidak mampu melanjutkan kalimatnya. Felix menepuk punggungnya lembut, menenangkan gadis itu.

Lyca menggertakkan giginya tanpa di sadari keduanya. Rambut-rambut hitam mulai bermunculan di sekujur tubuhnya, otot-otot lengannya menegang. Ferlyan itu di ambang Beralih ketika dia merasakan sikutan pelan di perutnya.

"Aku paham apa yang kau rasakan," ucap Helix yang bersandar di tangan kiri Lyca. "Tapi, setidaknya, jangan menambah masalah."

Lyca mendengus. Rambut-rambut di sekujur tubuhnya tertarik kembali ke dalam. Ototnya melemas, kembali ke posisi semula.

"Aku belum pernah melihat luka semacam ini," komentar Reo, memecah ketegangan di antara mereka. "Tempurung lututmu hancur lebur. Daging sekitarnya terbakar parah. Benda apapun yang menghantamnya, aku tidak akan mau berurusan lagi dengannya."

"Kau bisa menyembuhkannya, bukan?" tanya Helix.

"Dengan sedikit kesulitan. Tempurung lututmu bakal butuh beberapa hari untuk sembuh sempurna. Penyembuhannya akan lebih cepat jika aku bisa mendapatkan obat-obatan dari kota. Selama itu, jalanmu akan sedikit pincang, tapi tidak terlalu mengganggu."

Helix mendesah. "Setidaknya aku masih hidup."

Perlahan, Helix beranjak berdiri dengan dibantu Lyca. Setelah menggerakkan kakinya sedikit, gadis itu berjalan dibantu Lyca menuju kedua sosok yang sedari tadi saling berpelukan. Rahang Lyca mengeras ketika mereka berada di dekat kedua Manusia itu.

"Bukan bermaksud mengganggu," ucap Helix seraya tersenyum, "tapi bisakah kita menyelesaikan kesalah-pahaman-apapun-itu ini sesegera mungkin? Sebelum ada yang saling membunuh?"

Felix memandang Helix kosong, tapi perlahan, dia melepaskan Rory. Gadis itu mengusap air matanya.

Rory berdiri dengan mata sembab, memandang Helix.

"Maaf," ucapnya sembari mengusap hidungnya, "aku terlalu emosional."

Helix menepuk bahu Rory seraya tersenyum. "Tidak apa. Aku juga mungkin begitu jika mengalami kejadian seperti kau."

Rory terdiam.

"Sekarang, bisa kau jelaskan siapa teman-temanmu ini?"

Rory mengangguk. "Dia Felix. Yang rambut abu-abu di sana itu Gray. Mereka berdua merupakan teman sesekolahku di Duniaku."

Helix memiringkan kepalanya. "Sekolah?"

"Ah, iya, aku lupa kau tidak mengenal istilah Dunia Luar. Sederhananya, itu tempat di mana Manusia Duniaku mempelajari berbagai hal bersama-sama."

Helix menggangguk paham.

"Mereka dekat denganku di Duniaku. Sebelum aku masuk Dunia Ini, kami sedang berlibur di semacam rumah sewaan di atas bukit." Rory menoleh ke Felix. "Tapi, yang membuatku tidak paham, bagaimana kalian bisa ikut masuk ke Dunia Ini?"

Down To Ash(HIATUS)Where stories live. Discover now