Chap 47. Sebuah Hadiah

659K 47.2K 8.8K
                                    

Tadinya mau update seminggu tiga kali tapi banyak yang protes pendek, yaudah deh dipanjangin lagi, tapi harus banyak komentar oke? Wkwk komentarnya sedikit chapternya juga sedikit, liatin wkwk😋

Oke, jangan lupa buat vote sama komentar, kalo ada typo benerin😘

Happy reading...

"Aku juga kangen sama kamu, Alister," jawab Ana dibalik telepon dan itu sukses membuat Alister membisu dan tak berkutik sama sekali.

Ingin rasanya dia melompat-lompat seperti boyband, tapi tidak, dia harus terlihat santai dan tetap tenang meskipun hatinya amat sangat bergemuruh kencang.

"Percuma bilang kangen tapi nggak ketemu, nggak ada efeknya sama sekali. Kangennya nggak bakal hilang."

Kode, Ana. Ini kode. Semoga Ana memahami apa yang ia ucapkan saat ini. Sejujurnya Alister amat sangat ingin bertemu dengannya, tapi harus bagaimana lagi, baru saat ini Ana memberinya kabar.

"Aku peka kok, iya nanti kita ketemu, maaf aku ngilang gitu aja."

Bukan hanya ingin melompat, Alister saat ini sepertinya ingin salto agar dapat mengekspresikan kebahagiaannya. Tapi tunggu, ini bukan saatnya untuk salto. Tenang Alister, tenang.

"Kamu di mana?" tanya Alister berusaha tenang sambil menyembunyikan tingkahnya yang sudah tidak bisa diam.

"Aku mau nonton film horror."

"APA?" ucap Alister kaget saat Ana tiba-tiba saja ingin menonton horror.

"Sendirian? Mending nanti deh tunggu Mama pulang biar nggak sendirian nontonnya."

Ana mengembuskan napas kesal, dan Alister dapat mendengarnya dibalik telepon. Apa ada yang salah dengan pertanyaannya?

"Kayaknya di sini bukan aku yang nggak peka, tapi kamu!"

Tut...tut...tut....

Telponpun terputus seketika dan itu membuat Alister melongo seperti orang kebingungan. Alister kemudian menelpon Ana berulang kali namun tetap tidak diangkat.

Demi apapun, ini membuatnya sangat frustrasi menghadapinya. Tidak tahukah dia kalau Alister sangat merindukannya? Ana malah menghilang seenaknya, seperti tidak peduli sama sekali.

Alister langsung berlari mencari-cari Iqbal dan masih tidak ketemu, sampai akhirnya dia mendapatkan Iqbal tengah mengeluarkan motornya.

"Woy!"

Iqbal tersentak kaget saat melihat Alister tepat di depannya tengah menghentikan motor yang akan melaju, jika Iqbal telat mengerem motornya, mungkin Alister sudah celaka.

"Ngapain sih lo?!"

"Dengerin gue. Denger!" ucap Alister sambil ngos-ngosan, berusaha menstabilkan napasnya.

"Tadi gue telponan sama Ana."

"Terus?"

"Terus dia marah sama gue."

"Gue yakin di sini elo yang tolol!" ucap Iqbal santai sambil membuka helmnya.

Sabar, Alister. Sabar. Di sini dia harus mendapatkan jawaban, jika dia memukul Iqbal lagi, maka dia akan kehilangan semuanya.

TELUK ALASKA [SELESAI] ✅Where stories live. Discover now