Chap 49. Rasa Sakit Terbesar

749K 46.4K 4.1K
                                    

Jangan lupa spam komentar sama benerin kalau ada typo yaaa, happy reading....

"Bentar, nggak kelihatan." Alister berdalih dengan menyalakan senter ponselnya agar matanya yakin kalau buku diary yang ia lihat ini berbeda.

Ternyata bukan efek karena kegelapan di dalam bioskop, tapi Aliser yakin Ana tidak hanya memiliki satu buku, tetapi banyak buku diary.

Alister membuka buku tersebut dengan perlahan, semoga saja Ana tidak menyadarinya. Dan ternyata di halaman paling depan buku tersebut memiliki judul yang amat besar.

Diary tersebut berjudul.

'TELUK ALASKA'

Ya, Teluk Alaska. Alister tidak tahu apa artinya itu. Yang ia tahu judul tersebut adalah nama dari sebuah laut yang entah di mana.

Alister tentu saja penasaran dengan apa yang Ana tulis di halaman selanjutnya. Dengan rasa penasaran yang menggebu, Alister perlahan membuka halaman selanjutnya.

"Ada powerbank nya?" tanya Ana membuat Alister langsung menutup buku tersebut.

Sial... dia bahkan tidak sempat membaca satu huruf pun di dalam buku tersebut. Alister takut jika aksinya kali ini tertangkap basah oleh Ana. Cukup, kali ini dia hanya bisa menyerah dengan menutup buku tersebut.

"Ada kok."

Alister tidak tahu apa yang terjadi padanya, hanya dengan membaca judul diary tersebut sudah mampu menyayat hatinya. Yang Alister yakini. Jika ia membaca buku diary tersebut sampai tuntas, dia akan menerima kekecewaan yang luar biasa.

"Kenapa? Filmnya nggak serem ya?" tanya Ana saat melihat wajah Alister yang lesu.

Dengan penuh kesengsaraan Alister tersenyum kecil pada Ana.

"Yang serem itu kalo ditolak pas lagi sayang-sayangnya."

Ana mengepalkan tangannya kesal, hari ini dia benar-benar ingin bahagia, ingin bebas dari semua masalah. Tapi... Alister masih saja membahas hal itu. Rasanya menyakitkan.

"Aku udah bilang kan kalo malam ini aku pengen bahagia? Jangan bahas ini ya... Aku..."

"Jadi lo nggak bahagia disayang sama gue?"

"Ba... Bahagia. Banget malah."

Alister berdecak tidak percaya, mana mungkin Ana bahagia, mana mungkin bahagia jika sampai tak menganggapnya sampai berkali-kali."

"Terus kenapa semuanya jadi kaya gini? Lo mau hukum gue?"

Film horror yang menakutkan ini terasa hambar, malah lebih terasa horror saat Alister terus mengoceh tentang perasaannya.

Ana mendiamkannya, sama sekali tak ada niatan untuk menjawab pertanyaannya.

"Gue nggak bisa diem terus seolah nggak terjadi apa-apa diantara kita. Gue nggak bisa!"

Cerewet, Alister kali ini tidak bisa menutup mulutnya. Tidak peduli sedang menonton bioskop atau apa yang pasti hatinya sangat gundah tak karuan.

Meskipun Ana mendiamkannya, setidaknya dia hanya ingin mengeluarkan semua keluh kesah dalam hatinya yang tak tertahankan.

Menyebalkan, kenapa rasa sakitnya harus sedalam ini?

TELUK ALASKA [SELESAI] ✅Where stories live. Discover now