33. Luka

823 97 12
                                    

Senyum tidak luntur - luntur dari wajah Jira. Betapa senangnya dia saat Jihoon berada bersamanya setiap hari sekarang. Dari kaca toilet, Jira dapat melihat bayangan dirinya yang terlihat cerah dan bahagia. Tidak pernah dalam hidupnya, Jira kembali tersenyum seperti ini.

Namun senyumnya seketika luntur saat sebuah tangan menyentuh pundaknya. Kuku lentik dan cantik yang menyeramkan itu sungguh menakutkan bagi Jira.

"Sudah lama kita tidak bertemu, Jira sayang." Karin meremas pundak Jira dengan keras hingga Jira menahan sakitnya.

"Sekarang kita sulit bertemu ya. Sejak Uji terus di dekatmu." Kuku lentik itu kembali bergerak di wajah Jira.

"Sebenarnya apa yang dilihat Uji darimu ? Apa dia suka tipe yang imut dan kecil sepertimu." Kata - kata Karin masih terdengar lembut. Tapi Jira yakin itu bukanlah hal baik.

Dan ternyata benar. Seketika itu juga kuku - kuku Karin menusuk pipi Jira. "Aku muak dengan muka ini. Tidak ada takut - takutnya untuk merebut Ujiku."

"Kenapa kau sekejam ini padaku ?" Tanya Jira dengan suara parau.

Karin melepaskan cengkraman di pipi Jira dan memaksa Jira untuk menghadapnya. Ketika Jira sudah berbalik, lalu..

Plakk..

Karin menampar Jira cukup keras sampai suaranya sangat terdengar. Jira menahan air matanya. Karin akan semakin suka jika melihatnya menangis. Begitulah pikiran Jira.

Saat Jira menenggelamkan wajahnya di tembok. Karin menjambak Jira. Sekali lagi Jira meringis kesakitan.

"Kau masih tidak sadar !! Kau itu sudah berebut Ujiku. Sudah diberi hukuman, ternyata lebih melunjak lagi. Kau itu maunya apa ?? Kau mau aku sendiri yang mengusirmu ??!"

"Kalau kau seperti ini, Jihoon semakin tidak akan melihatmu. Kau tidak akan bisa mendapatkan Jihoon jika sikapmu seperti itu."

Karin semakin menarik rambut Jira. Lalu mendorong Jira hingga terbentur tembok.

"Kalau aku tidak bisa mendapatkan Uji, maka orang lain tidak boleh mendapatkannya." Kata Karin. Berlalu keluar bersama teman - temannya meninggalkan Jira yang tersungkur di lantai.

Jira bangun dengan rasa sakit di seluruh wajahnya. Dia berkaca kembali dan merapihkan rambutnya yang berantakan. Banyak rambutnya yang rontak setelah jambakan Karin. Di area wajahnya ada bekas merah besar dan beberapa luka gores lagi di pipi kanan Jira. Tepat tempat kuku jempol Karin yang menusuknya.

Jira berusaha menormalkan rona merah dari bekas tamparan Karin. Tapi tidak bisa hilang - hilang. Jira jadi khawatir Jihoon akan melihat memarnya.

Dia lama sekali ??

Jihoon duduk dengan gelisah di kursi kelasnya. Sesekali dia bermain handphone tapi fokusnya tetap kembali pada Jira yang belum kembali dari toilet.

Jihoon tau jika perempuan kalau ke toilet itu lama. Tapi tidak hampir 15 menit juga. Jihoon berusaha mengabaikannya kembali dengan memfokuskan pada game di handphonenya.

Orang yang dikhawatirkan pun datang. Melegakan pikiran Jihoon untuk sesaat. Sebelum melihat sikap Jira yang sedikit aneh.

Tidak biasanya dia jalan menunduk ?!

"Kau lama sekali ?" Kata Jihoon.

"Biasa. Perempuan." Jihoon mengerutkan kening. Tidak biasanya juga Jira tidak membalas tatapan lawan bicaranya.

"Apa ada sesuatu ?" Tanya Jihoon lagi.

"Tidak ada apa - apa." Jihoon semakin yakin dengan pikirannya.

PartitureWhere stories live. Discover now