47. Tertangkap ??

692 87 211
                                    

Beberapa cahaya mulai masuk ke cela - cela mata Jihoon. Dia membalikkan badannya ke posisi telentang. Tubuhnya cukup pegal karena tidak berbalik ke posisi lain. Selain itu dia juga merasakan beban kecil di perutnya.

Chakkaman beban kecil ??

Jihoon mengarahkan pandangannya ke arah Jira.

Cepat - cepat Jihoon menutup mulutnya sebelum dia sempat berteriak. Wajah Jira yang tepat di sampingnya membuat dadanya berdegup kencang.

Dia menyentuh tangan Jira yang ada di atas perutnya. Tangan Jira terasa dingin. Jihoon membatalkan niatnya untuk melepaskan tangan Jira dari perutnya. Karena Jira terlalu dekat dengan Jihoon, dia jadi tidak merasakan dingin seperti semalam.

Kenapa aku tidak sadar dipeluk Jira ? Sejak kapan dia memelukku ? Dia membuatku tidak berkutik.

Dipandanginya Jira dari jarak dekat itu. Wajah Jira yang tertidur dengan pantulan sinar matahari membuatnya semakin terlihat manis. Menenangkan jantung Jihoon yang tadi sempat berdegup kencang.

Tanpa memikirkan resiko yang ada. Jihoon membalikkan tubuhnya tepat menghadap Jira. Memindahkan tangan Jira yang ada di pinggangnya untuk dia ganggang dalam 1 genggaman. Memandangi wajah Jira yang tertidur di pagi hari yang jarang dia lihat.

"Aku sudah gila ternyata." Ucap Jihoon terkekeh kecil.

Tapi ucapan kecil itu ternyata di dengar Jira. Tangan Jira bergerak. Cepat - cepat Jihoon melepaskan genggamannya dan langsung menutup matanya untuk pura - pura tidur lagi.

Sedangkan Jira sedang mengatur pandangannya yang masih kabur. Cahaya yang masuk dari jendela membuat matanya agak sulit melihat. Namun ketika Jira sudah bisa melihat normal.

"Ah.." Sebelum Jira berteriak, Jihoon sudah menutup mulut Jira dengan tangannya.

"Jangan berteriak. Nanti eomma tau." Cegah Jihoon.

Jira mengangguk. "S-sejak kapan kau tidur di sini ??"

"Saat tengah malam aku pindah karena kedinginan."

"Kenapa kau tidak membangunkanku dulu ?? Bagaimana jika eommamu melihat kita tidur sedekat ini ??" Gugup Jira. Tapi kegugupannya tertutupi dengan rasa takut pada eomma Jihoon. Bagaimana jika eomma Jihoon melihat mereka begini ??

"Tadinya aku sudah menggesermu cukup jauh di ujung. Tapi pagi - pagi, aku menemukanmu sudah memelukku." Cerita Jihoon. Ada unsur menggoda Jira. Walau tidak langsung.

Wajah Jira memerah. "Jinjja ??"

Dengan posisi berbaring yang sama - sama menghadap, Jihoon mengangguk. "Nde. Kau memelukku seperti ini." Jihoon memperagakan posisi tangan Jira tadi dengan menggunakan tangannya yang ditaruh di pinggang Jira.

"J-jangan dipraktekkan !! Kau membuatku malu." Singkirkan tangan Jihoon.

Jihoon terkekeh pelan. Lalu memindahkan tangannya menyentuh pipi Jira. "Tapi ternyata bukan aku saja yang dingin. Kau juga."

"Ini sudah mulai normal." Bantah Jira. Karena dadanya sudah berdetak kencang saat mengetahui mereka tidur bersama semalaman. Dia sungguh malu. Kalau dia tau Jihoon ikut tidur di kasurnya, dia pasti bisa berhati - hati sedikit untuk pindah posisi. Walau dengan keadaan
tidur.

"Maja. Pipimu juga sudah mulai merah." Ledek Jihoon.

"Kau masih saja meledekku." Omel Jira. Dia jadi ikut nyaman dengan posisi berbaring ini.

Sepertinya benar. Grafitasi sebuah ranjang cukup kuat saat baru bangun tidur.

"Kenapa kau tidak bangun dari tadi ? Kau tidak takut ketahuan eommamu ?" Tanya Jira memecah keheningan yang sempat terjadi.

PartitureWhere stories live. Discover now