25. Suka ???

682 97 259
                                    

Terhitung sudah 3 minggu Jun menjadi guru pianonya. Namun hanya sebutannya saja guru piano. Karena pada dasarnya yang mengajar Jira adalah Jihoon. Jun hanya menjadi perantara antara mereka menggunakan handphonenya.

Setiap kali Jun mengunjungi rumahnya, Jun lebih banyak duduk diam sambil memainkan PSP yang dia bawa setelah memberikan handphonenya. Tak lupa dia juga mengenakan earphone agar tidak mendengar percakapan 2 orang yang asik berduaan. Bahkan bisa melupakannya.

"Jadi bagaimana menurutmu ?" Tanya Jihoon setelah Jira menyelesaikan memainkan 1 lagu.

"Sedikit meningkat."

"Itu sudah sangat meningkat bagiku. Tinggal diperbaiki lagi temponya. Maka kau sudah tidak membutuhkanku lagi."

Jira melebarkan matanya mendengar perkataan Jihoon. "Aniyo. Sampai kapanpun aku akan membutuhkanmu. Kalau tidak ada kau, aku tidak mungkin sampai di sini."

Jihoon memberikan seringainya lagi. "Sebegitu berartinya aku untukmu ?"

Jira benci jika Jihoon sudah menggodanya seperti ini. Apa dia tidak tau jika jantungnya selalu meledak - ledak saat dia seperti itu ? "Ten-tentu saja. Ini berkatmu dan juga Jun, aku bisa berkembang."

"Memangnya Jun melakukan apa ? Sepertinya aku melihatnya lebih banyak memainkan PSP di sana."

"Jun juga membantuku memperbaiki permainanku. Ketika tempoku terlalu cepat atau aku salah nada, dia akan memberitahuku." Kata Jira.

Semangatnya semakin hari juga kembali karena bisa kembali bertemu Jihoon. Walau hanya melalui layar datar itu.

"Aku kira dia hanya makan gaji buta." Ejek Jihoon.

"Telingaku panas dibicarakan." Ucap Jun yang ternyata mendengarnya.

"Juni-ya, kebetulan kau mendengarnya. Cepat bantu Jira menyesuaikan temponya !" Perintah Jihoon.

"Apa aku tidak salah dengar ?! Seorang Woozi memintaku menggantikannya ? Nanti aku malah jadi nyamuk diantara kalian." Sindir Jun. Karena itu pengalamannya. Maka dari itu akhir - akhir ini dia sering membawa PSP-nya.

"Kau menyindirku ternyata. Kalau aku bisa mengarahkan Jira, aku sudah mengarahkannya. Tapi untuk menunjukkan cara yang benar saja tidak bisa."

"Secara tidak langsung, kau ingin bisa bermain bersama Jira di sini." Godaan Jun tepat memerahkan pipi Jihoon.

"Sudah sana ajarkan. Jangan mengalihkan pembicaraan !"

Jun terkekeh. Lalu duduk di sebelah Jira untuk mulai membantu gadis itu.

"Coba kita mainkan bersama !" Kata Jun dengan lembut dan sabar. Berbeda dengan Jihoon yang terkadang tegas.

"Bagian ini diperlambat dan santai. Jangan terdengar buru - buru." Beritahu Jun.

"Percepat bagian selanjutnya. Tapi jika kau mau seperti tadi, bisa saja. Nanti jadinya kau seperti mengaransemennya." Jira kembali mengangguk.

Selesai memainkannya, Jihoon kembali berkomentar. "Kau bagus juga dalam mengajar. Aku kira hanya numpang nama guru saja."

"Tentu saja. Selama ini yang mengembangkan Jira kan aku. Kau hanya mengarahkan saja." Kata Jun. Tangannya mulai bergerak merangkul Jira untuk memanaskan Jihoon.

"Baru juga 3 minggu."

Niat Jun untuk memanasi Jihoon ternyata berhasil. Jun pun semakin menikmati mengerjai teman seumurannya itu. Dia berdiri dari kursi dan memeluk pundak Jira dari belakang sambil menaruh kepalanya di puncak kepala Jira.

"Ada yang iri ternyata." Jihoon memutar matanya malas.

"Menurutmu cara mengajar siapa yang paling enak ?" Tanya Jun pada Jira.

PartitureWhere stories live. Discover now