Chap 43. Perasaan Yang Sesungguhnya

698K 47.3K 3.2K
                                    

"Lo mau apapun bakal gue turutin! Asalkan lo jangan suruh gue buat lupain lo, jauhin lo, apa lagi buat tinggalin lo!"

Kali ini Alister yang tak sanggup menahan air matanya. Entah sejak kapan dia jadi cowok lembek yang dengan mudahnya mengeluarkan air mata.

Tapi dia sangat paham dengan apa yang akan Ana katakan. Rasanya sangat sakit, seperti di sayat secara perlahan, sakitnya sangat terasa sekali.

"Please, jangan kasih gue hukuman yang nggak bisa gue lewatin."

Ana terdiam dalam sesaat didalam pelukan cowok yang baru saja mengatakan perasaannya. Tangannya sangat erat mendekap punggungnya, memperlihatkan betapa sesaknya Alister saat ini.

"Alister?"

Tidak ada jawaban, Ana yakin Alister dapat mendengarnya. Hujan yang membasahi pipinya sudah dia hiraukan, tidak peduli sebasah kuyup apa nanti saat Ana pulang, yang pasti dia ingin tetap dalam posisi seperti ini untuk sekarang.

"Aku jadi inget dulu," ucap Ana pelan.

Ana tersenyum sesaat, bagaimana mungkin dia berani memberikan hukuman ke duanya. Ya, kali ini Alister memang dapat menebaknya dengan benar, tapi melihat reaksinya seperti ini membuat San berpikir dua kali.

"Alister kecil selalu nangis sambil meluk kertas gambar sendirian. Sekarang aku ngerti, gimana perasaan kamu."

Ana sedikit gemetar lalu mengeratkan cengkramannya pada baju Alister. "Maaf, aku nggak langsung hibur kamu."

Alister sedikit tersenyum di balik punggung Ana lalu berkata.

"Di saat gue lagi butuh pelukan dari orangtua, mereka ngilang, mereka nggak peduli... Terus lo datang ngisi kekosongan gue, Ana."

"Rasanya kayak ada seseorang yang mengulurkan tangannya saat gue tenggelam."

Tiba-tiba saja mereka mendengar suara teriakan, mereka menoleh, tapi Alister langsung menggenggam tangan Ana dan mengajaknya untuk terus berlari menembus hujan.

"Alister!"

Kali ini Hutomo dan Revalina kembali bersama. Jika menyangkut masalah Alister, kapanpun dan di manapun mereka selalu siap bersama.

Tapi seperti yang mereka lihat, kali ini Alister lebih memilih Ana dibandingkan mereka berdua.

"Lo mau hibur gue?" tanya Alister sambil memicingkan matanya.

"Iya."

"Gue nggak minta jawaban lo sekarang. Gue cuma minta, jangan hukum gue dengan permintaan yang nggak bisa gue lakukan." Alister menatap Ana dengan tatapan memohon, kali ini Alister memegang kedua tangannya penuh harapan.

Benarkah Alister sudah mengungkapkan perasaannya? Ana sangat tidak percaya. Apa lagi saat Alister berkata 'tidak akan meminta jawabannya sekarang' yang pasti, entah cepat atau lambat, Alister akan meminta jawabannya.

Ana melamun untuk beberapa saat, tapi semuanya buyar saat Alister kembali bertanya.

"Terus, lo masih mau hibur gue kan?"

Ana mengangguk pelan, sepertinya Alister sedang tergesa-gesa, melihat gelagatnya, seperti sedang menghindari seseorang.

"Ya."

TELUK ALASKA [SELESAI] ✅Where stories live. Discover now