Part 7 : Where It Begin

21 3 0
                                    

CHAPTER II

DEATH IS NOT THE END

"Sialan," Lyca mendesis.

Sosok-sosok hitam bermunculan dari tanah. Summon-summon gelap para Magus Cultist. Ferlago—Dark Wolf—dan Hurrica—Dark Skeleton. Summon favorit para Cultist.

Secara mendadak, langit berpijar, berubah warna menjadi kuning kemerah-merahan selama sedetik sebelum kembali seperti semula.

Lyca menatap Helix. Seperti membaca pikirannya, Helix, yang juga menyadarinya, mengangguk.

"Semuanya, mundur!" teriak salah seorang Guardian.

Mereka semua tahu arti sinyal itu. Itu artinya, serangan tidak dapat ditahan dan semuanya harus mengosongkan kota saat itu juga.

Lyca bergabung dengan Helix dan Reo yang telah berlari mendahuluinya. Mereka berlari menuju gerbang utama yang terletak di titik terluar kota seraya menghindari summon-summon gelap yang terus bermunculan.

Rory bergerak di tangan Lyca. Lyca mencengkeramnya lebih erat. Rory meringis karena rasa sakit tapi Lyca tidak menyadarinya.

Bodoh. Tambah sakit, tau. Rory menyumpah dalam hati.

"Lyca," Rory berusaha memanggil Lyca, tapi yang keluar hanyalah erangan lemah.

Perhatian Lyca langsung tertuju pada Rory.

"Turunkan aku," pinta Rory lemah.

Lyca menggeleng. "Kamu masih lemah. Ledakan tadi setidaknya pasti memberimu pusing di kepala."

Rory menggeleng. "Pusingku sudah hilang. Aku kuat jalan sendiri. Lagipula, jika kau terus menggendongku seperti ini, kau akan lebih susah untuk bertahan jika diserang."

Lyca menatap Rory tajam, berusaha meyakinkan kalau Rory mampu. Dia menghela nafas.

"Baik. Tapi, dekat-dekat denganku." Perlahan, Lyca menurunkan Rory.

Rory tidak berbohong ketika mengatakan rasa pusingnya telah hilang. Tapi, dia bohong jika mengatakan rasa sakitnya telah hilang. Lututnya terasa berdenyut-denyut. Pipinya terasa terbakar. Tulang punggungnya terus menerus mengirimkan gelombang rasa sakit. Tapi, dia berusaha bertahan. Dia tidak ingin menyulitkan Lyca.

Sementara itu, Lyca terus menempel ke Rory. Ketika seorang Hurrica mengayunkan pedang gelapnya, Lyca akan menggunakan lengannya yang besar untuk menghantam Hurrica itu, menyingkirkannya dari jalan mereka. Ketika seekor Ferlago berusaha menghantam Lyca, Rory akan menjauh sementara Lyca menghabisi Ferlago itu.

"Tolong!!!!" Jeritan itu tertangkap telinga Rory.

Rory langsung berbalik ke arah sumber suara. Dia dengan cepat melihatnya. Seorang lelaki meronta-ronta sementara tubuhnya terjepit reruntuhan rumah. Hanya separuh tubuh bagian atasnya yang keluar. Pinggangnya ke bawah terkubur dan kemungkinan besar hancur.

Rory menghampiri lelaki malang itu. Dengan segenap kekuatannya, dia berusaha mengangkat reruntuhan yang menimpa lelaki itu. Dia dapat mendengar Lyca berteriak, memanggilnya.

"Tidak, tidak perlu."

Rory menatap lelaki itu dengan tatapan bingung. "Apanya yang tidak perlu?! Kamu terjepit! Reruntuhan ini harus diangkat!"

"Tidak perlu. Aku telah mati."

Rory tidak percaya lelaki itu kalimat itu.

Sebelum Rory sempat bereaksi, lelaki itu telah meraih buntalan kecil dari kain. "Ambil ini," kata lelaki itu. "Temui Lord Cyprus. Katakan, 'serigala putih telah mati'."

Down To Ash(HIATUS)Where stories live. Discover now