Chap 4. Hujan dan Sakit

1M 72.9K 6.8K
                                    

Yang benerin typo aku seneng banget, gausah minta maaf lagi wkwk ini aku pake keyboard otomatis soalnya hehe

Happy reading...

Alister? Lagi?

Ana menelan salivanya saat melewati Alister yang sedang tertidur. Untung saja masih ada bangku kosong di sebrang kanannya, jadi ia tidak perlu repot-repot untuk berurusan dengan cowok itu.

Setelah duduk, Ana mengeluarkan buku matematikanya, ia membaca kembali tugas yang sudah ia kerjakan tadi malam.

Cittt...

Rem berbunyi membuat semua murid yang ada di dalam bus terpental. Termasuk Alister yang terbangun karena kaget.

Mereka langsung menatap jalan, ternyata karena lampu merah. Tapi saat itu juga mereka menatap awan gelap yang menyelimuti sinar matahari di pagi hari.

Mentari sama sekali tak menyapa mereka, awannya begitu redup. Cuaca kali ini tidak mendukung, terutama bagi mereka yang tidak membawa jas hujan ataupun payung, karena bus berhenti lumayan jauh dari gerbang sekolah.

"Eh lo bawa payung ga?" tanya seseorang entah siapa.

"Bawa dong," jawab temannya.

"Gue bawa jas hujan sih, jadi selow aja."

Mereka berbincang dan Ana tersenyum kecil karena ia membawa payung di tasnya. Tapi sebaliknya, Alister sangat kebingungan karena ia tidak membawa payung ataupun jas hujan, semua keperluannya ada di mobil miliknya, sial!

Tak lama bus berhenti di depan halte, Ana dengan santai turun sambil berteduh bersama siswa lain.

Setelah siswa lain berangkat, Ana langsung mengeluarkan payung pink nya, tapi matanya langsung melirik Alister.

"Ga bawa payung ya?" tanya Ana.

"Bukan urusan lo!" balas Alister tidak peduli. Tapi tidak bisa berbohong, mata Alister ketahuan oleh Ana tengah menatap payung pink-nya.

Ana malah terdiam mematung menatap Alister.

"Ngapain lo bengong?"

"Ya udah deh, aku duluan ya."

Ana langsung membuka payungnya, tapi tak lama, Alister langsung mengambil payung tersebut.

"Kamu mau pake payungnya bareng aku? Gak papa ko," ucap Ana pelan.

"Siapa juga yang mau bareng sama lo, bubuk rengginang!" ucap Alister membuat Ana bingung. Jika Alister tidak mau satu payung bersamanya berarti...

"Lo pake jaket kan? Sementara gue nggak. Jadi, lo lari pake jaket ke sekolah dan gue pake payung lo!"

Ana mendongak menatap Alister tidak percaya, hujannya sangat deras. Jika saja hujannya hanya rintik-rintik kecil yang turun ke tanah, tanpa jaket pun Ana bisa melewatinya.

Setega itukah?

"Tapi..."

"Bye!" ucap Alister.

"Alister tunggu!" Alister kesal karena ia berani memanggil nama dan memerintahnya seperti itu.

"Minggir lo!" balas Alister sambil mendorong Ana sampai terjatuh.

Lututnya berdarah karena dorongan Alister, Ana hanya bisa menatap lututnya lalu kembali berdiri dengan lemah.

Seperti tak punya hati sedikitpun, Alister langsung menggunakan payung Ana dan menembus hujan yang amat deras.

Ingin teriak, ingin marah agar melupakan semua emosinya. Tapi yang ia lakukan hanya tersenyum. Senyuman penuh luka yang begitu menyayat hati.

Ana membuka jaketnya lalu ia angkat jaket itu dengan kedua tangannya. Sangat jelas meskipun Ana menggunakan jaket untuk melindungi kepalanya, tapi rok dan sepatunya tidak bisa terlindungi.

TELUK ALASKA [SELESAI] ✅On viuen les histories. Descobreix ara