30. Kabur (2)

759 106 86
                                    

Jihoon mengendari motor Wonwoo dengan kecepatan tinggi. Jalanan sangat sepi karena memang masih waktu untuk orang - orang beraktivitas di dalam ruangan.

Tujuan pertama Jihoon adalah kediaman Yoon. Kalau Jira tidak masuk sekolah berarti dia ada di rumahnya. Begitulah pikiran Jihoon.

Saat sampai di depan rumah Jira. Mobil dan supir Jira ada di sana. Tanpa salam atau apapun, Jihoon langsung mengetuk pintu rumah Jira dengan tidak sabaran.

"Tuan Woozi. Kenapa mengetuk - ngetuk seperti itu ?" Tegur si supir.

Masih dengan mengetuk - ngetuknya lalu Jihoon menjawab, "Aku ingin bertemu Jira."

"Nona Jira sedang ada di sekolah. Lebih baik tuan Woozi kembali saja." Jihoon menajamkan pandangannya sesaat pada si supir yang membuat supir itu bungkam karena takut dengan ekspresi menyeramkan Jihoon.

Belum sempat Jihoon kembali berkata, pembantu Jira sudah membukakan pintunya. Tanpa izin, Jihoon langsung memasuki rumah itu dan mendapat teriakan dari supir dan pembantu tadi.

"JIRA.." Teriak Jihoon hingga menggema diseluruh tempat yang dia lewati.

"Tuan Woozi sebaiknya pergi dari sini." Supir itu menahan tangan Jihoon saat Jihoon mulai diam melihat kamar Jira.

Tidak ada. Dia benar - benar pergi. Ke mana dia ?? Jira tolong jangan melakukan hal yang aneh. Tanpa memperdulikan ucapan supir dan pembantu itu. Jihoon tanpa disuruh berlari meninggalkan rumah itu. Mengendarai motor Wonwoo kembali dan mencari ke seluruh tempat yang pasti Jira lalui.

Jira di mana kamu sekarang ???

/play mulmed atau yang punya lagu Fox Rain bisa dimainkan sekarang/

Jira menatap kagum pada pemandangan indah yang ada dihadapannya saat ini. Setelah sekian lama tidak mengunjungi tempat ini, sekarang dia sudah bisa melihatnya kembali walau harus menempuhnya dengan jalan kaki.

Ini tempat terakhir kali Jira dan keluarganya pergi bersama. Saat itu mereka tertawa dan bermain dengan bahagia di sana. Memori itu masih tersimpan dengan rapih dipikiran Jira. Sampai pada akhirnya eomma Jira pergi karena sebuah kecelakaan.

Hari yang membahagiakan itu seketika berubah menjadi suram. Jira tidak ingat bagaimana kecelakaan itu terjadi. Dia hanya ingat di mana darah segar bercucuran di kening dan tubuh eommanya. Mengerikan. Tabrakan itu terjadi begitu saja dan merampas kebahagiaan Jira.

Sebenarnya Jira tidak ingin mengingat memori kelam itu. Tapi karena di sinilah tempat kejadian itu, secara tidak langsung Jira kembali mengingatnya. Namun Jira ingin mengubur semuanya sekarang. Dia tidak ingin membuat eommanya bersedih karena tidak bisa merelakannya. Sekarang dia ingin membuat kenangan baru.

Sambil duduk di salah satu kursi yang menyuguhkan keindahan danau. Jira membuka tasnya yang hanya berisi sebuah benda. Benda yang sudah menjadi kesayangannya walau orang yang memberikan sudah membencinya.

Jira mengusap kotak musik itu dan kembali membukanya.

Jihoon mengusap wajahnya kasar. Sudah banyak tempat yang dia kunjungi yang mungkin saja gadis itu lewati. Namun dia belum menemukannya juga. Hari semakin sore dan Jihoon semakin tidak bisa mengendalikan dirinya.

Sebuah tetesan air mendarat tempat di pipi Jihoon. Jihoon mengusap tetesan air itu dan seketika itu juga hujan langsung turun dengan deras. Jihoon memandang langit yang gelap itu. Lalu tersenyum miris.

Sepertinya kewarasanku sudah dibawa pergi olehmu juga Jira. Bagaimana bisa aku tersenyum saat hujan membasahiku ? Jira-ya, di mana kau sekarang ? Tolong beri aku petunjuk ! Jihoon menutup matanya. Menikmati setiap tetes hujan yang menjatuhi wajahnya.

PartitureWhere stories live. Discover now