u. Unfair

2.8K 400 40
                                    


Seungwan menyelesaikan pekerjaannya tepat pukul sembilan malam. Seungwan mengusap keningnya yang mengeluarkan peluh, kemudian ia menuju ruang ganti dan melepaskan celemek yang melingkar di pinggangnya. Setelah itu, ia mengambil tas ranselnya kemudian kembali ke depan menemui Myungsoo untuk pamit.

Pria itu nampak sibuk dengan kegiatannya mengelap piring dan gelas restoran. Seungwan tersenyum kecil kemudian menghampiri Myungsoo.

"Oppa tidak pulang?" tanya Seungwan.

"Sedikit lagi. Kau pulanglah duluan. Hati-hati, ya."

"Eum, aku juga menunggu jemputan." Seungwan duduk di samping Myungsoo dan membantu pria itu mengelap piring yang ada.

Myungsoo pun menatap Seungwan dan menyunggingkan senyuman kecil di bibirnya. Terlihat seperti menggoda Seungwan akan sesuatu. "Kau mencintainya, ya?" tanya Myungsoo dan Seungwan sontak merona mendengarnya.

Ia pun menganggukkan kepalanya kecil terlihat malu dengan jawaban dan reaksi tubuhnya sendiri.

"Jatuh Cinta itu sakit, Seungwan. Karena kau juga harus siap melepaskan."

Seungwan sontak menghentikan kegiatannya. Ia menatap Myungsoo dalam dengan tatapan bingung kenapa Myungsoo mengucapkan hal itu. Tentu saja Seungwan tahu jika melepaskan seseorang itu menyakitkan. Tapi, apa mungkin Myungsoo sedang menyinggung hubungannya?

"Aku tahu, oppa." Seungwan menundukkan kepalanya.

"Tidak bermaksud menyinggung. Tolong jangan masukan ke hati. Aku hanya mengatakannya untuk diriku sendiri," ucap Myungsoo membenarkan membuat Seungwan kembali menganggukkan kepalanya dua kali.

"Sudah selesai. Aku ambil tas dulu, lalu aku akan menunggumu dijemput, hm?" kata Myungsoo sambil berdiri dan masuk ke dalam.

Seungwan menghela napasnya, entah kenapa ucapan Myungsoo barusan membuatnya kalut dan gelisah. Seperti tidak tenang akan hal yang belum pasti. Perkataan itu terus terngiang-ngiang di kepalanya, menghantuinya bak radio rusak yang terus berbunyi tanpa ia harapkan. Tanpa sadar, air matanya menetes kala tangan Myungsoo menyentuh pundaknya untuk menyadarkannya.

Seungwan mengusap pipinya secepat mungkin agar Myungsoo tidak tahu jika air matanya baru saja terjatuh karena perkataan pria itu. Lantas, Seungwan memaksakan senyumannya dan ikut berdiri dan berjalan di belakang Myungsoo untuk mengikuti pria itu keluar dari restoran.

Sepertinya Chanyeol lupa menjemputnya atau mungkin ia memiliki hal lain yang sedang ia kerjakan sampai terlambat menjemput Seungwan. Padahal Seungwan bilang ia tidak papa jika tidak dijemput, ia bisa naik bus, tapi Chanyeol tidak mau itu terjadi dan memaksa menjemput Seungwan setiap malam ia pulang bekerja. Namun malam ini, tanpa mengabari Seungwan pria itu terlambat datang entah kenapa.

Seungwan khawatir, apa yang terjadi pada Chanyeol?

"Dia masih lama?" tanya Myungsoo sambil melirik arlojinya. "Ini sudah setengah sepuluh. Mau aku antar saja?" ucapnya menawarkan tumpangan.

Seungwan menggigit bibir bawahnya. "A-aku akan meneleponnya sebentar."

Myungsoo mengangguk dan membiarkan Seungwan melepaskan rasa penasarannya dengan menelepon kekasihnya. Seungwan memainkan kuku jarinya saat teleponnya tidak aktif sama sekali, Chanyeol tidak mengangkatnya. Ini aneh dan tidak pernah terjadi, biasanya Chanyeol adalah orang yang selalu tepat waktu mengangkat teleponnya. Bahkan meski pria itu tidur, Chanyeol tetap akan bangun dan mengangkat telepon darinya. Namun kali ini, pria itu tidak bisa dihubungi membuat Seungwan cemas.

• Perfect Princess | Wenyeol  ✔Where stories live. Discover now