7. Sepeda Santai

130 3 0
                                    

Sabtu, 6 Oktober

Cita: Depan

Tidak lama setelah gue mengirimkan pesan ke Hepy, dia keluar dengan piyama tidur, "Masuk." Katanya sambil membuka pagar kosan.

"Lo nggak sekolah?"

"Nggak. Motor lo taruh situ aja biar gue parkirin. Ambil gih sepedanya."

Gue segera mengeluarkan sepeda berkeranjang warna merah muda dari garasi. "Lo butuh kunci motor nggak?"

Hepy menguap, "Nggak. Gue mau hibernasi aja."

"Gue pinjem ya sepedanya."

Hepy menguap sekali lagi dan menutup pagar kosan kembali. Gue mengayuh sepeda ke sekolah. Estimasi waktu cuma lima sampai sepuluh menit sampai di sekolah.

Di parkiran sekolah masih terlihat beberapa motor miring dengan helm diatas spionnya. Berbeda dengan lapangan yang penuh dengan sepeda. Yaps, hari ini diesnatalis SMAN ESA diperingati dengan sepeda santai. Setiap kelas diwajibkan menyediakan lima sepeda. Tapi, XII IPA 1 hanya 3. Awalnya, yang akan dijadikan tumbal dalam acara ini; gue, Anjar, Novy, Norma dan Takol. Nama Takol ditulis karena dia nggak muncul di grup line sewaktu diskusi masalah ini. Takol yang memang nggak memungkinkan bersepeda ke sekolah, datang dengan motornya seperti biasa. Untungnya, jumlah sepeda nggak dicheck lagi oleh sekolah. Begitu juga Anjar yang berniat bersepeda romantis dengan Imas hanya tinggal khayalan. Sepedanya dipakai oleh sang adek yang kebetulan adik kelasnya. Anjar memang kakak terbaik.

"Lo nyariin Jongsuk ya?" Suara Tamara mengangetkan gue yang sedang clingak-clinguk di lapangan.

"Iya nih." Gue berbalik badan dan menatap Tamara yang berdiri dengan Angga, pacarnya. "Lo ngapain ke sekolah? Hepy aja bolos."

"Ngapain di rumah?"

"Ya nggak tau."

Cowok itu berseragam berantakan dan memakai gelang di tangan kanannya. Angga. "Jongsuk nggak bakal datang. Dia lupa kek biasanya."

Gue mengerucutkan bibir.

Kaji berjalan menghampiri gue dengan memegang kertas ditangannya, "Ini rutenya."

Gue menerima kertas yang diberikan Kaji dan melihat rute sepeda santai, "Wah gila 5 kilo. Kurus nih gue."

"Lo udah kurus Citatos," kata Kaji sambil menyipitkan mata. Dia silau. "Entar kalo lewat SMA Harapan tutupin gue ya."

Gue melongo begitu juga Tamara.

"Lo takut ketahuan Vungky boncengan sama Novy?" Tanya Tamara penuh selidik.

Kaji mengangguk dan masih silau. Kasian Kaji nanti iteman kayak Takol.

Tiba-tiba Mellen datang dengan napas ngos-ngosan. Hembusan napasnya pun terdengar. "Huaaahh capek gue."

Angga yang disamping Tamara mundur dua langkah ketika Mellen sejajar dengannya. Angga mantan pacar Mellen sewaktu kelas X. Tamara yang melihat Angga jaga jarak dengan teman sekelasnya hanya diam dan gue pastiin hatinya senang.

"Kaji, Vungky chat gue nih." Mellen menyodorkan handphonenya kepada Kaji. "Gue nyariin lo daritadi tau."

Kaji menerima handphone Mellen.

Vungky: Beb, sman esa ada sepeda santai ya?

Mellen: Iya beb

Vungky: Putra ikutan?

"Kenapa nggak lo balas bego?" dari suara Putra, gue tahu dia panik.

"Gue bingung mau bales apaan. Lo aja deh yang bales."

CLAXXONEWhere stories live. Discover now