40. Tamu

698 100 154
                                    

Tukk.. Tukk.. Tukk..

Tukk.. Tukk.. Tukk..

TUKK.. TUKK..

"Jihoon-ah !" Jira menghembuskan nafas jengah.

Pantas saja dia tidak mendengar ketukanku. Telinganya tertutup headphone.

"Jihoon-ah.." Jira menghentakan kakinya kuat. Semakin geram karena Jihoon tidak mendengarnya dan terlalu fokus dengan pekerjaan di layar komputernya.

"Jihoon-ah !" Jira menampilkan wajahnya di depan layar sampai Jihoon tersentak.

"Aigoo !! Kau membuatku terkejut. Ada apa ?" Tanya Jihoon kembali mengalihkan pandangannya ke layar komputer setelah beberapa menit melirik Jira.

Jira memajukan bibirnya. "Kau mau temani aku ke mini market ?"

"Mianhaeyo, Jira-ya. Aku sedang mengerjakan laguku. Mungkin sebentar lagi."

"Tidak bisa sekarang ?"

"Aniyo."

"Jihoon-ah.." Jira melingkarkan tangannya di leher Jihoon, tapi tidak direspon sama sekali.

"Mianhaeyo. Aku tidak bisa. Kau minta yang lain saja." Kata Jihoon tetap menatap layar komputer.

"Baiklah." Jira kesal dan berjalan keluar kantor Jihoon.

Jihoon benar - benar sibuk dengan pekerjaannya sampai tidak menahan Jira. Mood Jira semakin memburuk. Dia berjalan mondar mandir ke kamar mandi berulang - ulang. Jeonghan yang duduk di ruang tamu dan melihatnya jadi penasaran dengan perubahan tingkah laku Jira.

"Jira-ya, kenapa kau tidak bisa diam dari tadi ?"

"Ahh.. Bukan apa - apa oppa."

"Coba duduk dulu ! Aku ikut lelah melihatmu bulak - balik ke kamar mandi." Ucap Jeonghan.

"Aku berdiri saja. Tidak apa - apa kok."

"Waeyo ? Kau sakit perut ?"

"Aniyo."

"Kalau ada sakit bilang saja." Khawatir Jeonghan.

"Aku benar tidak apa - apa !" Kata Jira sedikit membentak. "Mianhada, Jeonghan oppa. Aku tidak bermaksud membentakmu."

Jeonghan memang sempat terkejut. Tapi dia kembali menormalkan keterkejutannya. "Coba kau duduk dulu ! Dan tenangkan diri."

Dengan ragu Jira duduk tak jauh dari Jeonghan. Jeonghan melihat keanehan dari Jira. Duduk dengan gelisah dan tidak bisa tenang.

"Aa~ aku tau. Tamumu sedang datang ya." Pekik Jeonghan cukup kencang.

"Oppa !! Jangan kencang - kencang."

Jeonghan terkekeh. "Mian. Mian." Jira memanyunkan bibirnya.

"Pantas saja kau jadi emosional begitu." Komentar Jeonghan.

"Mianhada. Aku memang tidak bisa mengontrol emosiku dihari pertama."

"Gwaenchanayo. Aku mengerti. Adikku juga seperti itu, tapi dia hampir setiap hari jika tamunya belum pulang."

Jira terkekeh pelan. Sedikit canggung juga karena membicarakan hal ini dengan seorang namja.

"Jeonghan oppa." Panggil Jira.

"Hmm ?"

"Oppa mau menemaniku membeli.." Jira memutuskan ucapannya. Dia malu mengatakannya.

PartitureWhere stories live. Discover now