Part 12 : Secret Behind

9 3 0
                                    

"Lyca... Aku lapar. Bisa kita berhenti sebentar?"

Lyca memutar mata mendengar kalimat Rory. "Portalnya tinggal sedikit lagi. Kita harus bergegas."

"Tapi..."

"Rory benar," Vero menyela mereka berdua. "Kita telah berjalan selama dua puluh menit lebih tanpa istirahat. Portal itu juga masih butuh lima belas menit lagi untuk sampai di sana. Kurasa, sebaiknya kita istirahat. Kalian juga belum makan siang, bukan?"

Kalimat Vero disusul bunyi pelan dari perut Rory, yang membuatnya menatap Lyca memelas.

Lyca menatap Helix, meminta pendapat gadis itu. Tapi, ia hanya menggelengkan kepala lemah. Lyca menghela nafas mengalah.

"Oke, oke," kata Lyca akhirnya diikuti sorakan senang dari Rory, "kita istirahat sebentar sambil makan siang. Eon, kau jaga sekeliling. Lihat kalau ada yang aneh."

"Tapi, aku kan juga belum makan...?"

"Kau naik saja di atas pohon sana! Makannya di atas!" perintah Lyca kesal.

Eon hendak memprotes tapi Lyca telah meraih sepotong roti dari tas Helix yang telah diletakkan dalam posisi terbuka dan menyerahkan paksa potongan itu pada Eon. Eon hanya bisa menggerutu sambil mengepakkan sayapnya dan mencari dahan yang nyaman untuk makan siang.

Lyca menyerahkan sepotong roti pada Rory. Gadis itu menyambutnya girang dan segera menggigitnya. Roti itu terasa tawar di lidah Rory, tapi setidaknya lebih baik daripada tidak makan sama sekali.

"Kok, aku nggak dapat?" protes Vero sambil mengangkat tangannya yang kosong.

"Kamu makan sendiri. Nggak rela aku menghabiskan makanan buat orang nggak berguna sepertimu," balas Lyca ketus.

Vero hanya ber-'ah' kesal. Ya, makanan itu milik Lyca dan teman-temannya. Dia tidak mungkin kan, tiba-tiba masuk dan meminta makan?

"Kalau begitu aku mau ke hutan dulu," ucap Vero tiba-tiba.

"Eh?" Reo yang pertama menoleh ke Vero bingung, diikuti tatapan bingung yang lainnya. Lelaki itu telah berdiri.

"Aku mau cari makan."

"Hah? Emangnya ada makanan di—" Belum sempat Reo menyelesaikan kalimatnya, Vero telah menghilang di balik pepohonan. Reo hanya mampu memandang ke tempat terakhir dia terlihat.

"Sudahlah," Lyca berkata bosan. "Biarkan anak itu. Mati juga nggak ada efeknya sama kita."

Reo menatap Lyca kesal tetapi tidak berkata apa-apa. Sang Ferlyan tidak mengacuhkannya dan tetap melanjutkan makan siangnya.

Dua menit kemudian, Lyca bersandar di batang pohon seraya meneguk dari kantong air, matanya tak sengaja bertemu mata Rory.

Lyca menghela nafas dalam-dalam ketika tatapan tidak sengaja itu pecah. Ferlyan itu tertunduk lesu.

Apa aku benar-benar menginginkan ini? Rory segera pulang ke dunianya? Lyca mendesah. Secara rasional, memang lebih baik jika Rory kembali ke dunia asalnya. Dunia ini sebentar lagi akan jatuh dalam perang dan aku tak ingin dia terjebak di dalamnya.

Lyca mengangkat dagunya dan menyandarkan kepalanya di batang pohon di belakangnya. Tapi, aku juga tidak ingin dia pergi.

Sang Ferlyan menutup matanya dan menarik nafas dalam-dalam, menenangkan dirinya sendiri. Perlahan, dia membuka mata.

Tepat, di hadapannya, sebuah wajah melayang hanya beberapa inci dari hidungnya. Seketika, Lyca tersentak. Kepalanya membentur batang pohon, membuatnya meringis kesakitan sementara gadis di depannya terkikik.

"Ayolah, Lyca. Tadi kamu yang minta-minta untuk langsung pergi, sekarang kok kamu malah melamun sendiri," ejek Rory masih dengan tertawa.

Lyca hanya memegangi belakang kepalanya yang sakit tanpa berkata apa-apa.

"Ayo, kita pergi." Rory menarik lengan Lyca, mengajaknya kembali menuju Helix. Ferlyan itu meraih ranselnya sendiri.

"Eon masih di pohon, kan?" kata Helix begitu mereka berempat berkumpul.

"Paling bocah itu tidur lagi." Lyca mendengus. "Aku akan memanggilnya."

Tapi, itu tidak perlu karena sang Nirvanian telah datang dengan sendirinya. Menilik dari wajahnya, dia terlihat sangat terkejut.

"Ada apa, Eon?" Helix langsung bertanya begitu dia mendarat di samping mereka.

"Vero," Eon berkata gusar. "Ada—ada yang aneh dengannya."

"Apa?"

Eon berputar-putar sesaat seperti orang bingung sebelum mendadak menatap Helix tepat di matanya, membuat gadis itu terkesiap dengan intensitas tatapannya.

"Kau ingat kalau dia bilang dia manusia, bukan?"

Helix mengangguk.

"Dia—itu—itu tidak pernah kulihat sebelumnya."

"Apa?" Lyca mengambil alih. Dia mengguncang bahu Eon keras. "Apa yang kau lihat?!"

"Itu—itu spell yang hebat." Eon mengusap keringat di keningnya. "Saat itu, aku sedang berbaring di pohon setelah menyelesaikan roti yang kau berikan. Lalu, aku melihat Vero berjalan sendirian di tengah hutan. Aku yang penasaran langsung mengikutinya.

"Dia tidak berjalan jauh. Mungkin hanya seratus meter dari sini. Di sana, terdapat danau kecil dimana dia mengambil minum darinya. Setelah itu, dia duduk diam di tepi danau. Saat itulah, aku melihatnya.

"Seekor rusa lewat menuju danau untuk mengambil minum. Dia seolah tidak melihat Vero walau Vero ada tepat di sisi lain danau. Selama beberapa saat, Vero hanya diam memperhatikan rusa itu minum.

"Ketika rusa itu telah selesai minum, Vero mengangkat tangannya, mengarahkannya pada rusa itu. Wajahnya sangat dingin, seolah tidak ada ekspresi. Lalu, dia menggumamkan sesuatu dan mendadak, rusa itu seolah tercekik oleh tangan tak terlihat. Matanya melotot. Mulutnya berusaha berteriak, tapi tidak terdengar suara apapun. Beberapa detik dan rusa itu telah mati.

"Aku... aku diam saja melihat kejadian itu. Kurasa aku terlalu terkejut."

"Bagaimana dengan rusa itu?" tanya Lyca.

"Aku... aku tidak tahu. Aku langsung meninggalkan tempat itu segera setelah aku sadar. Aku... aku takut..." Kini, Eon mulai gemetaran. Kejadian itu kelihatannya begitu membekas di pikirannya.

Lyca menggeram. Rory bergidik mendengar cerita Eon. Reo terdiam.

Vero. Apa yang kau sembunyikan?

"Fix. Kita tidak boleh membiarkan bajingan itu mengikuti kita."

"Siapa yang kau bilang bajingan?" kata sebuah suara yang akhir-akhir ini terasa khas di telinga mereka.

Mereka berbalik. Vero.

———

24 Juni 2018

2:46 PM

WHOOOOO!!! UPDATE! YEAY! *ORANGE T-SHIRT KID DANCE*

Yah... Hahaha. Mungkin aku terlalu senang (emang /plak). Ga nyangka DTA bisa sampe part ini. Haha.

Yah, aslinya part ini mau kubuat beda, sih. Tapi, malah ngelantur jadi tentang Vero >_< Maafin ya, klo gak sesuai harapan. (Efek buku ilang)

Gimana, nih? Penasaran siapa Vero? Tunggu lanjutannya yha...

xD

-DheatlyBlaze

Down To Ash(HIATUS)Where stories live. Discover now