✿ I'll Be Fine ✿

5.4K 283 43
                                    

Biasain baca Author's note, okay? 👌

_________________________________

Hidup tidak ada tantangan
tanpa kegilaan yang di
timbulkan oleh hal-hal yang
dianggap orang remeh.
Bagi aku dan kau, yang
membuat kita gila adalah
damai.
Iya, tentu saja menurut orang
itu mudah. Tapi kalau kita?
Itu seribu kali lebih sulit.
Pada akhirnya kita akan
berusaha untuk tidak
melihat satu sama lain, agar
perang tidak terjadi.

Only You : 28

Alex menatap dirinya di cermin dan sesekali memajukan wajahnya. Kantong matanya semakin terlihat, dan dia mulai menyadari bahwa dia terlihat pucat.

Ia yakin ini karena efek obat. Obat itu seharusnya membuatnya tenang dan tertidur, tapi dia selalu berusaha melawannya agar dia dapat menikmati liburan.

Saat ini ia sedang tidak mengenakan baju, dan hanya berbalutkan handuk di bawah perutnya. Air hotel amat dingin, tapi dia tidak menggigil, dan dia dapat merasakan bahwa kedua tangannya bergetar.

Alex merapatkan bibirnya dan menutup kedua matanya. Berusaha menahan sakit kepala yang mulai timbul, ia menarik rambutnya karena rasa sakit itu semakin terasa.

Tubuhnya melemah, pandangannya mulai buyar dan blur. Dia berusaha berdiri, tapi kakinya memilih untuk melangkah mundur.

"What the hell is wrong with me?!!" bentaknya pada dirinya sendiri. Tubuhnya terhempas ke tempat tidur, dan seluruhnya berubah menjadi warna hitam.

💀💀💀

Widya berjalan menelusuri pantai dan memilih untuk duduk di bawah pohon kelapa, yang kebetulan ada si cowok pengunyah permen disana. Duduk sambil membaca novel, terlihat amat kalem. Sesekali menyingkirkan jambul rambutnya yang tertiup angin.

Kendall yang menyadari sesosok gadis ada di hadapannya langsung mendongak dan menyipitkan matanya karena cahaya matahari yang menembus.

"Hai." sapanya, melampiaskan senyum. Widya tersenyum balik dan langsung duduk di sebelah cowok itu.

Serasa ada kupu-kupu yang terbang di perutnya, gadis itu memilih untuk meremas ujung bajunya. Setahu dia Kendall tidak pernah menyapa gadis. Entah geer atau tidak, tapi dia merasa bangga bahwa Kendall mau menyapanya duluan.

"Buku apa?" tanya Widya, berusaha menenangkan dirinya.

"Lo suka baca buku?" Kendall bertanya balik.

Yep. Memang dasar cowok dingin.

"Uhm. Novels." respon Widya.

"Oh, novel peperangan? Kisah nyata? Horror? Suka gak?" Kendall membajari gadis itu dengan pertanyaan.

Engga sama sekali. batin gadis itu. "Suka." jawab Widya.

"Nice. I love it too." ucap Kendall, memanggut dan kembali membaca buku.

Perlahan Widya berusaha melirik judul buku yang dibaca cowok itu. Covernya berupa para bangsawan yang siap berperang, atau mungkin lagi berperang, entahlah. Dia memang pecinta sejarah dunia, huh?

"Lo ngapain disini?" tanya Kendall. Seketika jantung Widya serasa copot. Gadis itu langsung berpikir bahwa Kendall merasa tidak-- nyaman?

"Uhm, gue gabut aja. Tapi kalo lo mau gue pergi biar ga ganggu ketenangan lo--" Widya hampir saja beranjak, tapi Kendall langsung menahan tangannya. Lebih tepatnya, menggenggam tangan gadis itu. Widya langsung menoleh.

Only You [COMPLETED]Where stories live. Discover now