Chap 6. Jangan ganggu dia!

984K 71.2K 4.1K
                                    

"Gue... mau mi-minta maaf, Ana."

Manik matanya membulat penuh saat mendengar kata 'maaf' dari Alister, seperti ada sesuatu yang meremas hatinya. Perlahan matanya yang menatap lukanya kini beralih menatap Alister.

"Ke-kenapa?" tanya Ana tak percaya.

Benar, apakah kali ini ia bermimpi kalau cowok itu tengah meminta maaf padanya? Bukankah sejak dulu memang tidak ada yang peduli padanya?

Setengah dari hatinya tidak percaya kalau Alister sedang meminta maaf. Tapi... Setengah hatinya lagi merasa terenyuh, apa lagi dengan kesungguhan yang terlihat dari tatapan Alister, begitu menggetarkan hatinya.

"Gue minta maaf, Ana. Kok malah nanya kenapa. Lo pasti tau kan salah gue di mana?"

"Kenapa? Bukannya dari dulu aku emang kaya gini terus?"

"Aku nggak tau salah aku apa sama kalian, aku juga nggak tau kenapa kalian terus nyakitin aku hiks."

Ana tidak kuat lagi, jika mengingat mereka yang selalu menyakitinya. Ya, Ana menangis, perlahan air matanya turun membasahi pipinya.

Alister merunduk dihadapan Ana seperti orang yang sedang berlutut, dengan semilir angin meniup setiap tetesan air matanya yang keluar.

"Aku pengen marah, aku pengen teriak sekencang mungkin. Tapi kalian terus cengkram aku kuat, kalian terus dorong aku, sampai aku jatuh dan aku akhirnya nggak bisa ngapa-ngapain selain senyum."

"Ana, gue beneran minta maaf. Gue tau ini keterlaluan apa lagi sampe bikin lo berdarah kaya gini."

Alister mengeratkan tangannya, menatap Ana dengan tatapan yang belum pernah Ana lihat sebelumnya, yaitu tatapan menyesal.

"Gue emang jahat. Tapi sejahat-jahatnya gue sama lo, gue nggak mau lo terluka kaya gini. Gue juga masih punya hati. Dan lo harus tau, semua yang gue omongin ini serius!"

Oke, kali ini Ana tidak boleh menangis. Bagaimanapun ia harus kuat. Kali ini, Ana menyeka air matanya lalu tersenyum manis pada cowok itu.

Cowok yang selalu menyakitinya.

Deg

Entah kenapa hati Alister sedikit bergetar saat melihat Ana tersenyum. Ya, perlu cowok itu akui kalau Ana memang cantik, apa lagi saat Ana tersenyum. Mungkin hanya penampilannya saja yang cupu dan serba pink seperti anak kecil.

Tapi... Baru kali ini Alister bertemu dengan cewek sekuat dan setegar Ana. Cewek itu selalu tersenyum dan terus tersenyum.

"Alister, aku..." ucap Ana terpotong karena tiba-tiba saja Diana memanggilnya.

"Ana... Ayo makan dulu!" ajak Diana sambil menghirup mereka berdua.

Alister langsung berdiri lalu beralih dari tempatnya. Tatapan Diana yang dingin begitu membuatnya merinding, terlebih saat Diana menarik Ana untuk menjauh darinya. Seperti tidak suka dengan kehadiran Alister di sini.

"Mama, tumben nyusul aku keluar," ucap Ana sambil tersenyum, sementara Diana terus menatap Alister dengan tatapan tidak suka.

"Kamu juga tumben di luar lama," balas Diana sambil mengeratkan pegangan tangannya pada Ana.

"Em... Tante."

Alister berusaha menyapanya, mencairkan suasana yang begitu mencekam akibat tatapan Diana terhadapnya. Cowok itu dibuat bingung, apa yang harus ia lakukan? Bahkan Diana tak menggubrisnya sama sekali.

"Ana, coba liat ke dapur, Mama lupa matiin kompor," ucap Diana.

Ana menggangguk, cewek itu tidak berkata apa-apa selain pergi meninggalkan mereka berdua.

Tinggallah Alister yang terdiam seperti patung, tangannya tidak bisa diam, ia sangat gelisah ditinggal dengan Diana.

"Tempat ini gak pantes buat kamu, Alister!" bentak Diana membuat Alister kaget.

"Tempat ini sederhana, tempat ini sepi, tempat ini penuh cinta dan kedamaian. Jadi tolong, jangan ganggu anak saya!"

Tanpa perlu dijelaskan dengan kata-kata seperti itupun cowok itu sudah tahu kalau Diana memang tidak suka kepadanya.

Alister hanya memalingkan wajahnya, pura-pura tidak mendengar ucapan Diana.

"Saya ke sini nggak ganggu Ana ko, saya ke sini mau-"

"Mau ada urusan apapun, kamu gak bakal pernah diterima di sini. Jadi sekali lagi saya bilang sama kamu, tolong jauhin Ana!"

Mata Diana berkaca-kaca, bagaimanapun ia sangat tahu siapa Alister. Anak dari Budi dan Marni yang sangat terkenal kenakalannya.

Diana sangat kaget saat melihat Alister datang, ia sangat takut kalau Ana di sakiti oleh cowok aneh seperti Alister.

Sangat tidak pantas!

"Udah sore, mending kamu pulang, Alister. Tempat ini gak pantes buat kamu!"

Alister menghela napas, semua orang selalu megusirnya padahal ia tidak melakukan apapun.

Seburuk itukah sosok Alister di mata mereka?

'Ya, dari dulu gue emang buruk. Dan seterusnya kaya gini, gak bakal ada yang berubah' ucap Alister dalam hati.

"Oke," balas Alister ia langsung pulang tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Ana.

Sementara Ana setelah mematikan kompor, ia sudah menyediakan minum terlebih dahulu. Bukankah tidak baik jika seorang tamu dibiarkan begitu saja?

Ana membawa minuman untuk Alister tapi saat Ana membuka pintu rumahnya, yang cewek itu dapatkan adalah Alister yang pergi meninggalkan rumahnya.

Manik cokelatnya dapat melihat dengan jelas punggung Alister yang menjauh darinya, lagi dan lagi

Pemandangan seperti ini terus terulang.

Ana tersenyum tipis, ia sangat yakin kalau Ibunya sudah mengusir Alister. Kalau sudah begini apa yang bisa ia lakukan?

Memang seperti inikah takdirnya? Semua orang harus meninggalkannya dengan satu alasan yang membuat dadanya sesak.

Agar tidak ada yang tersakiti.

Love you readers...

Ada yang mau ditanyain?😂

Update lagi besok ya hehe


TELUK ALASKA [SELESAI] ✅Where stories live. Discover now