29. Ancaman

600 88 17
                                    

Jalan yang dilalui Jira sudah tidak seperti biasa lagi. Jalan yang biasanya tenang tanpa perlu diganggu dengan pandangan orang, sekarang berubah jadi pasang mata yang terus memandanginya dari dia masuk gerbang sampai masuk kelas.

Namun perasaan Jira atau semua mata itu memandangnya dengan tatapan sinis. Khususnya perempuan. Tapi Jira tidak memikirkannya lebih lanjut. Selama berjalan dia hanya menyentuh matanya yang lebih bengkak dan sakit dari kemarin.

Benar. Semalaman dia menangis karena keputusannya menjauhi Jihoon. Tentu itu keputusan berat. Jira sendiri tidak mau berpisah dari Jihoon. Terutama saat mendengar Jihoon memukul meja dengan sangat keras. Hati Jira sangat remuk mendengarnya. Namun ini keputusan baik. Ada rasa menyesal dalam diri Jira. Tapi dia sudah terlalu takut dengan supirnya yang melihat mereka berduaan di kelas, sampai - sampai Jira tidak bisa menjelaskan apa yang terjadi dan kabur seperti orang pengecut.

Jira yakin Jihoon akan tetap membencinya karena meninggalkannya tanpa penjelasan seperti ini. Tapi Jira tidak bisa dibenci Jihoon. Semua semangat dan kekuatannya ada di Jihoon. Jika kekuatannya sendiri sudah membencinya, bagaimana Jira bisa menjalani hidupnya ??

"Jira-ya.." Hwang Li memanggil Jira yang baru saja duduk di kursinya.

Jira menatap temannya itu aneh. Tidak seperti biasanya Hwang Li menyapanya dengan datar dan tatapan tajam seperti itu.

"Apa aku boleh minta sesuatu ?" Tanya Hwang Li.

"Minta apa ?"

"Coba ikat rambutmu !" Hwang Li memberikan ikat rambut untuk Jira.

Tidak tau apa maksud Hwang Li meminta ini. Jira hanya mengambil ikat rambut itu dan melakukan permintaan Hwang Li. Setelah dia sudah mengikat rambutnya tinggi - tinggi. Tatapan mata Hwang Li semakin menyipit. Bibirnya juga semakin melengkung ke bawah.

"Sekarang pakai ini !" Suara Hwang Li bergetar saat meminta Jira menggunakan kacamata yang diberikannya.

Jira semakin curiga. Dia tidak mengambil kacamata itu dan malah menatap Hwang Li dengan menampilkan kerutan di keningnya.

"Ada apa ini sebenarnya ?" Tanya Jira.

"Ada apa !? Harusnya aku yang tanya ada apa ?! Selama ini kita berteman. Apa pertemanan kita hanya untuk membohongi dan membuatku sakit hati ??"

"Apa maksudmu ??" Jira sangat tidak mengerti dengan sikap Hwang Li. Dia tidak pernah membohongi temannnya ini. Kecuali..

"Kau belum sadar ! Kau gadis yang jalan dengan Woozi di Lotte World itu bukan !? Kenapa kau tidak memberitahuku ??" Teriakan Hwang Li membuat semua mata memandang mereka.

"B-bukan maksudku seperti itu.." Gugup Jira. Hari yang Jira takutkan di mana semuanya terbongkar terjadi juga.

"Masih mau mengelak." Suara perempuan lain yang terdengar sinis dan tegas datang dari pintu kelas Jira.

"Hey semuanya ! Selama ini dia telah menipu kalian dengan kediamannya. Diam - diam dia jalan dan mendekati Woozi. Bahkan sampai berbohong pada temannya jika dia tidak menyukai Woozi." Sunbae yang Jira tau bernama Karin itu menjadi provokator semua anak di kelasnya. Sunbae yang dia temui juga di toilet saat itu.

Kaki Jira bergetar. Seketika dia takut dengan sunbae itu. Tatapan. Senyuman. Dan ucapannya terdengar mengerikan. Sekali ucap semua anak langsung mempercayainya. Kali ini siapa yang akan berpihak pada Jira. Tidak ada. Selama ini Jira tidak punya teman. Hanya Hwang Li dan teman - teman Jihoon. Tapi sekarang semuanya sudah tidak ada.

Karin berjalan mendekati Jira dengan langkah tegap diikuti kedua sahabatnya. Hyesi dan Sohji. Bibir Jira tertutup rapat tidak bisa bicara. Dia ingin membantah ucapan Karin. Tapi semua ucapannya benar. Itu yang membuat bibir Jira terkatup. Ketakutannya juga yang menambah Jira tidak bisa mengklarifikasi ucapan Karin.

PartitureWhere stories live. Discover now