f. Bully

4.3K 626 74
                                    


Seungwan berpikir, pertemuan tak sengajanya bersama senior itu hanya kebetulan saja dan tidak akan memberi dampak apa pun dalam kehidupan sekolahnya. Ia kira, ia tidak akan pernah berhubungan dengan senior itu lagi kecuali saat MOS. Namun, Seungwan harus menepis semua itu, karena hingga detik ini, keduanya hampir setiap saat bertemu dan Seungwan harus merutuki dirinya karena membiarkan pria itu berdekatan dengannya. Bukannya tidak ingin berteman, hanya saja Seungwan merasa tidak nyaman setiap kali seisi sekolah melihatnya dengan tatapan membunuh dan siap menganiaya Seungwan saat itu juga. Well, mungkin ini efek Seungwan dekat dengan senior terkenal di sekolahnya.

Siapa yang tidak kenal Chanyeol? Ketua tim basket, tampan, keturunan chaebol, dan terkenal memiliki senyuman paling manis. Ya, Seungwan bisa menerima semua itu. Ia tidak mengelak tentang fakta-fakta tersebut. Hanya saja, ia merasa sampai detik ini, ia bukan teman yang pas untuk disandingkan dengan orang seperti Chanyeol. Apalagi, Chanyeol suka sekali membuatnya besar kepala karena mengeluarkan kata-kata manis yang membuat hatinya berdebar. Segala perhatian pria itu membuat Seungwan takut.

Takut dengan apa yang selalu ibunya ingatkan. Ya, jangan memikirkan masalah percintaan, dan lebih baik mengurusi pendidikannya hingga selesai.

Dan siang itu, Seungwan kembali berdiri di area parkiran, sembari menunggu Chanyeol mengeluarkan mobilnya dari area parkiran. Wajah pucat gadis itu, serta memar di bagian kepalanya membuat Chanyeol hampir tidak berkedip saat mengompres bagian tersebut. Pun, sebuah paksaan yang pria itu lontarkan, lagi-lagi membuat Seungwan harus mengiyakannya karena pria ini tak bisa ditolak.

Seungwan bingung dengan sikap Chanyeol. Apa ia seperti ini pada setiap orang? Perhatian? Lembut? Dan memberikan tumpangan gratis untuk setiap murid-murid? Jika dipikir-pikir, sepertinya tidak. Jika iya, Chanyeol sering mengantarkan banyak gadis, maka seisi sekolah tidak akan secemburu itu pada Seungwan. Benarkan?

"Melamun?" Seungwan memundurkan kakinya saat Chanyeol sudah berada di depannya. Dan sontak, Chanyeol langsung menarik Seungwan mendekat padanya ketika sebuah motor hampir menabrak tubuh kecilnya.

Akhirnya, kedua tubuh itu menempel secara tidak sengaja, dan membuat semburat merah itu muncul di pipi gadis cantik itu. Debaran yang tidak bisa ia jelaskan dengan kata-kata dan juga perasaan aneh yang seperti meletup-letup di dadanya.

"Astaga, sepertinya aku harus membelikanmu tali."

"Hm?" Seungwan mendongak menatap Chanyeol dengan wajah bingungnya. Namun ia melupakan jika pipinya masih memerah hingga ke telinga.

Chanyeol tersenyum lalu mengacak rambut Seungwan gemas. "Kenapa pipimu memerah seperti ini, hm?"

"Iya?" tanyanya dengan mata melebar.

"Ayo masuk," kata Chanyeol tertawa lalu membukakan pintu mobilnya untuk Seungwan.

Gadis itu tidak bisa menolak dan berakhir masuk ke dalam mobil lalu memakai seat belt-nya sendiri. Ia ingat saat pertama kali Chanyeol memakaikannya seat belt, ia hampir mati mendadak saat itu. Bagaimana bisa Chanyeol dengan gampangnya memasangkan benda itu tanpa memikirkan kesehatan jantung Seungwan yang akhirnya berdetak tak normal dengan kecepatan di atas rata-rata mungkin.

"Lapar tidak?" tanya Chanyeol sembari menjalankan mobilnya. Sesekali, ia melirik ke arah Seungwan yang hanya diam melamun seperti memikirkan sesuatu. "Seungwan?"

Tak ada jawaban dari gadis cantik itu. Lantas, Chanyeol langsung menarik hidung mungil itu dengan gemas. "Seungwan?"

"Iya?" tanyanya terkejut sembari mengusap hidungnya yang memerah.

"Melamun apa, sih?"

"Hmm... Sunbae, aku turun di depan saja!" kata Seungwan cepat. Ia ingat jika ingin melamar di sebuah restoran. Dan ia tidak mau melewatkan hal ini.

• Perfect Princess | Wenyeol  ✔Where stories live. Discover now